Chapter 1: Pertemuan Menyebalkan

369 9 5
                                    

Alunan musik klasik mengalun perlahan tanpa sedikitpun mengganggu seorang gadis yang tengah sibuk mewarnai beberapa model gaun di kertasnya. Sesekali mengerutkan dahinya memikirkan warna apa yang cocok untuk gaun yang digambarnya.

"Permisi. Atas nama kak Clarissa?. Berikut pesanannya cappucino jelly drink dan pave chocolate. Pesanannya sudah lengkap ya kak. Apa ada lagi yang bisa dibantu?" Seorang wanita dengan seragam cafe membawakan pesanannya.

Clarissa menilik ke arah name tag wanita  tersebut dan tersenyum, "sudah cukup. Terimakasih Sarah." lalu ia lanjutkan kembali berkutat dengan desainnya, seakan tidak ada hal yang dapat mempengaruhi konsentrasinya.

Tidak lama setelah ia menyelesaikan desainnya, dua orang wanita menghampiri mejanya penuh keraguan, "nona Clarissa?"

"Ya saya sendiri. Ah, anda pasti nona silvy, mari silahkan duduk dulu." sembari tersenyum dan dilanjutkan dengan menjabat tangan kedua wanita tersebut.

"Ehm.. Baik kita mulai saja. Jadi nyonya dan nona, sebelum kita masuk ke pembahasan mengenai design gaun yang anda inginkan, boleh saya tau mengrnai konsep pernikahan anda terlebih dahulu? Hal ini saya tanyakan karena saya tidak ingin anda kecewa ketika gaun yang sudah dibuat sebaik mungkin bertolak belakang dengan konsep pernikahan anda. Tentunya kita semua menginginkan yang terbaik untuk acara itu bukan?" terang clarissa setelah pesanan mereka semua datang dengan senyum yang terus mengembang di wajahnya.

Clarissa begitu memahami bahwa design yang bagus jika tidak didukung dengan konsep yang tepat akan membawa dua kemungkinan buruk. Jika tidak memberi efek yang spesial bagi yang mengenakan, maka akan membatasi geraknya.

Tentu saja pengetahuan itu tidak didapatkan tiba-tiba, melainkan karena pengalamannya. Bagaimana tidak? Semenjak kuliah ia sudah menekuni dunia design meskipun ia kuliah di bidang hukum. Sehingga di umurnya yant baru 24 Tahun, ia sudah bisa mendirikan butiknya yang juga sudah cukup ternama. Bahkan tidak jarang desainnya dikenakan oleh artis-artis papan atas.

"Konsep pernikahanku simple dan elegan, dengan taburan mawar dan tatanan serba navy and gold didalamnya. Pesta ini digelar di di ballroom terbesar di jakarta. Pada puncak pestanya nanti jika tidak hujan maka atap ballroom akan dibuka dan diikuti dengan dansa dibawah rembulan." terang klien dihadapannya dengan rona merah memenuhi wajahnya sembari membayangkan hari pernikahannya.

"Tamu yang akan datang nanti juga diminta memakai dresscode berwarna gelap mengingat penerangan, peralatan makan,dan pernak pernik lain menggunakan warna emas." Ibu klien menimpali dengan senyuman hangat di wajahnya.

"Kalau begitu design gaun yang cocok menurut saya ball gown mengingat tempatnya yang luas. Warna gaun lebih baik terang, atau jika pengantin sangat menyukai warna yang gelap bisa mengenakan gradasi warna terang ke gelap atau sebaliknya. Nah kebetulan saya baru saja selesai mendesign beberapa gaun yang baru. Nona dan nyonya busa melihat-lihat dahulu sebelum menentukan mana yang kiranya cocok." ujar Clarissa sembari menyerahkan beberapa sketsa ball gown yang baru selesai ia buat.

Sembari menunggu kliennya memilih design gaun yang ia inginkan, Clarissa meminum cappucino jellynya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sembari menunggu kliennya memilih design gaun yang ia inginkan, Clarissa meminum cappucino jellynya. Entah kenapa segala hal berbau cappucino dan coklat tidak pernah terasa salah di mulutnya. Beberapa kali ia melihat kliennya mengerutkan kening seperti bingung dengan pilihan yang ada. 

"Nona, Nyonya, apakah kalian sudah menentukan pilihan? atau perlu saya bantu?" Clarissa tersenyum menanyakan dengan lembut. Ibu sang klien langsung menerangkan permasalahannya tanpa basa-basi. Begitupun dengan Clarissa yang seketika langsung memberikan solusi atas apa yang mereka permasalahkan hingga akhirnya mereka pun mencapai kesepakatan.

Ketika kliennya sudah pergi, clarissa memutuskan tetap disana sebentar untuk menikmati musik dan menghabiskan pesanannya dengan nikmat. Sesekali ia melihat interior ruangan dari kafe yang dikunjunginya ini. 

"Bagaimana bisa kontrak aslinya hilang?!! lalu bagaimana kita bisa memenangkan persidangan itu jika bukti aslinya hilang?!!!"

Clarissa menoleh ke arah suara itu datang. Terlihat seorang pria dengan setelan jas merek Booralro berwarna biru tua tertangkap di penglihatannya. Suara yang terdengar marah dan tentunya sangat mengganggu ketenangan Clarissa dalam sekejap hingga ia pun berniat untuk segera menghabiskan pesanannya dan pergi dari tempat ini. 

"Saya tidak mau tau!! minta bagian administrasi mereka untuk cari-sampai-dapat! jika kontrak aslinya tidak ditemukan juga maka minta perusahaan itu untuk bersiap kalah dan rugi 3 Miliar!!" 

Clarissa menghela nafas dengan keras. merasa sangat kesal dengan pria pemarah satu itu. Tidak bisakah dia mengecilkan volume suaranya di dalam cafe yang tidak seberapa luas ini?!

Belum lagi hilang kekesalannya, pria itu semakin menambah emosinya dengan berlaku ceroboh dan berujung tersandung kaki meja dan menumpahkan minuman itu tepat ke kepalanya. Sontak ia berdiri dan menghadap pria itu. 

"SUDAH CUKUP!! Setelah kau mengganggu ketenanganku dengan suara besarmu di ruangan ini yang mengalahkan suara musik klasik yang sedang diputar, sekarang kau menumpahkan minuman di kepalaku?!!!" Clarissa begitu geram hingga tanpa sadar membentak laki-laki itu.

Terlihat pria itu mematikan sambungan telfonnya dan seketika mengeluarkan sesuatu dari dompetnya, kartu nama. 

'Danish Adelio'

'Lawyer Giuztizia Lawfirm'

Aaah jadi pria menyebalkan dihadapannya ini pengacara. Tapi untuk apa? Baru saja Clarissa ingin bertanya, pria bernama danish itu sudah mengeluarkan suara terlebih dulu "Saya tidak memiliki banyak waktu luang, kirimkan saja nominal ganti rugi yang kamu butuhkan ke nomor yang tertera disana, akan langsung kukirimkan."

Setelahnya pria itu langsung berjalan melewatinya. Clarissa terbelalak dan mendengus mendengarnya. Ganti Rugi? Hah yang benar saja?! Siapa sebenarnya pria itu? Apa hanya karena dia itu pengacara lantas ia dapat berlaku seenaknya seperti itu?! Apa dia fikir aku menginginkan uangnya? Hah, Lucu sekali!

"HEI tuan pengacara yang terhormat. Apa kau fikir segalanya bisa selesai dengan beberapa lembar uang yang tidak aku butuhkan itu? Apa aku terlihat ingin mengemis uangmu?! Ah! apa karena kamu pengacara, kamu menjadi tidak punya sopan santun dan terbiasa menyelesaikan masalah dengan uangmu yang berlimpah itu?"

Danish berbalik seketika dan melihat dengan cermat gadis yang baru saja mengatainya. Skinny Jeans dengan kaos hitam polos dan sweater coklat melingkar di leher yang sudah basah terkena kopinya. badannya yang terlihat kurus dan.. datar, sama sekali tidak menarik dimatanya. Sial! Kenapa hari ini terasa sangat menyebalkan?! Pertama klien bodoh! lalu sekarang gadis menyebalkan yang mengatainya di tempat umum! 

"lalu apa maumu?" tukas Danish cepat karena sudah lelah dan tidak ingin memperpanjang masalah.

Clarissa kembali mendengus kasar. Ia tidak menyangka betapa bodohnya pengacara di hadapannya ini. "Bukankah kamu sudah membuat masalah? maka MINTA MAAFLAH! Astaga, bahkan bayi pun mengetahuinya, bagaimana mungkin seorang pengacara terhormat sepertimu tidak mengerti?"

Danish memutar bola matanya malas. Ia mendekat hingga memojokkan gadis itu di dinding kaca kafe sembari berbisik ke telinganya. "Maaf." Danish menyebutkan dengan cepat dan meninggalkan gadis itu menuju mobilnya setelah memberikan apa yang ia inginkan.

Clarissa mematung sesaat, tidak pernah sekalipun dalam hidupnya seorang laki-laki berbicara sedekat itu padanya. Sesaat setelah ia sadar dari lamunannya ia mengejar pria itu "HEI DASAR LAKI-LAKI KURANG AJAR! PERMINTAAN MAAF MACAM APA ITU DASAR BODOH?!!!" Clarissa seketika berteriak diluar kafe setelah pria tersebut menjalankan mobilnya. 

"Dasar pengacara gila!"


----------------------------------------------------

To Be Continued..

Designed for you, my LawyerWhere stories live. Discover now