laughter | 16

782 124 14
                                    

"Jadi, hari ini kita first date?" Tanya Lisa dengan lekukan senyum di wajahnya

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

"Jadi, hari ini kita first date?" Tanya Lisa dengan lekukan senyum di wajahnya.

Jungkook menengadahkan kepalanya sesaat mengenali suara yang sangat familiar baginya. Ia lantas mengangguk kecil menjawab gadis itu.

"Atau besok aja? Lo kayaknya ngga bawa helm dua."

"Ada."

Lelaki itu beranjak dari jog motornya, mengambilkan helm yang selalu ia bawa setiap harinya. Jungkook mewanti-wanti kapan saja akan terjadi kecelakaan atau kecolongan suatu hari nanti, sehingga membawa helm cadangan di bagasi motornya, adalah suatu hal yang lumrah.

Jungkook mulai menarik gas motornya, melaju meninggalkan area sekolah dengan 'pacarnya' di boncengannya.

"Lo hari ini kosong ngga?" Lisa bertanya seraya berusaha meningkatkan volume suaranya.

Melihat kepala Jungkook yang mengangguk sebagai jawabannya, Lisa lantas mengajak Jungkook untuk kencan sampai sore.

"Date pertamanya sampe sore ya!!!"

Hening sejenak sampai Lisa menyadari jika destinasi kencan pertamanya belum juga diputuskan.

"Oh iya, ini mau ke mana?"
"LOH? KE RUMAH???"

Tidak ada lagi jawaban setelahnya. Keduanya sama-sama fokus pada perjalanan. Dengan Lisa yang sembari pasrah.

___

Gadis itu menatap kesal Jungkook. Memang tidak seharusnya ia berharap lebih kepada Jungkook yang menjadi partner kencan pertamanya.

"First date harusnya ke tempat umum yang entertaining..."

"Lo bosen kalo ke kafe yang biasa."

"Ya masa ke kafe itu lagi?" Gadis itu semakin memelaskan pandangannya kepada Jungkook.

Setidaknya kencan pertama harus disambut dengan senyum kedua anggota pasangan. Bukannya senyuman yang didapat, melainkan celetukkan dan keheningan dair keduanya.

Tidak seperti biasanya, Jungkook menggiring Lisa ke arah rooftop rumahnya.

"Lho? Ngga ke kamar aja?" Celetuk Lisa menyaksikan Jungkook yang melewati pintu kamarnya begitu saja.

"Lagi berantakan."

"Ohhhh."

Sesampainya di ruangan terbuka itu, Lisa sejenak menatap seluruh sudut pemandangannya. "Lho? Kak?!"

Gadis itu meracau meninggalkan area rooftop seketika sadar Jungkook telah pergi.

Lisa yang linglung hanya bisa mengecek setiap ruangan di lantai dua dengan cemas. Di rumah yang lumayan luas untuk bersepeda ini, agaknya membutuhkan satu jam lebih baginya untuk menemukan keberadaan Jungkook.

Setelah pasrah dengan tidak sampai ditemukannya Jungkook, Lisa hanya bisa kembali ke area rooftop. Hingga tumbuh pertanyaan dibenaknya, dengan rumah Jungkook yang sedemikian rupa, apakah kata bosan bahkan sempat terlintas di pikiran Jungkook?

Setelah sampai di ruangan terbuka itu, tak disangka Jungkook malah berada di sana dengan peringainya yang sangat santai itu.

"Ta-tadi lewat mana?" Lisa tampak masih syok atas Jungkook yang tak ia duga sudah berada di sini sejak tadi.

Jungkook menunjukkan lintasannya menuju are rooftop tadi, yang bahkan persis sama seperti yang gadis itu lalui tadinya.

"Gue tadi lewat situ juga lho????"
"OH IYA. TADI LO KEMANA SIH KAK? Duh yang bener aja gue ditinggalin. Seenggaknya lo bilang dulu atau kalo seberat itu lo bisa chat gue kek?!"

"Maaf."

Lisa yang tadinya menyila kedua tangannya kesal, seketika menutup mulutnya yang ternganga kaget.

"Tiba-tiba banget?"

"Apanya?"

"Bilang maaf."

"Kalo dulu ngga penting."

Sunyi.

Lisa hanya sedang kembali mencerna apa yang telah ia dengar sesaat tadi. Semua yang Jungkook ucapkan barusan sangat abnormal untuk indra pendengarannya terima.

Gadis itu berdehem dengan keras, berusaha mencairkan suasana hening yang ada.

"By the way, tadi beneran alasan lo ngejadiin rumah sebagai destinasi ken-can per-ta-ma?" Gadis itu menekankan intonasi beberapa kata-kata akhirnya.

"Gue pikir lo nggak mau ekspos hubungan lo."
"Gue nggak tahu lo kedepannya mau nutupin atau terbuka aja atas hubungannya, jadi gue nunggu lo nya aja buat nentuin."

"Lo sendiri gimana?"

"Nggak ada bedanya buat gue."

"Ya udah bagus, gue rasa backstreet lebih bagus."

"Ok."

Jungkook menyodorkan beberapa potongan buah kepada Lisa. Tangannya kembali mengupaskan beberapa apel dan pir.

Seraya melahap buah yang dibawanya, Lisa kembali menatap Jungkook sekilas. Ia meyakinkan dirinya untuk menanyakan suatu hal yang sudah berkunang di pikirannya.

"Lo nggak mau nanya perihal gue sempet ngejauh dari lo?"

Jungkook menggelengkan kepalanya, "Ngga. Pun, itu hak lo."

"Lo ngga penasaran?"

"Penasaran."

"Kalo penasaran, tanya aja kali. Gue bakal berusaha terbuka, kok. Juga lebih bagus kalo lo tau," jawab Lisa lalu kembali melahap potongan buahnya.

Jungkook lantas menghentikan kegiatannya, mengubah arah sorot pandangannya kepada Lisa. "Tadi lo kenapa ngejauh?"

"Kesel ke elo."

"Apa lagi?"

"Kesel."

"Bukannya karena lagi datang bulan?"

"ASTAGA."

"Maaf."

"Iya, gue lagi hari pertama. Juga kesel sih ke elo, bisa-bisanya gue nurut sama lo sejak awal ketemu terus dibodohin aja sampe ditinggalin pas malem hujan gitu, pokoknya sampe gue sakit aja masih gue inget hari itu pas lo ninggalin gue gitu aja. Tapi gue bersyukur sih, seenggaknya Tuhan masih sayang sama gue, dengan kejadian itu gue bisa lebih cepet sadarnya, ternyata lo bisa setega itu. Bahkan, gue masih bingung kenapa lo ngajakin gue pacaran? Kayak, aduh gue ngga habis pikir aja."

"Sekarang lo, mending jujur sekarang. Kenapa tiba-tiba ngajakin gue pacaran? Kayak kejadian malam itu ngga ada apa-apanya bagi lo." Timpal Lisa meluapkan seluruh kalimat yang sedari kemarin berada di benaknya.

Ia sengaja menerima ajakan 'pacaran' Jungkook yang menyebalkan itu untuk menanyakannya akan maksud terselubung lelaki itu.

"Ternyata lo jawab iya... karena penasaran."

"Iya, sepenasaran itu gue atas maksud lo itu. Gue ngga peduli sekarang bahkan gue di mana, gue cuma butuh lo jawab aja maksud lo sejak awal itu kenapa. Termasuk yang tiba-tiba ngakuin gue sebagai pacar lo di depan ayah lo."

"Karena kalau enggak, gue lenyap."

——

Vote & Comment ya!
100 vote hari ini, besoknya langsung
publish part 17.

Laughter - LISKOOKOù les histoires vivent. Découvrez maintenant