Ketua MPK (70)

186 16 0
                                    

Aku mengikuti kak Aryo menuju taman di rumah sakit.
Kak Aryo duduk di bangku taman dan....

"Duduk di sini"
Ucap kak Aryo.

Aku dengan kaki gemetar berjalan mendekat dan duduk di samping kak Aryo.

Baru saja duduk.....
Kak Aryo sudah menoleh ke arahku dengan tatapan dingin.
"Kau niat dengan Abri apa tidak hah?!!!!"

"m..maaf kak.... "
Langsung kena mental :'v

"menjaganya saja tidak bisa!, hei dengar!, aku tahu kau ada di tempat saat kecelakaan itu terjadi!!!"
Nada suaranya semakin tinggi...
Seseorang...
Tolong aku!!!

"a..anu kak..... Aku berpikir untuk mencari orang yang melakukan itu"

"memang itu yang harus kau lakukan!, cari dan bawa orang itu ke hadapanku!"

"s...siap kak!"

Kak Aryo bangkit dan pergi meninggalkanku.

.
.
.
.

Keesokan Harinya.....

Di sekolah...

Aku turun dari motorku dan berjalan meninggalkan parkiran.

"Fahmi!"
Teriak Abri.

"Abri?!, kau sudah masuk?! Apa kau sudah benar-benar sembuh?!"
Tanyaku saat melihat Abri di sekolah.

"tidak apa-apa, cuma benturan sedikit saja bukan apa-apa untukku"
Anak ini terlalu polos.....

Pandanganku langsung teralihkan pada mobil yang ada di luar sekolah.
Dari dalam mobil itu ada kak Aryo yang menatapku kemudian segera pergi.

"kau lihat apa?"
Tanya Abri.

"eh! Ehehehe, bukan apa-apa, ayo masuk"

Aku dan Abri berjalan bersama memasuki area sekolah.

"hari ini adalah hari pemilihan kan?!, aku tidak sabar Kira-kira siapa yang akan terpilih"
Kata Abri antusias.

"hufff....., kau masih saja mengingat itu, bri kau kecelakaan karena pemilihan ini!"
Tegurku.

"hehehe biasa saja, menurutmu siapa yang akan terpilih di antara kita?"
Tanya Abri.

"kau?"
Kau yang terpilih di hatiku ea!

"tidak mungkin....., mungkin kau!"

"tidak mau!, aku tidak mau punya jabatan"
Jelasku.

"kalau begitu kenapa kau ikut pemilihan?"

Karena ku pikir jika kau dan aku terpilih kita bisa bersama membangun sekolah!
Uhhh bri....

"kenapa diam?"

"hehe bukan apa-apa, aku ke kelasku ya, sampai jumpa"
Aku dan Abri berpisah di depan lorong kelas Abri.

"iya, Hati-hati ya!"
Ucap Abri.

.
.
.

09:30 Pagi (apa siang?)

Tim pengurus MPK sudah berkeliling kelas untuk mengambil suara dari para siswa dan guru di sekolah.

"Fahmi!"
Seseorang memanggilku saat aku sedang berjalan di pinggir lapangan.
Aku lalu berbalik dan melihat ketua MPK yang baru saja terpilih beberapa minggu yang lalu, Zudy.

"apa?"
Tanyaku.

"kunci ruang osis ada padamu?"

Aku merogoh sakuku karena kebetulan saat ini aku hendak pergi ke ruang osis.

"ini, aku mau kesana"
Aku menunjukkan kunci ruang osis pada Zudy.

"kau mau apa kesana?"

"aku mau membukanya saja"

"ya sudah biar aku saja, berikan kuncinya padaku"
Ya sudah aku berikan kunci itu pada Zudy.

.
.

****ZUDY POV****

Jangan sampai Abri terpilih menjadi ketua osis!

Beruntung sekali tadi aku bertemu dengan anggota MPK ku yang baru saja selesai mengumpulkan suara hahaha.

Aku segera masuk kedalam ruang osis sambil membawa kotak suara yang asli.
Aku kemudian mengunci ruang osis dari dalam agar tidak ada yang bisa melihat aksiku.

Segera aku keluarkan isi dari kotak suara itu dan memasukkannya kedalam kantong plastik.

Aku lalu membuka tas yang berisi surat suara palsu.
Intinya surat suara ini jumlahnya sama dengan yang asli, namun yang pasti di sini suara untuk Abri lebih sedikit hehehe....

"makanya...., jangan macam-macam denganku, Oh.... Abri........., ini baru awal, akan ku pastikan kau di keluarkan dari Osis dan bahkan dari sekolah kalau perlu!"

.
.
.

****FAHMI POV****

Seluruh siswa duduk di depan kelas mereka menyaksikan perhitungan suara yang saat ini sedang berlangsung.

"saya Dika dari pengurus MPK akan memulai perhitungan suara ini, oke langsung saja.... "
Anggota MPK itu lalu memasukkan tangannya ke dalam kotak dan mengambil kertas suara.
"Nomor 6"
Sahutnya.

Satu suara untukku dan Ivan.
Kemudian dia mengulang hal yang sama.

"nomor 6!"

.
.

"nomor 3!

.
.

"3!"

.
.

"4!"

.
.

"2!

.
.

"6!"

.
.

"3!"

.
.

"1!"

30 menit kemudian.......

"3!"

Sudah setengah suara yang terkumpul tapi kenapa belum ada satupun suara untuk Abri?!

"van, sepertinya ada yang tidak beres"
Kataku pada Ivan di sampingku.

"iya mi, setelah semua yang Abri lakukan mana mungkin dia tidak menerima suara sedikitpun!"
Jelas Ivan.

"5!"

"nah mi! Itu sudah ada!"
Ucap Ivan.

"mungkin cuma kebetulan saja suara untuk Abri terambil di akhir..... "
Aku tetap berpikir positif.

"sialan! Kalau begini mana mungkin Abri terpilih!"
Terdengar Jalil menggerutu di sebelahku.

30 menit kemudian....

Kertas suara terakhir di ambil...
Dan....

"4!"

Suara untuk paslon pertama : 93
Suara untuk paslon kedua : 123
Suara untuk paslon ketiga : 209
Suara untuk paslon ke empat : 91
Suara untuk paslon ke lima : 71
Suara untuk paslon ke enam : 148

Prok prok prok prok....

"jadi selamat untuk Riswandi, telah terpilih menjadi ketua Osis yang baru"
Sebuah ucapan selamat dari kepala sekolah.

Terlihat wajah Wandi sepertinya bingung.
Dia lalu bangkit dan berjalan ke arahku.

"Fahmi, ada yang tidak beres"
Kata Wandi.
"suara untuk Abri seharusnya tidak sesedikit ini!"

"aku juga berpikir begitu wan, Abri..."

"Selamat ya untuk kalian berdua!"
Abri mendatangi kami berdua.

*****

Emang zudy uhhh

Jangan lupa vote :)

Selir Hati (Sejenak#2)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant