Orang-orang di Sanggar (76)

167 18 2
                                    

****ABRI POV****

Sabtu sore...  

seminggu setelah aku, Fahmi dan teman sepermainan bolanya ke air terjun.
Hari-hari kemarin seperti biasanya, sibuk sekolah.. 
Ngobrol di kantin...
Perpustakaan...
Jogging tiap sore dengan yang lain...

Oh iya, kakak perempuanku yang selama ini sibuk kuliah juga pulang ke rumah 3 hari yang lalu.

Mungkin kalian lupa, Namanya Nima.
Mahasiswa semester 5 Jurusan Kesehatan Masyarakat di salah satu Universitas Negeri di Sulawesi Selatan. Universitas Hasanuddin.

Bisa di bilang Nima pulang dalam rangka menyambut Bulan Ramadhan minggu depan.

Sekarang tiap aku pulang sekolah sudah tidak sendiri lagi di rumah hehehe.

"Abri, aku keluar dulu ya!"
Tiba-tiba Nima menghampiriku dan pamit.
Dia mengenakan pakaian serba hitam, bahkan hijabnya saja warna hitam!

"mau kemana?!"
Tanyaku.

"ke sanggar Bapak"
Jawab Nima.

"Sanggar?, bapak dulu mengajar senam?"

"BUKAN!, ini sanggar Silat, lagipula dulu kamu juga melatih di situ"

"melatih?, aku?, AH! AKU MAU IKUT!"

"jangan!, rumah nanti tidak ada yang jaga!"

"ayolah.... Aku bosan di rumah kak.... Ayolah.... Aku ikut ya! ya!"
Aku terus memohon dengan mata memelas.

Kak Nima terlihat sedikit berpikir lalu menjawab...

"hufff.... Ya sudah, sebentar"
Kak Nima naik lagi ke atas tangga.

Cukup lama aku menunggu, dia akhirnya kembali datang dengan membawa baju berwarna hitam.
"ini pakai"
Dia memberikan baju itu padaku.
"ini bajumu"

"eh? Benarkah?, terima kasih kak!"

"iya, ya sudah sana cepat"
Aki segera pergi ke kamarku dan memakai baju tadi.

.
.
.
.

Kemudian di Sanggar...

Kak Nima membuka pintu sanggar.
Di dalam sudah banyak orang yang terlihat tengah berlatih silat.
Saat kami memasuki sanggar, sontak seluruh orang yang ada di dalam berhenti dengan kegiatan mereka dan langsung membungkuk ke arah kami.

"ehhh ada apa ini?!"
Tanyaku bingung.

"membungkuk juga bri"
Nima menyuruhku membungkuk seperti dia juga.

"ABRI!!!!!!!"
Tiba-tiba seorang pria berlari ke arahku dan langsung memelukku.

"ehhh ehhh apa?"
Tanyaku bingung.

"jadi benar kamu hilang ingatan?, ahh kan harusnya kamu dulu naik ke motor kakak waktu kakak tawari antar pulang!, kan jadinya kamu kecelakaan"

"kak, ini siapa?"
Tanyaku pada kak Nima.

"Abri, ini Wira, salah satu anak didik bapak di sini, baiklah aku ke sana dulu ya"
Dan kak Nimapun pergi.

Kak Wira?
Hmm..........

"hei!, kamu kenapa bingung?"
Tanya kak Wira padaku.

"hehe bukan apa-apa kak, maaf ya kak aku tidak bisa ingat apapun sekarang"

"tidak apa, yang jelas kamu masih.... "

"Wira!"
Seseorang tiba-tiba datang dan membentak kak Wira.
"jangan menanyakan apapun pada Abri, jangan sampai itu membuatnya trauma"

"kau ini kenapa Rahmat?!, aku kan hanya rindu saja dengan dedek Abri!"

"Kak..... Rahmat?"
Ucapku saat melihat Kak Rahmat yang sama dengan yang di mimpiku.

"apa?! Ada apa ini?!, kenapa Abri malah mengingatmu?!"
Tanya kak Wira.

"Abri, kamu baik-baik saja?"
Tanya kak Rahmat.

"i...iya kak........, tapi kak Rahmat tidak ke kantor?, kenapa di sini?"
Tanyaku balik.

"kantor?"
Kak Rahmat jadi terlihat bingung.

"Kantor polisi!"
Ucapku.

"pfffft!!!!! Hahahahaha Abri itu mengejekmu Rahmat!, dia tahu kau tidak lulus seleksi tahun lalu hahahaha"
Kak Wira tertawa terbahak-bahak.

"eh?, maksudnya?"

"Abri, kamu tahu dari mana?"
Tanya kak Rahmat lagi sambil memegang pundakku.

"jadi kak Rahmat bukan polisi?!"

"lebih tepatnya belum bri... Hahaha"
Jawab kak Rahmat.

Apa kak Rahmat yang ini bukanlah seorang polisi?
Hmm......
Sepertinya memang ada sedikit perbedaan dengan orang-orang yang ada di mimpiku dengan di dunia nyata ini.

"sini bri!"

"ehhh"
Kak Wira menarik tanganku.
"kita mau apa kak?"

"biar kamu bisa tahu, sehebat apa kamu dulu!"
Kak Wira terus menarik tanganku ke sudut ruangan.
Di situ terdapat banyak piagam penghargaan, sertifikat, mendali dan juga piala.

"wahhhh......, banyak sekali pialanya".aku terkagum-kagum.

"nah, ini piala milikku!"
Kak Wira mengangkat sebuah piala.

"juara 1 Silat tingkat SMA tahun 2018"
Aku membaca tulisan pada piala itu.
"kak Wira hebat!"
Pujiku.

"hehe biasa saja bri.... "
Ucap kak Wira sambil menggaruk kepalanya.

"tapi Abri masih lebih hebat darimu"
Kak Rahmat kembali menghampiri kami.
"almarhum pak ketua saja menempatkan penghargaan milik Abri di tempat khusus"

"tempat khusus?"

Lalu aku di bawa ke suatu ruangan.
Di dalam ruangan itu ada meja kerja, lemari dan beberapa piala, piagam dan mendali yang di letakkan di rak yang di paku pada dinding.

"ini ruangan khusus untuk piala dari anak almarhum pak ketua"
Kata kak Rahmat.
"di sebelah kiri ada penghargaan yang di capai ketua Aryo, di kanan ketua Nima dan untuk Abri ada di tengah, tepat di belakang meja ketua"
Jelas kak Rahmat.

"posisi ketua sekarang sedang kosong, Kira-kira siapa yang akan menggantikan pak ketua?"
Tanya kak Wira.
"kau kan asisten pribadi pak ketua!, mungkin kau punya spoiller? Hehe"
Sambung kak Wira sambil melirik ke arah kak Rahmat.

"aku tahu siapa yang akan melanjutkannya"

*****

Mohon maaf lahir dan batin untuk.kalian semua....
Author minta maaf jika ada salah kata atau kalian mungkin sering kecewa dengan author.

Yang pasti author sangat senang dengan kalian semua, jadi jangan lupa vote :v
Wkwkwkwkwk

Selir Hati (Sejenak#2)Where stories live. Discover now