Aku hanya ingin hidup normal (18)

301 24 0
                                    

Aku terbangun saat mendengar suara sirine dari luar rumah.

Selain itu, aku juga mendengar di luar ada keributan.

Brak!!!!

Suara gaduh apa itu?

Tak lama kemudian aku melihat banyak pasang kaki yang melintas.

"KORBAN DI TEMUKAN!, total ada 3"

Kemudian seseorang membalikkan tubuhku. Aku bisa melihat wajahnya namun sedikit samar.

"yang ini masih hidup!"
Teriak orang itu.

"minggir dulu.... "
Kemudian ada orang lagi yang menggendongku.
"kamu aman sekarang nak, tenang saja"
Ucapnya.

Saat itu juga....
Aku merasakan sesuatu yang tidak pernah aku rasakan dari sosok ayah kandungku.

.
.
.

Aku di bawa ke rumah sakit dan di rawat di sana.
Tidak ada sanak saudara ataupun teman yang datang menjengukku, itu karena aku memang sudah tidak punya itu semua.

Aku turun dari ranjang dan berjalan ke arah jendela dengan lemah.
"kenapa....., harus aku?, kenapa bukan orang lain?! KENAPA?!!!!!!!!!!!"

Pikiranku di butakan, aku naik ke atas jendela dan melihat ke bawah.
Dengan ketinggian seperti ini aku pasti bisa langsung mati, pikirku.

Sialnya sebelum sempat melompat, seseorang menggendongku turun.
"LEPASKAN AKU!!!! AKU MAU MATI SAJA!!!! LEPASKAN AKU!!!!!!"

Plak!

Orang itu menamparku dan membuatku tenang seketika.

"orang mau hidup dan kau malah mau mati?, uh maaf kalau bapak menyakitimu"

"t..tidak....apa-apa........."
Ucapku.

Ia membantuku kembali naik ke ranjang dan menyelimutiku.

Ia lalu mengambil kursi dan duduk di samping ranjangku.

"mungkin kamu masih stres akibat kejadian itu, jadi bertanya sesuatu sepertinya hanya akan memperburuk keadaanmu"

Aku hanya diam tertunduk.

"nama bapak Arsun, dari kesatuan TNI, jadi begini...... Ayahmu...."

"ibu sama adikku..... Mana?"
Aku memotong pembicaraannya.

"m..maaf soal itu nak, kami datang terlambat"
Ucapnya yang sudah cukup untuk membuatku sadar jika aku kini benar-benar sendiri.

"maaf sebelumnya, tapi ayahmu itu salah satu anggota teroris yang sudah lama jadi buronan pemerintah"

Aku tidak mengerti apapun saat itu, yang ada di kepalaku hanyalah rasa ingin mengakhiri hidup saja.

"siapa namamu?"
Tanya bapak itu.

"Aryo.... "
Jawabku seadanya.

"nama yang bagus, bapak harap bapak suatu saat bisa memiliki anak laki-laki yang hebat sepertimu"

"hebat?, orang tuaku saja tidak menginginkanku"
Ucapku.

"tapi nilaimu di sekolah sangat tinggi bahkan peringkat satu"
Aku melihatnya sedang membuka bukuku.

"darimana bapak mendapatkan bukuku?! Kembalikan!!!!"

"ini dari rumahmu, bapak memeriksanya dan bapak terkesan dengan prestasimu, seperti yang bapak tadi bilang, untuk orang yang baru 3 minggu menikah seperti bapak sangat ingin punya putra sepertimu"

Aku tertunduk.

"oke, mungkin kamu mau istirahat dulu, nanti bapak jenguk lagi bila sudah baikan"
Ia bangkit dan berjalan meninggalkanku.

.
.
.
.

Malam harinya....

Krieeeek.....

Pintu kamar terbuka dan Ternyata itu adalah bapak yang tadi.
"boleh masuk?"
Tanyanya.

Aku mengangguk.
Iapun masuk dan duduk di sampingku lagi.

"bagaimana kondisimu?"
Tanyanya.

"masih sedikit pusing om"
Jawabku.

"panggil pak saja, lagi pula usia bapak masih 26 tahun, usiamu berapa?"
Tanyanya lagi.

"14 belas kurasa....... Atau 13"

"begitu ya, bapak tahu anak sepertimu tidak mungkin mengetahui apapun, tapi bagaimanapun juga ini demi kebaikan kita semua, apa bapak boleh bertanya lagi?"
Kali ini ia terdengar lebih serius.
Akupun mengangguk.

"baiklah, jadi...... Ayahmu itu orang seperti apa?"
Tanya nya.
"kamu tahu dimana dia sekarang?"

Aku menggelengkan kepala.
"ia hanya bilang kalau aku pasti akan mati lalu dia pergi"

"apa kamu tahu sesuatu tentang ayamu?"

"yang aku tahu......, dia cuma laki-laki yang hanya bisa memukul, dia bukan manusia"

"hmm, baiklah oh iya istri bapak memasak makanan untukmu, kamu bisa makan sendiri?"

Aku melihat sebuah kotak makan yang ia pegang.

"ahahha baiklah kalau begitu bapak suapi saja"

Ia membuka kotak itu, seketika aroma yang membuat air ludahku keluar memasuki hidungku.
Kemudian ia mengambil sendok dan mulai menyuapiku.

Air mataku mengalir.
Aku akhirnya bisa merasakan kasih sayang yang tidak pernah aku dapatkan selama ini dari suapan bapak ini.

"kenapa menangis?, tidak enak ya?"

Aku menggelengkan kepalaku.

"sudah ku duga, tadi garamnya dia masukkan berapa sendok?"
Ucapnya.

"tidak, ini sangat enak"
Ucapku.

"hah!!!! Kalau begitu ayo di habiskan"

Aku terus memakan makanan itu dengan air mata yang terus menerus keluar.

.
.
.
.

Keesokan paginya, aku masih di rawat di rumah sakit.

Apa bapak itu akan datang lagi?
Tanyaku, tapi sepertinya tidak karena tugasnya untuk menanyaiku sudah selesai semalam.

Jadi.....
Setelah ini aku akan kemana?

Kriiiiiik.....

Pintu terbuka dan....

"Aryo?"
Suara bapak itu!
Dan benar saja, beliau datang lagi dan duduk di sampingku.

Tak lama kemudian seorang wanita juga memasuki kamar dan menghampiri kami.

"bu, ini yang namanya Aryo"
Ia memperkenalkanku pada wanita yang sepertinya adalah istrinya.

"Aryo, ibu sudah dengar banyak cerita tentang kamu dari bapak"

Aku hanya terdiam.

"Aryo, habis keluar dari rumah sakit kamu akan kemana?, nanti bapak antarkan ke kerabatmu"

Aku menggelengkan kepala.
"aku...., sudah tidak punya keluarga lagi pak"
Jawabku.

Suasana penuh keheningan sesaat hingga....

"Aryo, maukan jadi keluarga kami?"
Tanya wanita itu.

*****

Hiks :'(

Jangan lupa vote :D

Selir Hati (Sejenak#2)Where stories live. Discover now