Chapter 13: Misunderstanding

2K 261 32
                                    



"Bagaimana keadaannya saat ini.."

Di dalam ruang pertemuan milik kediaman Leonhart, semua duduk dengan tegang menanti jawaban. Sepasang suami istri saling menautkan tangan—berharap akan adanya keajaiban.

Satu-satunya anak laki-laki disana terdiam, sedikit tak mengerti dengan situasi chaos yang terjadi. Banyak orang-orang berbaju hitam dan bertopi baret di ruangan ayahanda.

"Dokter sedang menanganinya. Saya mohon Nyonya jangan menangis.."

Maurice—kepala pelayan di rumahnya berkali-kali berujar kalimat penenang. Dia dengan setia berdiri di samping sang ibunda. Wajah dingin yang biasa ia tunjukkan entah kenapa hari ini berbeda.

Cklek

Pintu ruangan terbuka, menampilkan sosok pria dewasa dengan balutan jas putih. Sontak seluruh netra memandang ke arah si pria bersamaan.
Ibunda langsung bangkit dari duduknya—dengan sisa lelehan air mata yang masih membasahi wajah.

Bak mengerti, pria itu mengambil posisi untuk berdiri depan semua orang.

"Kondisi tuan muda bisa dibilang tidak baik. Luka psikis dalam dirinya memburuk, ditambah dengan halusinasi akut dan perbuatan menyakiti diri sendiri. Nafsu makannya juga sudah menurun."

Pria dewasa itu—sang dokter menghela nafas berat. "Jika seperti ini terus-terusan, saya khawatir jika tuan muda akan kehilangan kendali atas dirinya."

Pecah sudah tangisan sang ibunda. Bangsawan cantik itu terduduk di atas lantai dengan tangisan pilu yang menyertai. Hati ibu mana yang tak hancur mengetahui anaknya kesakitan—terlebih karena kejadian naas tempo hari.

Satu saja pilar muda Leonhart yang hancur, maka dapat meruntuhkab pondasi yang susah payah keluarganya bangun berabad-abad lalu.

"Lantas bagaimana solusinya? Kami tidak mungkin membiarkan Jemima seperti itu." Ayahanda membuka ucapan.

Sang dokter diam beberapa detik sebelum menjawab. Sebenarnya kasus seperti Jemima sudah banyak ia temui, dan tak sedikit juga yang sembuh. Akan tetapi Jemima adalah satu-satunya pasien yang termuda.

"Ini sulit, mengingat Tuan Muda Kedua adalah pasien termuda yang pernah saya tangani. Saya tidak menyarankan untuk mengkonsumsi banyak obat karena bisa menganggu perkembangannya."

"Sementara saya hanya akan memberikan setengah dosis dari biasanya."

Pandangannya beralih pada Ayahanda yang menatapnya dengan mata seolah menanti jawaban selanjutnya. Sang dokter menatapnya sekilas sebelum kembali berucap.

"Dukungan dari keluarga dekat bisa menjadi terapi tambahan. Oleh karena itu saya menyarankan jika orang yang paling dekat dengan tuan muda bisa merangkul dan menyemangatinya setiap hari."

"Jeno! Itu Jeno."

Ibunda berseru cepat. Ia dengan cepat berdiri setelah beberapa menit lalu bersimpuh di atas marmer. Tanpa mempedulikan gaun sutra nya yang kusut, ia berjalan cepat menuju putranya yang lain.

"Bantu adikmu. Bantu ia supaya bangkit. Peluk dia, lakukan apapun caranya. Kau adalah anak pertama penerus keluarga Leonhart. Kau tentu bisa melakukannya kan?"

Pengucapan yang kacau, serta pandangan Ibunda yang menatapnya dengan tangis adalah yang terakhir bisa Jeno tangkap.


Setelahnya yang terjadi adalah dirinya yang ditarik menuju satu ruangan yang lain..







𝓐𝓭𝓸𝓵𝓮𝓼𝓬𝓮𝓷𝓬𝓮 | Nomin Fanfiction Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang