Chapter 8: Kerja Sama

118 3 1
                                    

Clarissa memutuskan untuk menyewa seseorang untuk menjaga ibunya di rumah sakit selama 24 jam sementara ia bekerja. Terlebih mulai hari ini ia akan membantu Danish untuk mempersiapkan persidangan yang akan dimulai beberapa hari lagi.

Pagi ini Clarissa ke rumah hanya untuk mengambil barang-barangnya dan membawanya dengan koper. Ia bertekad untuk tidak menginjakkan kaki di rumahnya kecuali memang benar-benar diperlukan. 

"Kau akan pergi karena ibumu juga pergi Rissa?" ucap seorang perempuan di meja makan yang tak lain Agatha. Perempuan itu menyunggingkan senyum namun yang Clarissa lihat merupakan senyum mengejek.

"Pergilah, kalau bisa tak perlu kembali lagi. Jadi aku bisa menjadi nyonya Altezza tanpa halangan apapun." Lanjut Agatha sembari mendekat ke arah Clarissa dengan tangan bersedekap.

Clarissa tersenyum manis, sangat manis. Ia mendekati Agatha dengan salah satu tangan mengelus gaun tidur sutra yang perempuan itu kenakan.

"Berpuas-puaslah berada di sini selama aku dan ibuku tidak ada di dalamnya. Bersenang-senanglah sementara waktu. Jika waktunya sudah habis, aku akan merebut segalanya dan tidak menyisakan apapun untuk wanita jalang sepertimu." Ucap Clarissa.

Agatha nampak geram mendengarnya. Sementara Clarissa hanya terkekeh pelan saat melihat ke arah urat yang terlihat menonjol di tangan Agatha. Ia tebak, saat ini Agatha sedang mengepalkan jemarinya dengan kuat di balik lengan yang bersedekap itu.

Clarissa tak ingin banyak membuang waktu. Akhirnya ia pergi meninggalkan rumahnya dengan senyum kemenangan karena sudah membuat jalang ayahnya itu marah di pagi hari.

***

Setelah menjenguk ibunya sesaat memastikan pengasuh ibunya menjaga ibu dengan baik, ia akhirnya pergi ke kantor dan mulai membuka kantornya. 

Ya, Clarissa memutuskan untuk tinggal di kantornya sampai waktu yang tak ditentukan. Beberapa saat kemudian pekerja mulai berdatangan dan menuju tempatnya masing-masing. Begitu juga dengan Meghan, sekretarisnya. 

Meghan terpaksa memiliki beberapa tambahan pekerjaan karena Clarissa akan membagi waktu bekerjanya untuk membantu Danish. Tak lama kemudian, datang juga Danish ke ruangannya.

Mereka mulai mendiskusikan strategi mereka untuk menghadapi persidangan. 

"3 hari lagi pembacaan dakwaan, kufikir tak akan cukup jika kita mengajukan nota keberatan di hari yang sama. berarti minggu depan di hari yang sama maksimal kita harus siap. Tapi sampai saat ini, Klienku masih bersikeras tak ingin menuntut balik mantan pacarnya itu. Bagaimana menurutmu?" Tanya Danish. Clarissa nampak berfikir beberapa saat.

"Aku setuju denganmu, kita minta nota keberatan untuk dibacakan di sidang berikutnya saja. Untuk masalah klien sendiri, kurasa kita perlu mendatanginya segera. setengah jam lagi bagaimana?" Jawab Clarissa.

"setengah jam? aku bahkan baru sampai disini. Tapi tidak masalah." 

Clarissa nampak tidak enak pada Danish. "Maaf, aku rasa lebih cepat lebih baik. Jadi, kalau bisa setelah makan siang aku bisa kembali kesini. Kamu tahu kan tanggung jawabku bukan hanya membantumu saja saat ini." sembari menunjuk ke arah atas yang mana merupakan tempat para karyawannya bekerja.

***

Tanpa membuang waktu, mereka pun segera datang ke rumah klien Danish yang bernama Ara. sesampainya disana, Clarissa meminta Danish untuk menunggunya di bawah menemani ibu dari kliennya. Kebetulan kamar Ara sendiri berada di lantai dua.

Ketika Clarissa membuka pintunya ia disuguhkan dengan Ara yang duduk di kasurnya menatap ke arah pintu kaca yang menghubungkan kamarnya dengan balkon di hadapannya.

Designed for you, my LawyerWhere stories live. Discover now