Once upon a time..

12.2K 1K 86
                                    

Ketika matahari perlahan mulai menampakkan diri, seorang pelayan tanpa mengetuk pintu datang dan masuk ke kamarku. Ia meniup lilin di samping mejaku, kemudian membuka gorden lebar-lebar.


"Tuan Jeno.. saatnya bangun."


Aku mengerang pelan, sedikit tak terima dengan waktu yang tak terasa sudah berganti. Begitu cepat memang.


Setelah berganti pakaian dan merapikan penampilan, aku mulai turun ke bawah. Beberapa maid nampak sibuk berlalu lalang dihadapanku—ini sebuah aktifitas yang lumrah, setiap harinya terjadi di mansion ini.

Kakiku berjalan menuju ruang makan keluarga kami. Dengan beberapa kudapan sudah tersaji disana, serta beberapa orang yang terduduk saling menghadap. Ia adalah Ayahanda, Ibunda, dan Jemima..


"Jen! Kenapa siang sekali, aku menunggumu!" Jemima sedikit berteriak, bibirnya mengerucut kesal.


"Maaf, aku kesiangan." Ucapku singkat sembari tersenyum kecil.


"Selalu seperti itu. Ini karena aku yang sudah tidak sekamar denganmu. Tidak ada yang membangunkanmu, tidak ada yang meneriakimu setiap pagi, tidak ada yang—"



"Jemima!" Ayahanda berseru kemudian.


"Jangan berteriak di pagi hari Jemi. Ada tata krama di setiap sudut rumah ini. Diam, dan habiskan makananmu." Ucap Ibunda menenangkan.


Beberapa saat kemudian hanya ada keheningan yang melingkupi ruangan ini. Dengan kami yang sibuk menyantap kudapanku, dan sesekali manikku beralih pada Jemima.


Pakaiannya hari ini adalah atasan putih dengan kerah menumpuk dan belahan dada yang sedikit rendah. Dengan surai pirang seleher yang ia gerai. Sangat cantik, kupikir apapun pakaiannya akan selalu cocok ia kenakan.

 Sangat cantik, kupikir apapun pakaiannya akan selalu cocok ia kenakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Entah aku tak tau bagaimana mendeskripsikan Jemima. Begitu cantik, seperti mawar segar yang baru mekar di kebun yang hijau. Begitu murni, seperti emas yang dibersihkan berkali-kali.



Aku tetap pada kegiatanku, makan dan memandangi adikku diam-diam. Entah bagaimana, tanpa kusadari sepasang mata onyx menatapku dengan tak biasa..














Selayaknya Hades yang terpesona pada kecantikan dan kemurnian Persephone..

Tak salah bukan jika aku melakukan hal yang sama padanya?

Adolescence











Hujan deras dengan petir mengguyur kota London malam ini..


Begitu deras, hingga kurasakan petir seakan dekat dengan kami.


Lonceng jam kakek di ruang keluarga kami berdentang cukup kencang, begitu menggema memenuhi ruangan. Aku menoleh belakang, waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam.


𝓐𝓭𝓸𝓵𝓮𝓼𝓬𝓮𝓷𝓬𝓮 | Nomin Fanfiction Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang