ˋ2ˊ

23.8K 6.7K 6K
                                    

"Hwan, motor lo kenapa?" Tanya Yoshi memberhentikan motornya, melepas helmnya memperlihatkan rambut abu-abunya.

"Gak tau nih kak, padahal bensinnya masih penuh," jawab Junghwan bersungut sebal.

"Makanya, anak kecil naik sepeda aja."

"Biarin aja lah~"

Kelihatannya, motor Pradana Junghwan Restisalya bermasalah pada mesinnya. Efek motor lama kali ya, mungkin saja. Aku yang perempuan dan gak bisa nyetir motor mana paham :')

"Ayo cari bengkel, gue temenin." Fusena Yoshiro Chenoa turun dari motornya, memilih menemani Junghwan berjalan kaki mendorong motornya.

Junghwan menurut saja, yang penting ada teman. Soalnya dia takut, tadi Jaehyuk menelponnya dan bilang kalau ada pembunuh berkeliaran. Kan tidak lucu kalau dia bertemu pembunuh itu sebelum sampai di tujuan.

Yang ada tujuannya berganti. Bukan ke tempat tinggalnya Hyunsuk, melainkan ke tempat peristirahatan terakhirnya.

"Kak, Kak Yoonbin beneran dibunuh?" Junghwan bersuara pelan, takut ada yang mendengar. Membicarakan kematian orang lain pun memang tidak boleh keras-keras.

"Kalau dari penjelasan Kak Hyunsuk, kayaknya iya," jawab Yoshi.

"Loh, emang Kak Hyunsuk jelasin foto itu ke lo?"

"Iya."

Aneh, tadi katanya Hyunsuk akan menjelaskan pesan dari nomor asing itu beserta fotonya saat semua berkumpul. Lah kok Yoshi sudah dijelaskan lebih dulu?

"Hwan, menurut lo Kak Yoonbin dibunuh sama siapa?" Tanya Yoshi tiba-tiba, entah ada angin apa menanyakan hal tersebut.

"Menurut gue sih... sama orang yang gak suka sama dia."

"Menurut lo, pelakunya ada di antara kita berdua belas gak?"

Langkah Junghwan terhenti, kepalanya menoleh cepat. "Kalau gue jawab iya, gimana?"

"Hati-hati aja," jawab Yoshi tersenyum penuh arti.




























































"Tinggal Kak Yoshi, Junghwan, Kak Junkyu, sama Kak Doyoung kan yang belum dateng? Kenapa gak dimulai sekarang aja?" Tanya Jeongwoo mulai mengantuk karena terlalu lama menunggu.

"Gue gak mau jelasin berkali-kali, mending nunggu kumpul semua," jawab Hyunsuk.

"Sepenting itu kah?" Tanya Haruto, otomatis semua yang ada di ruangan menoleh ke arahnya.

"Ya penting lah! Ini menyangkut kematian temen kita," jawab Jihoon agak membentak. Bisa-bisanya Haruto berpikir seperti itu, begitu pikirnya.

"Maksud gue, apa perlu kita ngomongin kematian orang kayak gini? Yang berlalu biarin aja berlalu, biar polisi yang urus."

"Polisi bakal tutup kasus ini dalam waktu dekat, kalau lo mau tau," sinis Jihoon.

"Tau dari mana?"

"Om gue polisi, timnya terjun langsung untuk periksa tkp. Kalau kata om gue, kasus itu ditutup karena dibayar sama orang."

"Berarti bener pembunuhan ya..." batin salah satu dari mereka, menyimak dan fokus. Semoga saja dia menemukan petunjuk tentang siapa pelakunya.

"Gue gak yakin pelakunya cuma satu." Yedam bersuara. "Di film Among Us buatan kita ada tiga orang, kemungkinan jumlah pelaku yang nyata juga tiga orang atau mungkin lebih."

Jaehyuk jadi takut. "Dam, jangan pinter-pinter napa jadi orang, kalau diincar duluan gimana?"

"Ya gak apa-apa sih, bukannya malah gampang ketauan ya?"

"Jadi lo pasrah mati?" Tanya Asahi, nada bicaranya terdengar berbeda dari biasanya.

"Ya enggak sih..."

Mashiho menatap Asahi diam-diam, kenapa orang itu aneh sekali? Apa dia terbawa perannya di Among Us?

"Siapa aja yang impostor?" Tanyanya kemudian.

"Jaehyuk, Yoonbin, sama Asahi," jawab Jihoon. "Bentar, jangan bilang lo berdua impostornya!"

Jaehyuk terkejut. "Enak aja, anak baik-baik gini gak mungkin jadi impostor," sangkalnya.

"Gue jadi curiga sama Kak Asa, diam-diam menghanyutkan," sahut Jeongwoo bergidik ngeri.

"Tapi... gue lebih curiga ke Kak Jihoon sih," kata Mashiho menunjuk orang di seberangnya.

"Kok gue?!"

"Ini masih dugaan ya. Tadi, lo bilang ada yang bayar supaya kasus kematian Kak Yoonbin ditutup. Om lo polisi yang terjun langsung ke tkp. Gak menutup kemungkinan orang yang bayar itu lo sendiri kan, Kak Jihoon?"








































"Woah, Mashiho teliti juga ya," batin Hyunsuk menatap Mashiho disertai senyum lebarnya.



















































"Bisa-bisanya mau ke rumah Kak Hyunsuk malah makan mie ayam," gumam Doyoung tak habis pikir.

Dia dan sang kakak sudah setengah perjalanan, tapi Junkyu menghentikan mobilnya ketika melihat warung mie ayam yang baru buka. Karena belum sarapan, mereka menepi dulu untuk makan.

Bukan mereka sih... lebih tepatnya hanya Junkyu yang makan. Setelah dipikir-pikir, wajar saja sih. Dia baru pulang pagi tadi dan belum sempat tidur dan makan.

Entah kemana dia pergi, Doyoung yakin tujuannya tak jauh dari kantor polisi atau kosan temannya di dekat kampus, mengingat kakaknya itu sedang magang.

"Gak usah ribut, sana pesen, gue yang bayar," suruh Junkyu mendelik kesal karena acara makannya terganggu.

"Gue udah sarapan telur ceplok pake kecap."

"Makan lagi, lo kan gampang loyo kayak jelly."

Doyoung mendecih, mau menyangkal tapi benar. Tapi jangan salah, kalau sudah melakukan sesuatu yang terpaksa atau berasal dari hati Doyoung tidak loyo seperti jelly.

"Ada info apa tentang kecelakaan Kak Yoonbin?" Tanya Doyoung mengalihkan topik.

"Kasusnya mau ditutup, dianggap kecelakaan biasa karena ngantuk. Gak jelas, padahal kan beneran dibunuh," gerutu Junkyu lalu melahap suapan terakhir mie ayamnya.

"Maksud? Lo tau dia beneran dibunuh?" Tanya Doyoung terkejut.

"Tadi pagi kan Kak Hyunsuk bilang kalau ada yang kirim foto Yoonbin, berarti emang dibunuh," jawab Junkyu apa adanya.

"Kalau beneran dibunuh, alasannya apa? Kak Yoonbin gak punya masalah sama orang lain, paling ke kita kita aja."

"Berarti pelakunya di antara kita berdua belas, gampang kan?"

Alis Doyoung menukik tajam. "Lo serius berpikir begitu?"

Junkyu mengernyitkan keningnya. "Kenapa ekspresi lo begitu? Lo marah?"

"Ya iyalah, kan belum ada bukti. Kenapa berpikir pelakunya ada di antara kita berdua belas?"

Atmosfer terasa berubah, hawa mulai panas. Abang penjual mie ayam langsung mengarahkan kipas angin ke mereka, haduh bang...

"Itu cuma dugaan gue, kenapa emangnya?" Balas Junkyu mulai kesal.

"Berarti sama aja dong lo gak percaya kita?"

"Kalau pelakunya memang di antara kita?"

Doyoung bungkam, tak menjawab pertanyaan Junkyu yang membuatnya skakmat seketika. Tatapan Junkyu berubah mengintimidasi, menyipitkan mata kepada sang adik.

"Doyoung, peran lo di film Among Us bukan dari diri lo di kehidupan nyata, kan?"

That Day | Treasure ✓ [TELAH TERBIT)Where stories live. Discover now