Chapter 7: Desire to Fight

122 3 0
                                    

Danish pun segera membawa Clarissa pergi dan meminta Freya menangani pertanyaan keluarganya jika mereka bertanya. Dalam perjalanan menuju rumah Clarissa, Ia tak henti-hentinya mengeluarkan air mata. Mendengar bi Inah meneleponnya karena melihat ibunya disakiti kembali oleh ayahnya, membuat ia geram setengah mati.

Danish yang menyetir pun tak kalah paniknya. Baru kali ini perempuan di hadapannya menangis dengan tatapan yang begit terluka. Akhirnya Danish pun menambah kecepatan laju kendaraannya.

Sesampainya mereka, Clarissa langsung berlari menuju ke dalam diikuti dengan Danish di belakangnya. Danish terperanjat melihat rumah Clarissa yang sangat berantakan karena bekas pukulan di sana-sini.

Sementara Clarissa sendiri memasuki kamarnya, melihat ibunya sudah tergeletak tak sadarkan diri dengan luka di sekujur tubuhnya. Ia melihat ke arah ayahnya yang tengah melayangkan stick golf di tangannya dan sontak memeluk ibunya dan berusaha melindunginya. 

"AARGHH"

Pukulan pun tak terelakkan, mengenai kepala belakang dekat telinganya hingga mengeluarkan darah. Danish yang mendengar suara teriakan Clarissa itupun akhirnya mengikuti suaranya dan berakhir melihat Clarissa sudah berdarah sambil memeluk ibunya. 

Danish pun segera membantu Clarissa dan ibunya yang ternyata keadaannya jauh lebih parah. Clarissa pun meminta Danish membawa ibunya ke mobil dan segera melarikannya ke rumah sakit. 

Danish hanya sanggup mengiyakan dan segera menggendong ibu Clarissa yang ia ketahui bernama Diana Altezza dan membawanya ke mobil. Clarissa menatap ke arah ayahnya, yang terlihat begitu syok saat melihat bahwa yang ia pukul justru putrinya. Belum lagi melihat Danish Adelio yang ia ketahui seorang pengacara terlihat dekat dengan putrinya. 

BUGH!!

Tanpa aba-aba, Clarissa memukul wajah ayahnya hingga ayahnya jatuh ke lantai. Kemarahannya benar-benar memuncak saat ini, ia terus memukuli ayahnya hingga ayahnya tak bisa bangkit.

Danish yang menyusul Clarissa pun terkejut dan berusaha melerainya. Clarissa yang lebih memikirkan ibunya pun menatap dengan tegas ayahnya dari tempat ia berdiri saat ini. 

"Jika terjadi hal buruk dengan ibuku karena kelakuanmu saat ini, baik ibuku dan aku akan memutuskan hubungan denganmu tuan Daniel Altezza. Camkan itu baik-baik!" Setelahnya Clarissa pun pergi ke mobil bersama dengan Danish ke rumah sakit. 

Ia terus menerus berharap bahwa tidak akan terjadi hal buruk dengan ibunya. Persetan dengan segala citra buruk yang ayahnya dapatkan. Pada akhirnya, Ia tidak merasa memiliki seorang ayah saat ini.

Sesampainya di rumah sakit mereka langsung bergegas membawa ibunya menuju Instalasi Gawat Darurat. Clarissa saat ini menunggu dengan air mata yang terus mengucur dan tangan yang gemetar. 

Danish sendiri mengabari adiknya yang berkali-kali menelponnya saat ia membawa ibu Clarissa ke rumah sakit. 

"Iya Frey, aku di RS. Silamo sekarang. Clarissa ikut menunggu bersamaku. Iya jangan khawatir aku akan menjaganya." Jawab Danish di telepon.

Tepat saat telepon ditutup, Danish kembali duduk di sebelah Clarissa. Ia melihat Clarissa yang mengepalkan kedua tangannya dengan bergetar. Danish pun ikut menggenggam tangan Clarissa membuat perempuan itu menatap ke arahnya

"Tenanglah Riss, Ibumu pasti selamat." Ucap Danish lembut pada Clarissa. Meskipun sedikit, namun perasaannya mulai membaik. Meskipun Clarissa tidak menampik bahwa di dalam hatinya ia masih mengkhawatirkan ibunya. 

Beberapa waktu kemudian, seorang dokter mendatangi mereka. Mengatakan bahwa luka di sekujur tubuh ibunya sangat parah, belum lagi 3 tulang rusuknya patah. Beruntung tulang rusuk yang patah itu tidak masuk dan menusuk paru-parunya. Sehingga jalan satu-satunya ibunya harus dioperasi.

Designed for you, my LawyerWhere stories live. Discover now