Seharusnya, sejak awal ku pahami tentang kisah kita yang tak pernah mempunyai permulaan. Mengalir laiknya pancuran air, membawa kombinasi rasa lainnya yang sebelumnya tak pernah ada. Tanpa kata iya, jemarimu menaut tanganku dan meninggalkan sesuatu di dalam kalbu. Perlahan, harapan-harapan menjemukan itu mulai mencemari kehidupan. Menciptakan delusi-delusi yang tak seharusnya mempunyai arti, menyusup di sela-sela mimpi. Aku tak berniat menghakimi, namun sikap manismu itu membuatku tinggi hati.
Bodohnya aku yang masih sempat-sempatnya mengagumimu. Di sini, di gelung sunyi ku ceritakan puluhan-puluhan frasa yang menggambarkan kedekatan kita. Menggadangkan aneka rupa ending bahagia yang sengaja ku imajinasikan bersama - yang realitasnya hanya aku saja yang jatuh cinta.
Hanya aku, bukan kamu. Bukan kita.
Seharusnya aku tahu, jika sesuatu yang tidak mempunyai awal tak sepantasnya menemukan akhir. Tanpa sepatah penjelasan ataupun perpisahan, bening manikmu tak pernah memenjarakan lagi. Kata mereka, kamu sudah bahagia.
Terkadang aku ingin menyapamu setiap kali melihat mu. Ingin sekali mengirimimu pesan singkat. Bertanya perihal kabarmu atau sesekali menyampaikan selamat tidur, selamat pagi, atau mungkin menuliskan 'aku kangen kamu'. Namun aku sadar aku bukan siapa-siapa mu. Kamu kini adalah orang asing bagiku. Sama seperti katamu dulu sebelum aku begitu mengenalmu. Aku orang yang asing bagimu. Kamu takut aku memasuki hidupmu. Meski akhirnya kau biarkan aku masuk hidupmu untuk sementara. Lalu pada akhirnya kamu memilih untuk menjadi tiada. Aku tidak bisa berbuat apa-apa selain belajar menerima, bahwa ternyata begini rasanya terluka.
Iya kamu prioritas aku tapi aku bukan prioritas kamu. Bukan kamu yang beri harap tapi aku yang terlalu berharap. Bukan kamu yang tak perduli tapi aku yang terlalu ingin kamu perduli. Jika bisa, akan aku lepas genggaman itu. Tapi apa kamu tahu? Bukan tangan ku yang menggenggam, tapi hati ini. Jika hati bilang kamu ya kamu. Aku tidak akan melepas juga tidak akan menggapai kamu (lagi). Tapi nyatanya aku masih disini, berdiri bersama bayangmu. Menanti hari dimana nanti hati ku benar-benar melepas kamu.
YOU ARE READING
Sad Ending
Teen FictionDi sketsa cerita ini, aku sangat memahami. Keadaan seperti sekarang tidak akan bertahan lama. Pelan-pelan kita akan menjadi aku dan kamu lagi. Masing-masing seperti kemarin.
