BONUS

204 4 0
                                    

Hai, laki-laki yang pernah mengisi hati! Bagaimana kabarmu? Kuharap kamu selalu dalam keadaan baik.

Aku sama sekali tak pernah menyesali perjumpaan kita. Justru kusyukuri sebab bertemu denganmu memberikan pelajaran yang berarti. Terima kasih pernah singgah, meski ujungnya berakhir tak indah. Rasanya tidak menyangka aku dan kamu akan menjadi seasing ini. Kita seolah lupa pernah begitu dalam saling menjaga hati. Kita seolah lupa pernah menanamkan cinta yang rasanya akan abadi. Pun kita lupa pernah melebur dalam senyum usai mengikat janji.

Sekarang bagaimana? Aku dan kamu hanya menjadi dua manusia yang bukan siapa-siapa layaknya kita sebelum memutuskan saling mencinta. Bahkan kurasa, hubunganku denganmu jauh lebih buruk seperti sebelum kita saling sapa. Entah. Barangkali memang sebaiknya seperti ini.

Bagaimana dengan lukamu? Sudahkah sembuh, atau jiwamu telah sepenuhnya kembali utuh? Apakah sayatan-sayatan yang tercipta sebab kepergianku sudah kamu sulam sehingga tak lagi tersisa luka? Andai benar, aku turut berbahagia.

Di sini pun aku sudah cukup baik. Namun, aku tidak dapat menjamin telah sepenuhnya pulih. Aku hanya merasa lebih kuat dari hari-hari sebelumnya. Pikiranku tak lagi memberontak atas hilangnya dirimu dari hidupku. Sekarang aku sudah mampu berdamai dengan keadaan.

Mas, tenyata kita tidak ditakdirkan berjodoh, ya. Nyatanya, cinta saja tak cukup membuat kita menua bersama. Pun do'a tak mampu membawa kita bertemu pada takdir yang sama. Kisah kita selesai tepat di hari kita memutuskan usai.

Sekarang mari mengikuti alur yang telah digariskan-Nya. Mari melanjutkan hidup dengan semestinya.

Akan ada masanya buku lama dibuka kembali oleh penulisnya. Sebenarnya aku sudah tidak ingin lagi membaca buku itu, tapi jujur aku merindukan bab pertama buku itu.

Sad EndingWhere stories live. Discover now