Chapter 9: Perfect Partner

117 2 0
                                    

Pagi ini sidang Ara akan dimulai dengan pembacaan dakwaan dari jaksa penuntut umum. Saat ini juga Clarissa sedang bersiap bersama dengan Danish merapikan pakaian mereka. 

"Huff entah kenapa rasanya gugup sekali. Padahal ini bukan sidang pertamaku." Ucap Danish. Laki-laki itu menarik dan membuang nafasnya terus menerus sejak pagi. Clarissa yang melihatnya hanya bisa terkekeh pelan. 

"Apa kamu begitu gugup? Tenang saja, hari ini baru pembacaan dakwaan, kau belum perlu menunjukkan taringmu di hadapan mereka. Yang terpenting kau berpakaian bagus dan rapi untuk mengecilkan lawanmu." Ujar Clarissa tenang. 

"Ya kamu ga gugup, kan aku yang masuk dan duduk di meja pengacara nanti berhadapan langsung dengan jaksa dan hakim." Balas Danish sebal.

"Aku duduk berseberangan dengan ayahku nanti Danish. Jadi ini bukan hanya tentang peperanganmu saja. Ini juga kibaran bendera perang dariku untuk ayahku." 

Clarissa menengok sebentar ke arah Danish, melihat dasi yang dikenakan lelaki itu miring. Ia pun mendekat dan berinisiatif untuk membenarkan dasinya. Tapi laki-laki itu justru memundurkan dirinya. 

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Danish kaget melihat Clarissa mendekat ke arahnya. 

Clarissa yang melihat ekspresi itupun tahu bahwa laki-laki di hadapannya ini berfikir dirinya akan melakukan hal yang macam-macam. 

"Apa yang kau pikirkan? Aku hanya ingin membetulkan dasimu yang miring. Apa kau fikir aku akan menciummu?" Terang Clarissa sembari menarik dasi Danish hingga lelaki itu mau tidak mau mendekatkan kepalanya ke arah Clarissa. 

Well, Clarissa memang baik-baik saja dengan yang ia lakukan, tapi tidak dengan Danish. Laki-laki itu terlalu kaget bahkan jantungnya berdebar semakin keras ketika Clarissa membenarkan dasinya. 

Bagaimana tidak? Dalam jarak sedekat ini, Danish bisa melihat mata lentik Clarissa, hingga ia terfokus pada bibir merahnya yang terlihat sangat menggiurkan di matanya. Jangan lupakan wajah datar perempuan itu, laki-laki normal mana yang tak tergoda dengan pancaran cantik, seksi, dan dingin sekaligus dari perempuan di hadapannya? 

Setelah selesai membenarkan dasi Danish, Clarissa pun mendongak menatap ke arahnya. Ia mendengus mengira laki-laki di hadapannya semakin gugup untuk menghadapi persidangan nanti melalui degup jantung yang bertalu dengan keras saat ia membetulkan dasinya. 

"Singkirkan semua perasaan gugupmu. Kau benar-benar bukan pengacara amatir kan? jadi lakukan semuanya dengan benar. Jangan mengacaukan rencana kita dengan kegugupanmu." Ucap Clarissa sembari menjauh dan beberapa saat kemudian melemparkan kunci mobil ke arah Danish. 

"Hari ini juga, kita pakai mobil pribadiku. Jika kita belum bisa menampilkan taring kita sebagai musuh mereka, setidaknya kita bungkam mereka dengan penampilan yang memukau." 

Danish yang heran dan tak mengerti akan sikap perempuan di hadapannya pun menurut saja mengikutinya. 

***

Sementara itu suasana di depan pengadilan

"Pak bagaimana bapak akan mengatasi sidang ini?"

"Bagaimana dengan keadaan anak bapak saat ini?"

"Apakah benar putra bapak mengancam pelaku menggunakan sesuatu sehingga pelaku menyebabkan anak bapak terluka dan terbaring di rumah sakit? mohon tanggapannya pak!"

Ucap beberapa wartawan sembari mengerubungi Ayah korban dan Altezza selaku pengacaranya. Anggota Dewan bernama Orion itu pun akhirnya berbalik dan mengeluarkan suaranya serta raut kesedihan di wajahnya.

"Putra saya merupakan korban dalam kasus ini, saya tidak habis pikir dengan orang-orang yang menganggapnya sebagai pelaku kejahatan. Dia terancam mengalami kelumpuhan total di kakinya. Maka yang seharusnya disalahkan bukanlah putra saya melainkan tersangka." Ucap Orion berapi-api. 

Designed for you, my LawyerWhere stories live. Discover now