|Part 63| Cobaan Terberat

677 138 63
                                    

Ada yang pernah merasakan di posisi ku sekarang?
• Sudah terlanjur percaya namun tetap saja terluka
• Di posisi sebagai anak yang harus patuh, namun orang tua kita tak paham akan apa yang kita rasa
• Terlanjur percaya pada orang yang salah
Jujur jika di suruh memilih untuk membunuh orang saat ini, akan ku lakukan untuk melampiaskan rasa sesak yang tak pernah aku bayangkan.

"Nak, akhirnya kamu sampai juga." Rina menyapa anaknya yang tiba-tiba datang dan duduk bersebrangan di kursi di depannya.

Tak ada jawaban dari Farel yang hanya diam sembari menatap pintu UGD yang tertutup rapat dengan lampu yang menyala. Jangan di tanya perasaannya seperti apa, hatinya hancur seolah tak bisa di sambung dengan hati yang lainnya. Sesak? Jangan di tanya. Bagaikan ribuan panah yang menancap dalam atmanya, ia seolah tak bisa kemana-mana dan hanya bisa merasakan sesak yang tak terkira. Ia sampai sekarang tak paham, kenapa ini semua terjadi saat ia ingin meraih mimpinya di sana.

"Farel kamu sudah makan?" tanya Rina pada Farel yang kemudian menatap ke arahnya.

"Jangan banyak bacot!" Seru Farel dengan mata yang memerah menahan amarah yang siap meluncur kapan saja.

Rina terkejut akan hal itu. Bahkan ia sempat terlonjak kaget kala anaknya bersikap seperti itu pada dirinya. Ia kemudian memegang tangan suaminya yang saat ini hanya bisa diam menunggu kondisi anaknya yang amat ia sayang juga. Selama ini Baskoro sudah terlanjur termakan oleh omongan istrinya dan mengabaikan betapa sakitnya jika ia bersikap seperti itu pada anaknya.

Rina yang mendengar itu kemudian berjalan menuju Farel yang ada di sebrang sana. Terduduk berdampingan dengan tangan yang ingin mengelus rambut Farel seperti biasa, namun tanpa ia sangka Farel menghempas tangannya dan menggeser posisinya agar tak dekat dengan dirinya. Merasa ia abaikan entah kenapa ia merasakan sesak dan menangis di tempatnya.

"Kenapa? Sakit di gituin sama anak emasnya?" Farel bertanya pada Rina yang sudah menangis di tempatnya. "Nih, gue balikin surat keberangkatan gue ke Inggris. Gue gak akan Sudi lagi untuk nurutin semua kata-kata wanita ular kaya lo!"

Lemparan berkas itu di arahkan pada wajah Rina yang hanya diam dan menangis menahan sakit di hatinya. Rina kemudian meraih tangan anak satu-satunya. "Kenapa kak? Apa mama buat salah sama kamu?"

"Jangan pegang gue bisa? Tangisan lo itu hanya sandiwara. Bisa-bisanya gue dan papa selama ini tertipu sama gaya lembut lo. Apa tujuan lo?" tanya Farel dengan tatapan penuh amarah.

"Tertipu bagaimana Farel?" tanya Baskoro yang hanya bisa menyimak perbincangan mereka.

Farel kemudian meraih ponsel dalam saku celananya. Dengan gerakan cepat ia memutarkan pesan suara yang dikirimkan oleh Prima dengan suara penuh dan dengan tatapan tajam pada Rina yang hanya bisa diam dan menunduk di tempatnya. Wanita itu seolah tak bisa berkata-kata.

Baskoro yang menyimak hal tersebut pun tampak terkejut pula atas kebenaran yang baru saja ia dapatkan dari pesan suara yang ternyata di rekam oleh Prima anaknya. Jadi selama ini apa yang dikatakan oleh anaknya itu benar. Bukan Prima yang berlaku kasar pada Rina, namun istrinya lah yang berusaha untuk menjauhkan dirinya dengan anaknya. Ia kenapa begitu bodoh dan mempercayai istrinya di bandingkan anak kandungnya? Ia terlalu percaya bahwa Rina mendidik Prima dengan penuh kasih sayang yang sama dengan cara dia mendidik anaknya Farel.

"Coba lo bilang ke gue, kalau gue hanya anak sampah dan tak seharusnya ada di sini, bilang ke gue," ucap Farel sembari menatap Rina yang hanya menggelengkan kepalanya.

Milenial VS Old Style (Completed) Where stories live. Discover now