68 𝙞𝙡𝙚𝙣 𝙧𝙚𝙖

80 10 0
                                    


"Lo kenapa kabur? Arvero senonoh sama lo?" tanya Ilen, karena Arvero saja memintanya melayaninya, apalagi dengan Re mungkin ia sudah memaksa Rea, itu dalam pikiran Ilen.

"Gak kok, dia malah baik banget sama gue, dia sepupu gue" senyum Rea.

"Se-pupu?" tanya Ilen yang tidak percaya.

"Iya"

"Gue kira dia pacar lo masa" ucap Ilen.

"Gue? Pacaran? Sama Arvero nggak lah, keknya satu sekolah dah tahu lo doang yang nggak" senyum Rea.

"Astaga gue kira lo pacaran sama dia?" ucap Ilen.

"Seneng apa terkejut?" tanya Rea lagi.

"Terkejut lah" senyum Ilen.

"Antara senang juga sih" batin Ilen lagi.

Mereka duduk di lantai dan tersembunyi karena ada meja barista yang menutupi

"Ini" ucap Rea seraya membawa turun dua cangkir cappucino.

"Lah bos lo gak marah?" tanya Ilen.

"Gak, tadi ada pelanggan pesan dua cappucino tapi langsung pergi padahal gue belum selesai buatnya, dia ngasi duit doang terus minta maaf" ucap Rea dan Ilen hanya mengangguk.

"Ini bisa diminum?"

"Lo konyol banget sih, ya itu gue bawa dua buat lo sama gue" ucap Rea lagi.

"Lo tau Arvero gak sekolah karena nyariin lo" ucap Ilen seraya meminum sedikit cappucino itu.

Rea hanya menggulung bibirnya sedikit merasa bersalah kenapa cowok itu gak kesekolah padahal bisa kan kesekolah dulu sudah itu baru nyariin dia lagi.

"Lo pasti akrab banget sama Arvero" senyum Rea.

"Ha?"

"Sebenarnya sih kagak cuman pernah tidur bareng sepupu lo doang sih" batin Ilen.

"Nggak kok" balas Rea lagi

"Lo punya masalah yah? Sampai kabur? Penasaran keluarga lo orang kaya, kenapa kerja?" tanya Ilen.

"Kalau gue sih jadi lo, gue udah pakai uang nyokap gue bayar sekolah" batin Ilen lagi.

"Nggak kok, lo harus janji yah lo jangan ngomong ke siapa-siapa khususnya Arvero" ucap Rea, Ilen segera menghentikan acara meminum cappucinonya dan mendekat, "Kenapa?"

"Intinya rahasia oke"

"Iya"

"Lo nyenening deh" ucap Rea.

"Gue? Gue emang nyeneningin"

"Lo juga mudah akrab, kalau gue susah banget akrab sama orang luar" ucap Rea.

"Nggak tuh buktinya lo langsung akrab sama gue" ucap Ilen tersenyum.

"Iya juga sih"

"Lo udah tutup belum?" tanya Ilen seraya menghabiskan cappucino itu, "Udah kenapa?" tanya Rea.

"Sebenarnya jam begini tutup bentar malam baru lanjut buka lagi"

"Gue mau ajak lo kesuatu tempat" senyum Ilen seraya menggandeng tangan Rea, Rea hanya mengangguk melepas ikatan rambut serta melepas celemeknya.

***

"Lo ajak gue ke Taman Ismail Marzuki?" tanya Rea.

"Iya"

"Lo lucu banget sih"

"Mumpung free" ucap Ilen seraya menggandeng tangan Rea.

"Tapi tinggal sejam lagi tutup" ucap Rea, karena taman ini tutup jam 5 sore dan ini sudah jam 4 sore.

"Masih ada sejam kan?" senyum Ilen lagi seraya menarik tangan Rea masuk ke Taman.

Ilen membawa Rea ke galeri cipta II.

"Bentar bukanya sampai jam 9 malam?" senyum Rea.

"Artinya kita bisa lama-lama" senyum Ilen, mereka berdua bergandengan masuk ke ruang galeri cipta II dengan luas 609M itu

Ilen dan Rea pergi ke ruang pameran, mereka menatap semua lukisan yang dipajang tersebut. "Ih cantik banget" ucap Rea.

"Ini bisa di beli gak sih" tanya Rea.

"Heem gue juga gak tau bisa dibeli atau nggak" ucap Ilen lagi.

"Lo pernah kesini?" tanya Rea seraya menatap semua lukisan yang menurutnya indah.

"Gak gue cuman pernah dengar namanya" ucap Rea.

"Gue juga" senyum Rea.

"Disini keknya ada pameran yah" tanya Rea.

"Kayaknya ia ramai banget orang kesini" ucap Ilen lagi, mereka berjalan-jalan dan ternyata memang ada pameran disini, banyak sekali lukisan yang baru saja di pajang dan diperhatikan banyak orang.

"Gue baru sekali ke tempat kek gini biasanya gue ke taman bermain atau tempat hiburan" ucap Rea menatap semua lukisan itu diangguki oleh Ilen.

"Yuk gue mau aja lo ke tempat lain" ucap Ilen seraya menarik tangan Rea.

Ilen mengajak Rea ke gedung miss Tjitjih.

"Ini gedung apa?" tanya Rea yang mdmang tidak tahu apa-apa.

"Gedung ini untuk pagelaran seni juga sih"

"Lo suka seni yah" tanya Rea.

"Gak juga gambar gue jelek" senyum Ilen lagi.

Mereka berdua menonton teater di gedung tersebut, mereka tadi sedikit terburu-buru berebut kursi karena hanya bisa menampung 300 orang.

"Lo belum pernah kesini tapi tau seluk beluk taman disini" ucap Rea seraya menatap teater yang tersedia didepan matanya.

"Gue juga gak tau kenapa" senyum Ilen.

Setelah mereka menonton teater Ilen mengajak Rea untuk menonton wayang, di gedung wayang orang bharata.

"Ini untuk apa lagi?"

"Nonton wayang" senyum Ilen.

"Kita kayak kencan aja wkk" ucap Rea.

"Anggap aja gue cowok nah lo cewek, iya sayang mau kemana lagi, asal jangan belok" senyum Ilen dan Rea hanya menggelengkan kepalanya saja.

"Disini gak ada billboard elektrik?" tanya Rea.

"Gak ada disini adanya running teks" ucap Ilen.

"Jangan macam-macam disini ada CCTV loh" ucap Ilen.

"Ok ok"

Lagi dan lagi tadi mereka berdesak karena jumlah kursi hanya 280 hampir saja mereka tidak kebagian kursi.

"Entah kenapa setiap kita mau kesana kesini banyak orangnya" ucap Rea.

"Karena lo cantik kali" ucap Ilen dan Rea tidak mendengarnya karena sangat ribut.

"Kenapa?" Rea sedikit berteriak.

"Gak lupain"

Mereka hendak jalan lagi namun berhenti.

"Yah kita telat banyak Planetariumnya udah tutup" ucap Ilen lagi.

"Planetarium?"

"Di Planetarium kita bisa dapat edukasi seputar bintang maupun benda langit lainnya dengan beragam pertunjukan, gue paling mau kesini gue lupa kalau bukanya sampai jam setengah empat doang" ucap Ilen.

"Kenapa gak buka kalau malam?"

"Karena kalau udah malam gak usah masuk disana lagi, di langit juga ada bintang" ucap Ilen

"Iya jugas sih"

"Lo bawa kartu pelajar?" tanya Ilen.

"Iya gue selalu bawa sapatau kalau gue hilang" ucap Rea.

"Bagus ayo" ucap Ilen mengajak Rea ke perpusatkaan.

"Mau kemana?"

"Perpustakaan"

ʷʳⁱᵗᵉ ʸᵒᵘʳ ᵈᵃᵗᵉ ᵒᶠ ᵇⁱʳᵗʰ ᵃⁿᵈ ᶠⁱⁿᵈ ʸᵒᵘʳ ᵗʷⁱⁿ

4 Secrets【COMPLETED】Onde histórias criam vida. Descubra agora