|Part 13| Makanan Spesial

760 196 29
                                    

Jika kau sakit, maka diamlah
Ratu tak perlalu membalas perbuatan orang yang menghinanya dengan kata-kata, namun perbuatan yang akan membuktikan semuanya.

"Prima, kakak mau bicara sama kamu," ucap Farel kala sang adik ingin melangkah masuk ke dalam rumah. Tampak wanita itu menghentikan langkahnya. Memutarkan badannya menatap sang kakak yang juga tengah mendekati dirinya.

Prima hanya diam di tempatnya. Walau pada akhirnya ketika matanya menatap wajah tampan itu terasa sakit dan tak bisa di paksa untuk baik-baik saja. Tapi ia teringat satu kalimat yang tak akan ia lupakan begitu saja. Perkataan dan pesan dari wanita yang ia sayangi untuk selamanya. Wanita yang selalu mengatakan tersenyumlah walau segelintir orang membuat hatimu sakit tak terduga. Karena dengan senyum kita tak akan di bilang sebagai wanita yang lemah. Sesakit apa pun ia sekarang, yang bisa ia lakukan hanya tersenyum untuk menutupi kepedihan.

"Kakak mau minta maa----"

"Jangan di bahas kak. Kakak gak salah."

Farel menatap adiknya yang tersenyum di tempatnya. Dengan Hoodie yang digunakan untuk menutupi tubuhnya yang terekspos tadinya.

"Aku duluan kak. Udah malam, besok harus sekolah." Prima kemudian membalikan badannya. Menghela napas sejenak dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Hanya satu yang ia tuju. Kamar adalah tempat terbaik bagi dirinya untuk meluapkan semaunya. Meluapkan segala rasa sakit yang ada di hatinya.

***

Suara adzan subuh sudah terdengar di telinganya. Wanita muda tanpa terjaga dan mengucek matanya berusaha untuk beradaptasi dengan cahaya yang menerangi kamarnya. Ia meraih handphone jadul yang diberikan ibunya. Handphone itu tampak sudah tua, namun sangat berarti baginya. Jam sudah menunjukkan pukul 05.00 di mana waktunya ia bangun untuk menyiapkan makanan spesial untuk bapaknya. Prima segera bangun. Ia mengucir asal rambutnya. Kemudian ia mencuci muka dan wudhu untuk melaksanakan shalat subuh sendirian.

Hanya butuh beberapa menit ia kemudian keluar setelah menyelesaikan shalat Subuhnya. Ketika membuka pintu kamar, hanya ada kesepian yang ia rasakan. Ia sempat melihat pintu kamar sang kakak yang masih tertutup dengan kamar yang tanpa lampu pertanda bahwa sang kakak sedang dalam mimpinya. Prima menuruni anak tangga untuk menuju ke dapur rumah tangga. Ia membuka kulkas dan memilih bahan yang digunakan untuk membuat pecel lele kesukaan dirinya dan bapaknya dulu.

"Loh, ada apa-apa pagi-pagi begini sudah di dapur?" Tiba-tiba pertanyaan dari seorang wanita paruh baya menghampiri dirinya membuat ia mematung di tempatnya. Ia takut jika itu adalah suara ibu tirinya. Namun ketika ia menutup pintu kulkas ternyata hanya pelayan rumah di tempatnya.

"Astaga, Bu. Ibu buat Prima kaget aja," ujar Prima segera menaruh bahan-bahan itu di meja masak.

"Non ngapain di sini? Nanti saya yang kena marah sama bapak dan ibu. Non mau saya buatkan makanan apa?" tanya pembantu yang memang selalu mempersiapkan makanan untuk keluarga mereka.

Prima tampak menggeleng dengan senyumannya. "Enggak. Hari ini Prima mau masak buat bapak. Boleh, kan?"

"Tapi ----"

"Ini bakal aman, kok. Prima mau masak makanan spesial buat bapak. Bibi namanya siapa?" tanya Prima membuat pembantu rumah tangga itu tak menyangka.

Milenial VS Old Style (Completed) Where stories live. Discover now