3. Tiga Istri Tuan Aezar

40.8K 4.4K 25
                                    


°

°

•°•°•°•

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•°•°•°•

"Kukira Tuan Aezar akan menikahi seorang wanita berkelas yang setara dengan kita. Tapi tidak kusangka ternyata seorang gadis kecil yang datang."

Thana diam-diam merengut kesal.

"Kalian bisa kembali ke tempat masing-masing dan kerjakan tugas kalian!" Wanita bergaun merah terang itu memerintah, yang langsung dengan cepat dilaksanakan oleh orang-orang di sana.

Thana terhenyak saat melihat wanita itu mulai berjalan ke arahnya. Diikuti kedua yang lain.

"Selamat datang, adik kecil," sapanya dengan nada mengejek.

Thana mendongak untuk melihat wajah wanita di depannya. Bahkan ketika dia sudah memakai sepatu hak, dia masih tampak seperti kurcaci di antara ketiga wanita itu.

"Aku adalah Pridala, istri pertama Tuan Aezar. Ini adalah Sindera, istri kedua Tuan Aezar.." tunjuknya pada wanita di sebelah kiri yang memakai pakaian ketat berwarna biru gelap.

"..dan ini adalah Cemira, istri ketiga Tuan Aezar." Lalu ibu jari lentiknya menunjuk ke wanita di sebelah kanannya yang memakai gaun panjang yang anggun berwarna hitam.

Kenapa mereka semua memakai pakaian ketat, seksi? Apa Tuan Aezar lebih suka para istrinya berpenampilan seperti itu? Argh, itu bukan gayanya! jerit Thana dalam hati.

"Kau adalah istri keempat Tuan Aezar. Dan sekarang namamu adalah Fyodra."

"T-tapi kenapa aku harus mengganti namaku?" tanya Thana spontan.

Pridala mengerutkan dahinya. "Cukup diam dan patuhi semua peraturan di sini!" desisnya tak suka.

Lalu wanita itu berbalik dan berlalu dari hadapannya. Sindera dan Cemira lagi-lagi mengikuti.

Barulah setelah mereka pergi, Thana mengangkat wajahnya. Dia mendengus kasar. Tangannya mengepal dan dia meninju udara.

"Dasar wanita tua menyebalkan! Rasanya aku ingin sekali memukul wajahnya itu."

Thana menoleh saat mendengar suara kikikan dari belakangnya. Ternyata Sasi tengah menahan tawanya.

Perempuan itu mendongak dan tertegun. "M-maafkan saya, Nyonya."

"Hei, untuk apa kau meminta maaf. Kau tidak melakukan apapun. Tertawalah jika kau ingin tertawa."

"Hah.. aku tidak bisa membayangkan bagaimana hidupku di antara orang-orang kaku ini."

"Anda harus terbiasa," balas Sasi dengan kekehan pelannya. Kini dia tampak sudah semakin santai.

"Baiklah. Mari saya antar ke kamar Anda. Lalu saya akan membantu Anda membersihkan diri."

Lady of Daimon ✓Where stories live. Discover now