|Part 11| Geng Rodra

881 195 18
                                    

Hati sedang benar-benar tak baik-baik saja, namun otak dan seluruh badan menyuruh kita untuk baik-baik saja

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hati sedang benar-benar tak baik-baik saja, namun otak dan seluruh badan menyuruh kita untuk baik-baik saja. Padahal hati kita sedang terluka.

Parfum di semprotkan ke seluruh badan. Bau harum tercium sangat jelas di badan seorang pria yang tengah bersiap-siap sekarang. Sesekali ia membernarkan letak jambulnya yang sedikit turun karena minyak rambut yang ia gunakan tak rata. Di sisirnya rambut itu dengan penuh hati-hati. Ia kemudian meraih Hoodie dan bermaksud untuk meraih kunci motornya. Namun ternyata tak ada. Ia tahu ini kerjaan siapa. Ia kemudian keluar kamar dan menuju ke tower sebelah, tepat di mana semua pembantu dan orang yang menjaga dirinya berada. Dua tower apartemen mewah ini adalah milik Panji, tepatnya adalah orang tua dirinya yang memberikan kekayaan secara cuma-cuma terhadap Panji yang selalu meminta apa pun itu.

Ia hanya perlu berjalan dan menyusuri lorong yang rupanya terlihat ramai. Benar saja ketika ia membuka pintu, para asisten dan pembantunya sedang menjalankan aktivitas makan bersama dan ketika melihat dirinya semuanya langsung berdiri dan meninggalkan makanannya di atas meja. Panji tak peduli. Ia segera menghampiri Ahmad yang tak lain adalah mata-mata mamanya.

"Mana kunci motor Vespa gue?" tanya Panji pada Ahmad yang saat ini berdiri di hadapannya sembari menundukkan kepalanya.

"Hari ini tak ada keluar malam, Den. Maaf ini pesan dari Nyonya besar."Ahmad tak berani untuk membantahnya karena ia di bayar untuk menjaga Panji bukan menuruti perintah Panji yang ada di depannya.

Panji yang mendengar itu menghembuskan nafasnya. Sembari berkacak pinggang ia menatap tajam asisten pribadi yang selalu menjaga dirinya dan melaporkan apa pun itu pada mamanya. Ia kemudian meraih kerah baju Ahmad dan mengancamnya. Tatapan Panji sangat marah. Ia kemudian menatap asisten yang lainnya dengan penuh ancamannya.

"Di sini gue yang berkuasa! Bukan mama. Turuti apa kata gue, kalau lo semua mau aman dan tetap kerja di sini. Paham?" tanya Panji sedikit berteriak.

"Paham, Den." Semua asisten menjawab dengan patuh perintah Panji.

Tatapan Panji kemudian terarah pada Ahmad yang tetap pada pendiriannya. Ia kemudian menunjuk orang kepercayaan mamanya itu dengan tatapan marah.

"Gue gak ada waktu buat berantem sama lo. Mana kunci gue," pinta Panji membuat Ahmad tetap pada pendiriannya saat ini.

"Tetap tidak bisa Den. Ini perintah Ibu," balas Ahmad membuat Panji melepaskan cengkeramannya.

"Argh! Anj**g." Panji kemudian keluar dari area itu. Terpaksa ia mengambil kunci motor sportnya dan segera pergi dari sana. Mengabaikan semua teriakan dari Ahmad yang berusaha untuk mencegah dirinya. Ia bukan anak kecil yang tak tahu apa-apa. Pergaulan bebas adalah kunci kebahagiaan dirinya yang sesungguhnya.

Milenial VS Old Style (Completed) Where stories live. Discover now