14 ⁿⁱˡᵃⁱ

188 21 2
                                    


"What? Serius lo Gav" ucap Rea yang berdiri karena kaget, posisi mereka sekarang berada di Kantin.

"Pantesan cuman gue berdua yang ada di Kantin" ucap Rea kaget.

"Tanggung jawab lo Ar" ucap Rea ikut-ikutan.

"Lah gue kira lo belain Arvero" ucap Rea.

"Ya nggak dong, gue nih bagaikan kompor meleduk, dimana ada masalah gue jadi kompornya hehe" ucap Rea.

"Tapi yah Gav, kemarin emang gue lihat cewek sekolahan kita, tapi gak gue bayangin hasilnya bakalan kek gini, serumit ini, yah kali sampe gak belajar" ucap Rea.

"Ar keknya lo harus oprasi plastik penjelakan muka deh, supaya gak ada korban jiwa lagi" ucap Rea seraya mengangguk.

Arvero hanya menggeleng, toh bukan salah dia kebanyakan nilai siswi jelek, siapa suruh gak belajar.

***

"Nilai lo berapa Len?" ucap Evelyn membuat Ilen yang sibuk menenggelamkan wajahnya di lipatan tangan mengangkat kepalanya, "Lo nanya gue?" ucap Ilen, pantasnya ia tidak terlalu dekat dengan teman sekelasnya.

"Iya lo" ucap Evelyn.

"Nilai lo berapa?" tanya Evelyn.

"Nilai gue ada naik banyak juga, gak sia-sia gue gak belajar kemarin" ucap Ilen.

"Ha? Maksudnya?"

"Nilai gue naik 20, dulu nilai gue 10, sekarang 30 naik kan?"

"Nah maksud gue, andai gue belajar kemarin nilai gue pasti 30 juga jadi bagus kemarin gue gak buang waktu buat belajar" bangga Ilen.

"Eh lo tau gak Len, kebanyakan siswi cewek baik di kelas kita atau kelas lain, nilainya dibawah KKM" ucap Evelyn.

"Kan gitu biasa, di sekolah kita kan yang pintar cuman 30% sisanya sederhana 60%, yang bodoh kelas kakap 10% termasuk gue" ucap Ilen.

"Gak gak gitu" ucap Evelyn memperbaiki duduknya, pasalnya Evelyn duduk di baris ke empat dan Evelyn didepannya.

"Kemarin kebanyakan cewek pergi ke Mall buat liat kak Ar, katanya kak Ar cool kalau belanja, sebagian siswa yang nialinya anjlok karena lupa belajar karena liatin kak Ar termasuk gue"

"Pftt" ucap Ilen menggedor-gedor meja.

"Nilai lo anjlok juga? Padahal lo masuk 5 besar di kelas kan? Btw nilai lo berapa?" ucap Ilen, Evelyn melirik kanan-kiri dan membisiki beberapa angka kepada Ilen.

"Pfftt 50? Beda 30 doang mah sama gue" ucap Ilen tidak percaya.

"Iya tapi gue gak nyesel, gak papa 50 sekali-kali, kalau liat kak Ar cool gitu mah venomena bisa setahun sekali" senyum Evelyn.

"Lo gak ke Mall kemarin?" tanya Evelyn.

"Ah?" ucap Ilen membayangkan ketika Berada di Mall bersama Arvero kejadian kemarin, waktu Arvero menarik tangannya dan bersembunyi bersama di lorong Mall dan kejadian baju renang itu.

"Oh nggak heh" senyum Ilen

"Eh gue baru liat lo make baju kaos putih" ucap Evelyn melihat baju kaos yang dikenakan oleh Ilen karena kepanasan Ilen membuka kancing bajunya.

"Lo yang gak sering liat gue, gue mah sering make baju kaos putih" ucap Ilen.

Disisi lain semua siswi keluar dari kelas masing-masing ada yang sedikit masam karena nilainya jelek, dan ada juga yang b aja soal nilai.

"Bodo amat mah" teriak siswi yang lain.

Line!

Mendengar ponsel mereka berbunyi sebagian siswa membuka ponselnya terutama cewek.

: Guys siap-siap yah, buka kancing
baju kalian biar kak Ar tau kalau
banyak yang make baju persis kayak
yang dia pake.
: Iya siap-siap aja
: Gue udah buka kancing atas gue
: Bentar lagi kak Ar mau ke Lapangan
basket kan
: Nah biasanya venomena itu dia buka
seragamnya
: Eh kak Ar datang
: Gue buka kancing baju gue duluan yah!

***

"Gue keluar dulu yah Len, kak Ar ada didepan" ucap Evelyn, Ilen hanya mengangguk dan bersiap untuk ke Kantin.

Dan ngakaknya semua siswi cewek bukan semua tapi kebanyakan membuka kancing baju mereka dan sengaja menampakkan baju kaos putih dengan gambar monyet itu.

"Kak Ar panas gak? Buka bajunya dong" teriak sebagian cewek.

"Buka bajunya kak" teriak siswa lain.

"Liat baju kaos gue kak lucu gambar monyet" pansos sebagian siswa agar Arvero menyadari bahwa sebagian siswa membeli baju yang Arvero beli padahal tidak baju mereka tidak sama.

Arvero mengabaikan ucapan mereka dan memilih jalan ke Lapangan basket, bukan siswi namanya kalau gak ngikutin Arvero sampai ke lapangan.

Ilen yang melihat sebagian kelas kosong memilih untuk ikut ke Lapangan.

"Kak buka bajunya" ucap sebagian siswa yang duduk di Stadion dan menunggu Arvero membuka bajunya, para siswa juga sudah memperlihatkan baju kaos ngakaknya dengan membuka seluru kancing seragamnya.

"Baju mereka ngakak Ar" ucap Gavril.

"Udah Ar buka aja baju lo" ucap Gavril memanas-manasi.

Arvero hanya cuek dan memasukkan bola basket ke ring dan membuka one by one kancing seragamnya.

"Iya sampai bawah kak" teriak siswa lain.

"B-bntar b-bajunya kok b-beda yah" ucap salah siswa yang sadar baju mereka berbeda dengan baju yang Arvero kenakan sekarang.

"Ar baju siswi lain ngakak deh gambar monyet, mereka gak nyadar naru muka mereka di baju" ucap Gavril yang mengambil ponselnya dan memotret momen ngakak itu, ketua osis sialan emang.

"Bentar baju kaos yang Kak Ar pake sama kayak baju yang Ilen pake" ucap Evelyn yang berdiri karena sadar bahwa baju kaos yang dirinya liat sama dengan baju kaos Arvero.

"Anak peringkat terakhir itu?" tanya Dira.

"Iya" ucap Evelyn.

"Itu Ilen" ucap salah satu siswa membuat Ilen bingung sendiri karena semua siswa memberikannya jalan.

"Nah ada apa lagi ini, terhitung ini keributan 500 kali yang lo buat Ar" ucap Gavril

Sudah banyak siswa yang melipat tangannya bersedekap didada, dan menatap Ilen dengan tatapan elang, Ilen mah bodo amat dia sama sekali tidak mengerti persoalan apa ini.

Dan sebagian siswa menarik Ilen ke ujung lapangan berhadapan tapi jauh dengan Arvero.

"Heh Len, katanya baju lo sama kayak baju kak Ar" ucap Dira.

Gavril pun memutar badan Arvero agar Ilen melihat baju kaos yang dikenakan oleh Arvero, Ilen adalah tipe cuek dan tidak suka jika ditindas.

Ilen menganga saat melihat baju kaos yang di gunakan Arvero sama dengan baju yang dia gunakan bedanya terletak pada kata She dan He

"M-maksudnya?"

"Buka baju lo!"

ʷʳⁱᵗᵉ ʸᵒᵘʳ ᵈᵃᵗᵉ ᵒᶠ ᵇⁱʳᵗʰ ᵃⁿᵈ ᶠⁱⁿᵈ ʸᵒᵘʳ ᵗʷⁱⁿ

4 Secrets【COMPLETED】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang