Chapter 9: Lacrimosa

2.8K 378 36
                                    

London masih tertutup salju ketika hari itu tiba. Di penghujung tahun tepatnya di tanggal 20 Desember. Sebuah mansion megah yang berdiri sedikit jauh dari wilayah kota nampak sibuk dan mencekam.

Beberapa maid naik turun tangga dari dapur menuju kamar utama majikan untuk menyiapkan sesuatu. Dengan membawa ember berisi air panas, mereka bak semut pekerja yang sibuk. Saling bekerja sama untuk mempermudah pekerjaannya.

"Apakah anda sudah menelepon Tuan Vincent?" Maurice, si kepala Maid mansion Leonhart berucap.

"Beberapa saat lagi Tuan akan sampai." Jawab William. Sesekali ia mengambil jam tangan saku dari balik jas hitamnya.

"Baguslah. Aku akan masuk kedalam untuk membantu Nona Lucy. Aku takut ia kesulitan menangani Nyonya Maria sendirian."

Tak lama kemudian datanglah sebuah kereta kuda. Sang penumpang seketika keluar dengan sedikit berlari dan tergesa-gesa. Mengindahkan topi fedora hitam yang ia buang sembarangan, dan sarung tangan kirinya yang menghilang entah kemana. Fokusnya hanya satu untuk menemui istrinya saat ini.

"Tuan Vincent, Nyonya berada di kamar utama." Salah satu maid berbicara dengan sedikit berteriak.

Vincent mengangguk. Segera ia menaiki tangga lobby untuk menuju tempat yang dimaksud. Beberapa maid berdiri berjejer di depan pintu, menanti kabar baik yang keluar.

Ketika ia membuka pintu, adiknya lebih dulu memeluknya sambil berlinang air mata. Bajunya bersimbah darah, keringat mengucur dari wajahnya yang kelelahan.

"Kakak.."

Vincent membelalakkan matanya.

Di atas ranjang, dapat ia lihat istrinya yang terbaring dengan lengan yang mengapit dua sosok kecil disamping kanan kiri.

"Selamat.. ada dua bayi yang lahir.." Lucy menangis dengan haru bak anak kecil yang baru diberikan hadiah. Beberapa pelayan mengulum senyum, sedikit menertawakan tingkah adik dari majikan mereka.

Di depannya, Maria melemparkan senyum. Namun untuk pertama kalinya, atensinya tak diarahkan kepada sang istri.

Dua sosok kecil berambut pirang begitu menarik perhatiannya. Yang kelak akan menjadi penerus Leonhart, meneruskan apa yang ia miliki saat ini. Menbesarkan nama Leonhart nantinya. Bukan hanya satu, tapi dua orang sekaligus yang hadir.

Vincent memang bukan pribadi yang religius, namun berkat yang datang kepadanya seperti bertubi-tubi.

Maria melambaikan tangan, mengisyaratkan suaminya untuk menghampiri.

"Ada dua malaikat kecil di pelukanku yang menanti Ayahnya untuk memberikan nama. Lantas, bagaimana kami dapat memanggilnya?"

Vincent tersenyum.

"Kelak anak ini akan tumbuh dengan wajah rupawan, sifat lembut dan manis. Aku menamai Jemima untuk si bungsu."

Lantas Vincent beralih pada sisi kiri.

"Untuk dia.. kelak tugasnya memang sedikit berat karena akan menggantikanku menjadi Earl. Tapi, ia akan tumbuh dengan ambisi yang membaja. Berusaha keras mencapai apa yang ia inginkan dalam hidup. Anak ini akan tumbuh sepertiku nantinya." Ada jeda sebelum Vincent melanjutkan ucapannya.

"Aku menamainya Jeno.." Sebuah kecupan ia daratkan di kening si sulung setelahnya.

Mansion Leonhart bersuka cita mendapatkan anggota baru. Sebuah kelahiran dua anak bangsawan yang nantinya akan dihormati dan disegani. Namun, yang namanya hidup selalu ada sesuatu tak terduga yang nantinya akan nampak.

𝓐𝓭𝓸𝓵𝓮𝓼𝓬𝓮𝓷𝓬𝓮 | Nomin Fanfiction Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang