Come and Go

1.9K 46 4
                                    

People come and go.


Semua sudah ada porsinya masing-masing. Mungkin memang masanya saja yang sudah habis. Karena setiap yang hadir pasti akan pergi kelak. Itu suatu kepastian yang mungkin tidak ada satu orang pun yang menyukai hal tersebut. Cukup menikmati prosesnya dan selalu berusaha untuk bahagia. Walau semua butuh waktu yang tidak sebentar. 

Namun dalam kisah ku, sering kali hal ini terjadi ketika aku baru saja merasakan kedekatan yang mampu membuat hari-hari ku bersinar. Nampaknya aku tak pandai dalam berharap lebih. Ya atau lebih tepatnya adalah berharap terhadap manusia adalah suatu kesalahan terbesar dalam hidup. Sayangnya, aku selalu melakukan hal itu berulang kali. Hingga jatuh pada kekecewaan yang mendalam berkali-kali. Seperti tak ada rasa jera serta tak ada habisnya kebodohan yang tercipta dalam diri ku.

Ternyata selama ini kedekatan yang tercipta hanyalah kebahagiaan ku sendiri saja. Lawan main ku rupanya tidak merasakan hal yang sama. Hanya bahagia sendiri, senang sendiri, sedih sendiri dan kecewa sendiri. Memang, aku yang mempercayainya, jadi itu bukanlah kesalahan dirinya sama sekali. Tapi tetap saja, tidak bisakah sedikit saja ia peka merasakan percikan kekecewaan yang tercipta dengan keadaan ini?

Aku baru sadar jika akhir-akhir ini cuaca sedang tidak bersahabat, terus mendung dan hujan. Mungkin sebenarnya ini adalah suatu pertanda dari mu yang akan pergi meninggalkan ku. Kenapa mesti lewat hujan? Aku tidak suka hujan. Dan aku tidak suka perpisahan. Kemudian mereka bersatu, menyerang ku dalam sekali hempasan? Bayangkan bagaimana perasaanku dibuat hancur melebur! Oksigen dalam paru menipis hingga rasa sesak yang timbul. Pelupuk mata berair dan mendesak bulir air mata untuk jatuh.

Pantas saja belakangan ini dirimu menjadi baik tak terkira. Bersikap teramat lembut dari biasanya, sedikit mengalah dalam perdebatan argumen, dan memberikan sentuhan hangat kasih sayang lebih besar dari sebelumnya. Bahkan, secara tiba-tiba meminta maaf pada suatu kebiasaan buruk yang sudah biasa dilakukan. Aku tak menyadari hal itu lebih cepat rupanya. Lantaran terlalu asyik merangkai ekspektasi seorang diri yang pada akhirnya hancur tak tersisa. Bahkan sebelum terwujudnya ekspektasi itu. Dasar aku. Pandai sekali berangan-angan penuh halusinasi dengan sukacita. Tanpa tahu bahwa sebenarnya sedang menggali lubang kekecewaan yang mendalam untuk diri sendiri. Bodoh kan. Untung saja hati ini ciptaan Yang Maha Kuasa.

Bisa tidak, tinggal lebih lama sedikit lagi? Aku masih ingin bersamamu sebentar saja. Melewati hari-hari yang begitu membingungkan. Hari-hari yang menguras tenaga dan emosional. Penuh drama dan tawa yang penuh dengan kepalsuan. Aku ingin kau bertahan sedikit lagi. Meskipun aku tahu itu sulit untuk mu. Tapi aku ingin egois kali ini saja. Aku ingin memaksamu untuk tetap tinggal. Melawan badai bersama dengan saling bergandengan tangan. Aku siap menjadi tameng mu. Aku siap melindungi dan membantu dalam kesulitan menghadapi semuanya. Kau mau aku bagaimana? Aku siap sedia berada di sisimu yang penting kau tetap tinggal.

Lalu jika kau menolak dan lebih memilih pergi, aku bagaimana? Siapa yang akan aku jadikan tempat peraduan jika aku kebingungan memilih jalan? Siapa yang akan aku jadikan tempat curahan hati ku ketika aku sedang kalut? Siapa yang akan membuatku tertawa dengan candaan yang super simple? Siapa yang mampu membuat ku bersemangat melakukan sesuatu hal baru? Dan siapa yang akan aku nantikan kehadirannya setiap saat?

Kau harus tahu, diam-diam aku selalu menantikan kehadiranmu. Menantikan pesan atau panggilan masuk yang sebenarnya agak mengganggu. Tapi entah bagaimana aku menyukainya. Bahkan untuk sekedar menanti candaan yang teramat cheesy hingga bulu kuduk ku merinding. Aku menanti itu semua. Hal-hal yang sebenarnya menyebalkan namun berubah menjadi menyenangkan hingga sangat dinanti.

Serius 'deh, jika kau pergi aku jadi sedih. Teramat sedih. Lalu ingin menangis tapi sayangnya tidak bisa menangis. Bagaimana ya, aku bingung menjelaskan yang aku rasakan jika begitu tiba-tiba seperti ini. Inginnya aku peluk supaya tidak pergi. Aku genggam erat tanganmu dan ku ikat kaki mu supaya tidak bisa melangkah jauh. Atau aku kurung dirimu dalam kungkungan saja supaya tidak bisa pergi? Bagaimana jika aku awetkan dalam time capsule saja? Jadi kau tetap ada bersama ku untuk selamanya.

Sad EndingNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ