Apalah Artinya (112)

137 26 7
                                    

Masih di perpus...

Sudah pukul 1 siang dan hujan tak kunjung reda.
Rasanya bosan juga jika cuma di sekolah, apalagi jika guru sudah rapat dan tidak ada penerimaan materi.

"Gimana kalau kita hujan-hujanan?!"
Tawar Fahmi.

"Tidak! Aku tidak mau sakit dan sampai tidak masuk sekolah"
Aku menolak mentah-mentah ajakan Fahmi.

"Ayolah bri, aku jadi Syahrul Khan terus kau jadi Kajol!"

"INI WATTPAD ROMANTIS! JANGAN BUAT ALURNYA JADI KACAU KENING PAPAN TULIS!"

"Iya iya tidak perlu sampai body shaming juga bisa bri"

"Habisnya kau ngaco...., hufff aku mau pulang...."
Racauku.

"Jangan bri, angin di luar juga terlalu kencang, petir terus muncul juga... Kalau sampai kau nekat terus kena dahan pohon atau tersambar petir kan aku bisa menduda"

"Lama-lama Wattpad ini kayaknya ganti genre mi"

"Serius bri!, aku sayang padamu jadi aku akan selalu berusaha melindungimu dari bahaya!"

"Tahu begini tadi aku ikut pulang saja dengan Ivan...."
Ivan, Gusti dan Rajab sudah pulang duluan sejak pengumuman rapat itu, tapi aku memutuskan ke perpus dulu untuk belajar.
Tapi malah terjebak hujan bersama doi.

"Jangan-jangan kau selingkuh ya dengan Ivan!"

"Sembarangan! Tidaklah!"

"Kirain..."

"Kau sendiri?"

"Apa lagi bri?, aku tidak akan selingkuh!"

"Iyaaa...."
Aku bangkit dari meja dan hendak mencari novel untuk ku baca di lemari.

Setelah mendapatkan novel yang sesuai, aku kembali ke meja tadi dan duduk.
"Novel apa bri?"
Tanya Fahmi.

"Hujan, belum pernah aku baca juga jadi penasaran ke yang ini"
Aku mulai membuka lembari demi lembar novel itu.

"Ehh bri..."

"Hmm..."
Jawabku seadanya karena sedang fokus membaca.

"Jika kau perempuan, nanti kau ingin punya berapa anak?!"
Sungguh pertanyaan yang konyol.
Aku segera menutup novel itu dan menggunakannya untuk memukul kepala Fahmi.
"Aduh!"

"Pertanyaan macam apa itu?!, kau mabuk atau bagaimana?!"

"Kan cuma bercanda bri..., habisnya.... Kau kalau sudah membaca aku langsung di lupakan"
Fahmi tertunduk.

"Hufff..."
Aku meletakkan novel itu di atas meja.
"Ya sudah...., mau bicara apa?"

Fahmi kembali menatapku.
"Hehe gitu dong sayang"
Dia mengusap kepalaku seperti hewan peliharaannya.

"Iya....., nah mau ngomong apa sekarang?"

"Hehe itu tadi, mau punya berapa anak?"
Aku segera meraih novel itu lagi dan hendak memukul kepalanya.
"Ehhh bentar dulu!, kali ini serius, kalau kau sudah berkeluarga.... Kau pasti ingin punya keturunan!, kali ini sebagai suami saja"

"a...i...itu......, aku..."
Aku tertunduk.
"Mungkin hanya satu saja"
Jawabku gugup.

"Hmm begitu..."

Tiba-tiba aku teringat sesuatu.
"Eh tapi aku pernah bermimpi punya seorang anak!"

"Mimpi?"
Fahmi terlihat bingung.
"Kapan?, dengan siapa?!"

"Erggg aku juga tidak ingat soal ibunya, tapi di mimpiku itu..... Aku sudah dewasa... Menikah dengan seorang wanita.... Dan aku sudah punya anak laki-laki...., kalau tidak salah namanya........"
Aku berusaha mengingat kembali mimpi itu.
"Army!"

"Army?, pasti wanita di mimpimu itu penggemar BTS...."

"Entahlah mi..., eh! Aku baru ingat! Itu semua mimpi saat aku koma dulu"

"Koma?, ahhh yang kau aku tabrak itu kan?!"

"Hehe, dasar!"

"Kan aku sudah berkali-kali minta maaf bri, lagian kalau tidak ku tabrak.... Kita juga tidak akan sampai sekarang hehe, jadi bisa di bilang itu kecelakaan berujung berkah"

"Iti kicilikiin ying birijing birkih"

"Iya maaf....., eh! Tapi artinya selama kau koma..... Kau mimpi jorok!"

"Uh? Mimpi jorok bagaimana?!"

"Kan kau punya anak di mimpimu, kau mana bisa punya anak tanpa proses"

"Ughhhh!!!! Asal kau tahu! Di mimpiku itu juga ada kau!"

"Eh? Aku?, bukannya kita belum kenal waktu itu?"
Fahmi heran.

"I...iya.... Tapi......"
Aku menundukkan kepala.
"Semua orang di mimpi itu sudah pernah aku temui di dunia nyata sebelumnya"

"Sebelum ingatanmu hilang?, tapi kita belum bertemu saat itu!"

"Aku masih sadar.... Sesaat setelah kau menabrakku, aku bisa mendengarmu berteriak..... Menangis..... Aku juga bisa melihat matamu malam itu"

Fahmi terlihat serius dengan perbincangan ini.
"Terus bri..., di mimpimu itu apa yang terjadi padaku?"
Tanya Fahmi antusias.

"Kau....."
Aku merada ragu untuk memberitahu dia yang sebenarnya terjadi.
"Kau dan aku......"
Bahkan sampai tak terasa air mataku mengalir.
"Kau dan aku berpisah di saat semuanya sedang senang"

Fahmi menatap mataku dengan lembut.
Tangannya menyeka air mata di pipiku secara perlahan.
Dia mendekatkan wajahnya.
Keningnya dan keningku menyatu, hidung kami juga saling bersentuhan.
"Bri, itu cuma mimpi..."
Fahmi menggenggam kedua tanganku.
"Itu cuma mimpi, aku yang asli tidak akan pernah meninggalkanmu!"

"Hiks...ba...bagaimana jika aku yang meninggalkanmu?!"

Fahmi tersenyum dan berkata...
"Aku akan terus mengejarmu, karena aku sudah menjadi......"
Tiba-tiba dia mencium bibirku dan berbisik.
"Selir Hatimu...."

*****

Jangan lupa grepe-grepe tombol bintangnya, biar author makin nafsu buat ngetik cerita ;)

Selir Hati (Sejenak#2)Where stories live. Discover now