Chapter 5: Invitation

140 3 0
                                    

Keesokan paginya Clarissa terbangun dan berniat untuk memasak sebelum pergi ke butiknya. baru saja ia ingin membangun mood nya dengan memasak, justru seketika moodnya terhempas ketika melihat seseorang yang tidak seharusnya berada di rumahnya saat ini juga tengah berada di dapur dan mengambil minum.

"Clarissa, ada apa pagi sekali ke dapur?" Tanya Agatha, simpanan ayahnya. 

"Bukankah aku yang seharusnya bertanya, untuk apa anda berada di dapur keluargaku pagi buta seperti ini." Clarissa terkekeh sinis melihatnya. Ia lebih memilih mengambil bahan bahan yang akan ia olah untuk sarapan dan makan siang ibunya. Sementara agatha menatap kesal kepada Clarissa.

"Jangan terlalu membenciku Rissa, sejak awal ibumu lah yang merebut ayahmu dariku melalui perjodohan konyol keluarga kalian. Jelas orang ketiga sebenarnya bukanlah aku, melainkan ibumu!" Balas Agatha kesal sembari menatap tajam Clarissa.

Clarissa sendiri akhirnya menatap balik perempuan tidak tahu malu di hadapannya ini. Ia tersenyum miring sebelum membalas ucapan Agatha dengan mulut manisnya. 

"Bukankah itu adalah masa lalu kalian? Jelas segalanya berbeda ketika kamu datang di tengah keluargaku dan merusak segalanya saat ini. Jika dulu itu hanya menyangkut kalian bertiga, sekarang ini juga menyangkut hidupku sebagai anak mereka. Ah, bukankah kamu juga sempat memiliki seorang putri dengan mantan suamimu? maka itu artinya hal yang kamu lakukan saat ini juga bisa berdampak padanya. Tidakkah kamu sadar akan hal itu?" Clarissa membalas argumennya dengan nada yang amat dingin. 

Akhirnya wanita itu kembali menuju kamar ayahnya, dan Clarissa? Ah sudahlah, ia lebih baik mengajak ibunya ke butiknya dan makan bersama di luar. Keinginannya untuk memasak pagi ini sudah hancur berantakan sejak ia beradu mulut dengan jalang satu itu. 

***

Setelah Clarissa mengajak ibunya sarapan di Saffire of Pakubuwono, akhirnya ia mengajak ibunya untuk menemaninya bekerja di butiknya. Hal ini ia lakukan lantaran ibunya terlalu sering berada di rumah saja, itupun hanya berada di kamarnya. Mengingat sifat tempramen dari ayahnya yang akhirnya membuatnya meminta ibunya untuk berada di kamarnya saja demi keselamatannya. Setidaknya disini, jika tidak ada dia maka meghan bisa menemani ibunya. 

Tiba-tiba meghan masuk ke ruangan dan memberitahukan Clarissa ada klien yang datang. Akhirnya mau tidak mau pun ia meninggalkan ibunya dan melayani kliennya di ruang tamu. 

"Selamat datang di Clarissa & Co, sebelumnya boleh saya tau dengan siapa saya berbicara dan ada keperluan apa datang kemari?" Sambut Clarissa hangat kepada kliennya. Mereka pun berjabat tangan dan saling mengenalkan diri. 

"Saya Gibran Mallory, panggil saja Gibran. Saya ingin membuat setelan jas untuk pembukaan hotel saya bulan depan. Hotel saya ada di ujung selatan jalan ini. Saya dengar butik ini bagus, pelayanannya cepat dan ramah tapi menjunjung tinggi kualitas produknya. Saya rasa saya sudah membuktikan keramahan pelayanannya baru saja." ujar klien laki-laki di hadapannya sembari tersenyum manis.

Clarissa tertawa ramah. Tanpa menghilangkan kesopanannya mereka akhirnya berkutat dengan pesanan yang diinginkan oleh Gibran. 

Sementara Gibran, lelaki itu sejujurnya sudah menaruh minat sejak awal bertemu Clarissa. Sebenarnya, ini bukan kali pertamanya bertemu dengan Clarissa. Beberapa kali ia melewati daerah ini selama mengawasi pembangunan hotelnya. Beberapa kali ia melihat Clarissa di Cafe Janji Raga maupun di Moonbucks yang juga berada di kawasan ini. Ah, beberapa kali juga ia melihatnya berada di lantai tiga kantornya menatap kearahnya-ah lebih tepatnya ke arah beberapa pejalan kaki. 

Kini melihat wanita yang ia sukai diam-diam dihadapannya tersenyum bersamanya membuat jantungnya semakin bergemuruh. Ia pun tidak menyia-nyiakan kesempatannya kali ini. 

Designed for you, my LawyerWhere stories live. Discover now