Part 1

21.7K 1.4K 114
                                    

Aku berdiri di depan sebuah pintu besar. Aku yakin kau pasti ada di dalam sana. Kau dengan senyumanmu yang hangat. Tapi, kenyataan berkata lain. Ketika pintu itu terbuka... aku melihat orang lain.

***

Seorang gadis bermata cokelat cerah berjalan menuju suatu tempat, gadis itu berbelok masuk ke dalam sebuah gedung yang di depannya terdapat papan kecil bertulisan 'Café Anteiku'. 

Ia menaiki tangga, lalu mendorong pintu di lantai dua dan masuk. Bel diatas pintu tersebut berbunyi tanda ada yang datang. Aroma kopi yang khas tercium.

Gadis bermata cokelat cerah itu berjalan menuju meja yang ada di dekat jendela. Kemudian ia duduk, lalu matanya menyapu sekelilingnya. 

Hari ini Café Anteiku lumayan ramai. Ia menoleh ke arah jendela dan memandang keluar. Dari jendela ini ia bisa melihat warga Tokyo yang berlalu lalang di trotoar.

"Permisi," gadis cantik itu menoleh,

"Apa ada yang ingin anda pesan?" gadis itu melihat seorang lelaki bermata abu-abu kelam, berpakaian pelayan. Orang itu sudah pasti pelayan Café Anteiku. Gadis bersurai hitam panjang itu memiringkan kepalanya sedikit menatap pelayan itu. 

"Penutup mata?" pikirnya.

"Ano," gadis itu tersadarkan, dia terlalu menatap pelayan itu. "Ah iya. Aku ingin memesan Cappucino dan Sandwich." Pesan gadis itu. Pelayan itu mencatat pesannya.

"Baiklah. Silahkan ditunggu. Pesanannya akan segera datang." Ujar lelaki itu ramah, kemudian lelaki itu pergi. Gadis bermata cokelat cerah itu memperhatikan pelayan lelaki tsb. 

"Kemarin lelaki itu tidak ada. Apa dia pegawai baru disini?" batinnya. 

Gadis itu mengendikkan bahu kemudian ia kembali memandang keluar jendela.

"Sudah satu minggu aku kembali ke Tokyo. Tidak banyak yang berubah," Gadis itu menghela napas. "Apa mereka masih banyak berkeliaran di Tokyo..." pikir gadis itu dengan tatapan menerawang.

Tiba-tiba darah, luka, mayat, senjata, orang yang sekarat, dan mata merah melintas dibenak gadis itu. Ia tersentak, napasnya sedikit terengah. Gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya. 

"Tidak! Jangan dipikirkan."

Kemudian ia mengambil novel yang ada didalam tas hitam lalu membacanya. Beberapa saat kemudian gadis itu hanyut dalam kisah novel tersebut.

Tak lama, pesanan gadis bermata cokelat cerah itu datang. Pelayan lelaki tadi yang mengantar pesanan gadis itu.

Gadis itu kembali memperhatikan pelayan tsb. Entah mengapa ada yang menarik perhatiannya. 

Pelayan tsb sadar bahwa dia sedang diperhatikan. Setelah menaruh pesanan gadis itu diatas meja, ia menatap gadis itu dan tersenyum manis. 

"Apa ada yang bisa saya bantu lagi?"

Gadis itu terkesiap pelan, dia pikir setelah menaruh makanan lelaki itu akan pergi.

"Maaf sebelumnya. Aku sudah dua hari ke sini, tapi belum pernah melihatmu." Ujar gadis itu, akhirnya ia mengeluarkan apa yang  dipikirkan.

"Saya pelayan baru di sini. Sebenarnya sudah seminggu bekerja di sini, tapi dua hari kemarin saya libur." Jawab pelayan tsb dengan senyum malu-malu.

"Oh begitu. Maaf sudah mengganggu kerjamu... etto..." gadis itu melirik name tag pelayan itu, lalu kembali menatapnya. "...Kaneki Ken." 

Lelaki yang bernama Kaneki Ken itu tersenyum kalem "Tidak apa."

"Kalau begitu saya kembali bekerja. Silahkan dinikmati." Setelah itu lelaki bermata abu-abu itu melengang pergi. 

Gadis cantik itu meminum Cappucino pesanannya. Saat meminum matanya melirik Kaneki yang sedang membersihkan gelas. Setelah meminum, ia menaruh gelasnya dan kembali membaca buku. 

"Lelaki itu terlihat baik dan ramah, tapi kenapa dia menutup mata kirinya? Apa matanya sedang terluka?" batin gadis itu kepo.

Beberapa saat kemudian, ia kembali hanyut dalam cerita novel.

Kaneki sedang membersihkan gelas-gelas. Lelaki bermata abu-abu itu memperhatikan secara diam-diam gadis yang menegurnya tadi. 

"Touka-chan, apa gadis itu sering datang ke sini?" tanya Kaneki pada seorang gadis bersurai biru gelap. Touka. 

Touka yang sedang membuat kopi berhenti sejenak dan melirik gadis yang dimaksud Kaneki.

"Ya, mungkin. Sudah tiga hari ini gadis itu datang ke Café. Sepertinya dia menyukai kopi di sini." Jawab Touka sembari kembali membuat kopi. Gadis itu melirik Kaneki dari ujung matanya. "Ada apa, Kaneki?"

"Tadi gadis itu berkata padaku, kalau dia tidak pernah melihatku di sini." Ujar Kaneki. 

"Lalu kau jawab apa?" tanya Touka.

"Aku bilang, aku pelayan baru di sini." Jawab Kaneki. Touka menajamkan matanya pada Kaneki. 

"Jangan buat gadis itu curiga dengan Café ini." Tegur Touka. Kaneki menggeleng.

"Tentu saja tidak, Touka-chan. Tapi, sepertinya aku tidak bisa berada didekat gadis itu."

"Kenapa?"

"Aroma gadis itu sangat manis, seperti gula-gula." Ujar Kaneki. 

Touka menajamkan matanya pada Kaneki, "Jaga mulutmu, Kaneki." 

Kaneki terkesiap, "Ah iya, maaf, Touka-chan. Sisi ghoul-ku mencium aromanya." 

Touka menghela napas, lalu ia menatap gadis cantik bersurai hitam yang sedang asik membaca novel itu.

"Sebenarnya aku juga mencium aroma manis dari gadis itu. Gadis itu sangat menarik perhatian para ghoul. Setelah gadis itu datang ke sini, tempat ini menjadi ramai."

"Benarkah? Berarti dia dalam bahaya." Touka mengendikkan bahunya. "Tapi gadis itu baik-baik saja. Bahkan dia datang ke sini lagi."

Kaneki memperhatikan gadis cantik bermata cokelat cerah itu. Gadis itu terlihat nyaman di Café ini, duduk manis sambil membaca novel romance picisan ditemani Cappucino dan Sandwich. 

Apa gadis itu tidak sadar bahwa disekitarnya para costumer menatapnya dengan tatapan tertarik? Termasuk Kaneki. Pikir Kaneki.

"Kerja yang benar, Kaneki." Tegur Touka yang lewat sambil membawa kopi. Kaneki terkesiap, "Baik!" 

Kaneki melirik Touka yang lewat, setelah Touka jauh, ia menghembuskan napas.

Satu jam kemudian, gadis itu menatap arloji yang ada ditangan kirinya. Kemudian ia memasukkan novelnya ke dalam tas dan berdiri, lalu ketika ia berjalan menuju kasir, tak sengaja ia menabrak Kaneki yang sedang mencatat pesanan.

"Maaf, aku tidak sengaja." Kaneki berbalik menghadap gadis itu, "Tidak apa," ujar Kaneki singkat dengan senyum tertahankan. 

Aroma gadis itu semakin menusuk hidung. "Gadis ini sangat harum!" Kaneki berusaha menahan sisi ghoulnya.

Gadis itu membayar pesanannya di kasir, lalu ia menatap Kaneki yang sedang membuat kopi. 

"Kaneki-kun," panggil gadis itu dengan suara merdunya. Kaneki menoleh. 

"Aku pulang dulu, terima kasih atas makanannya." Kaneki tersenyum kalem dan mengangguk. "Terima kasih kembali."

Setelah itu, gadis itu melengang pergi. Kaneki menghembuskan napas lega setelah gadis itu pergi. Sedari tadi dada lelaki itu bergetar, tidak kuat dengan aroma manis gadis bermata cokelat cerah tadi. 

Kaneki menyentuh mata kirinya yang ditutup. Dia yakin, matanya sudah berubah. 

Kakugan lelaki itu... aktif.

His Eye - Black "Tokyo Ghoul"Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz