ˋ16ˊ

17.3K 5.7K 2.9K
                                    

Cahaya terang yang menyilaukan adalah hal yang pertama kali Yoshi lihat ketika ia membuka matanya. Ia meringis, pusing dan sakit menyerang kepala.

Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, dimana dia? Tempat ini serba putih dan... tunggu, ia baru sadar ada infus terpasang di punggung tangannya.

Yoshi meringis lagi, ia bingung. Sekarang dia ada dimana? Apa yang terjadi padanya?

"Oh, udah bangun."

Yoshi menoleh lagi, rupanya sejak tadi ada orang yang duduk di sofa, menunggunya bangun. Dia Hyunsuk.

"G-gue dimana?"

"Di rumah sakit."

Nada bicara Hyunsuk tak biasa, seperti telah terjadi sesuatu yang besar... tapi apa?

"Jangan ngomong, istirahat," titah Hyunsuk sembari menghampirinya, kemudian duduk di kursi di samping bangsal.

Yoshi mengamati pergerakan Hyunsuk, teman tertuanya itu... kenapa terlihat menahan emosinya?

"Awalnya gue gak mau kasih tau lo, tapi lo memang harus tau."

"Tentang ap-"

"Junghwan dan Jaehyuk meninggal kemarin."

Deg!

"A-apa?"

"Jaehyuk dibunuh entah sama siapa, dan Junghwan..." Hyunsuk menjeda ucapannya, kali ini tak ada ekspresi di wajahnya. "Junghwan dibunuh Arion, di depan kita semua."

Itu tidak mungkin kan? Yoshi salah dengar kan? Junghwan... dibunuh oleh Arion?

"Gak mungkin..."

"Gue harap lo terima keputusan keluarga Junghwan nanti," ucap Hyunsuk final, sebelum pergi meninggalkan Yoshi sendirian, dalam keheningan dan perasaan yang tak dapat dideskripsikan.

Tak lama berselang, Yoshi berteriak, berteriak meluapkan perasaannya. Dia membunuh Junghwan, dia membunuh temannya sendiri.

Yoshi menangis sejadi-jadinya, hatinya sakit. Dia pembunuh, dia adalah pembunuh. Kenapa dia memiliki kepribadian lain yang ternyata adalah pembunuh? Temannya tiada, tiada di tangannya sendiri.

Teriakan Yoshi yang terdengar sampai luar ruangan itu, membuat Yedam menjadi tak tega. Yoshi tidak bersalah, tapi Arion lah yang bersalah. Namun mau bagaimana lagi, Yoshi dan Arion adalah orang yang sama, siapapun pelakunya, tetap saja mendapat ganjaran.

"Kak Hyunsuk... lo yakin dia dipenjara adalah keputusan yang tepat?"

Hyunsuk tak menjawab, matanya terpejam rapat, bersandar di dinding dalam posisi duduk. Bukan dia yang seharusnya menjawab, tapi kedua orang tua Junghwan. Keputusan ada di tangan mereka, bukan dirinya.

Jeongwoo mengintip Yoshi dari celah pintu, dia bisa melihat teman yang terkenal baik hati tersebut menangis hebat seraya menggumamkan kata maaf.

Hati Jeongwoo sakit melihatnya.

"Gue merasa, Kak Yoshi gak seharusnya dipenjara," ucap Yedam berpendapat. "Kalau dia dipenjara, dia bakal stress dan Arion bakal berulah. Polisi bakal kewalahan."

"Terus?" Hyunsuk bertanya, masih memejamkan mata.

"Maaf, menurut gue, keputusan yang tepat buat Kak Yoshi itu... masuk rumah sakit jiwa."

Tak ada yang menjawab.

Karena Hyunsuk dan Jeongwoo, memikirkan hal yang sama.


































































Jihoon, Mashiho, dan Haruto diam-diaman di pos ronda tempat mereka berkumpul seperti biasa. Sejak kejadian kemarin, mereka tak sama. Pemakaman Junghwan tadi pagi berjalan lancar tanpa kendala. Hanya saja... pemakaman Jaehyuk dilaksanakan di kampung halamannya, mereka tak bisa ikut sebab orang tua Jaehyuk melarang.

Kata ibunya, "lebih baik kalian gak datang, kalian hanya teman yang gak tau masalah teman sendiri."

Sakit? Tentu saja. Mereka berteman sejak sekolah dasar, bahkan bisa dibilang keluarga. Orang tua salah satu dari mereka mengatakan itu? Mereka merasa gagal menjadi seorang teman.

Biasanya Haruto akan menuduh sana-sini dan Jihoon pasti julid, tapi mereka berdua hanya diam. Mashiho menghembuskan nafas panjang, ia tak menyangka masalah akan jadi sebesar ini...

"Kak Jihoon, Haruto, kalian mau cari tau sama-sama?"

Jihoon mengayunkan kakinya ke depan dan ke belakang. "Gue ngikut aja..."

Ia memberi jeda sesaat, ia emosi. "Gue bakal hajar pembunuhnya," lanjutnya penuh amarah.

Haruto meliriknya sinis. "Iya, kalau lo gak dibunuh duluan."

"Oh, lo mau gue mati?" Jihoon menoleh kesal. "Gue gak mau tanggung jawab kalau omongan lo berbalik ke lo sendiri, ya."

Nah kan, mulai lagi...

"Gue penasaran." Mashiho berpikir. "Siapa ya yang bikin Kak Yoshi pingsan sampai kepalanya berdarah?"

"Posthink aja, mungkin impostornya," jawab Haruto asal.

"Lo minta ditendang ya?" Geram Jihoon, menendang kaki Haruto kuat-kuat sampai empunya mengaduh kencang.

"Doyoung gak muncul sejak kemarin... dia kemana?" Mashiho bertanya-tanya. Dia tahu kalau Doyoung orangnya mageran seperti Junkyu, tapi masalah seserius ini tidak mungkin Doyoung diam saja.

"Dia pelakunya kali." Haruto mendengus kesal, kenapa sih tidak ada yang mencurigai Doyoung?

"Semua berkemungkinan jadi pelaku, gak usah sok benar," kata Jihoon.

"Termasuk lo?"

"Di mata kalian mungkin iya, tapi gue bodo amat mau di cap pelaku atau bukan. Yang penting gue masih hidup sampai sekarang."

"Kalau pembunuhnya bunuh lo malam ini gimana?"

"To, lo mau bunuh gue ya?"

Haruto tertawa hambar. "Haha, gak kok. Ngapain? Nanti gue juga yang kena."

Mashiho menatap Haruto dengan tatapan menyelidik. Hmm, dia merasa Haruto menyembunyikan sesuatu. Apa mungkin dia tahu siapa impostornya? Apa jangan-jangan... dia sendiri impostornya?

"Kematian Kak Jaehyuk keliatan janggal, janggal banget malahan," ucap Haruto mengeluarkan isi pikirannya. "Gini, sebelumnya dia dan Kak Doyoung mau diintrogasi sama Kak Junkyu. Tapi Kak Junkyu meninggal karena dibunuh. Gak lama setelahnya, Kak Jaehyuk yang dibunuh. Pelakunya pasti Kak Doyoung, dia yang bunuh Kak Jaehyuk karena mungkin aja Kak Jaehyuk yang bunuh Kak Junkyu."

Jihoon terbelalak, menjentikkan jarinya penuh semangat. "Penjelasan lo ada benernya, To!"

"Si Doyoung dendam gitu?" Tanya Mashiho.

"Jelas!"

Jihoon dan Haruto lanjut membicarakan Doyoung, sementara Mashiho diam, hanyut dalam pikirannya.

Hmm, sepertinya dia harus ke rumah Doyoung hari ini. Secara diam-diam tentunya, kalau ada yang tahu kan bahaya... :D

That Day | Treasure ✓ [TELAH TERBIT)Where stories live. Discover now