ˋ10ˊ

17.9K 6K 2.9K
                                    

Impostornya lebih dari dua, kata si pengamat gak salah :D






"Lo kenapa ngeliatin gue? Tenang aja, makanannya gue yang bayar kok."

Doyoung menggelengkan kepala. Diam-diam, dia mengetik pesan lalu mengirimnya ke Junghwan. Memberi tahu apa yang Junkyu rahasiakan.

Memang benar Junkyu yang membawa Arion saat kecelakaan hari itu. Kebetulan Junkyu baru pulang dari rumah temannya, tak tahunya malah melihat kecelakaan mobil temannya sendiri. Jalan tol sangat sepi, tidak ada yang membantu atau melihat dua mobil yang kabur setelah menyebabkan kecelakaan. Hanya Junkyu yang melihat jelas kejadian yang sebenarnya. Dia membawa Yoshi─ Arion ─yang saat itu tidak sadarkan diri, kondisinya kritis.

Seperti yang Arion bilang, dia dibawa orang. Dia tidak mau mengatakan apapun, toh orangnya sudah mati ini.

Dengan datangnya Junkyu saat kecelakaan tersebut, dia tahu siapa pelakunya. Dia terus mengumpulkan bukti, bolak-balik ke kantor polisi dan rumah, namun sayangnya ia tiada sebelum bukti yang ia kumpulkan lengkap.

Doyoung tidak tahu dimana Junkyu meletakkan bukti tersebut. Junkyu tidak memberi tahu siapa pelakunya, memberi petunjuk saja tidak.

Junkyu sempat berkata, kalau dia akan menjadikan Doyoung dan Jaehyuk sebagai saksi mata karena menyaksikan detik-detik kecelakaan terencana tersebut. Tapi takdir berkata lain.

"Pelakunya pasti ketangkap, percaya sama gue," ucap Yoshi. "Lo harus hati-hati, kalau orang itu bunuh Junkyu, kemungkinan besar lo juga karena lo adiknya."

"Lo ngomong begini gak ada maksud tertentu kan?" Tanya Doyoung menyelidik. Mulai sekarang dia harus waspada, bisa saja yang berbicara saat ini adalah Arion. Arion kan pandai bersikap seperti Yoshi.

"Gak ada, gue cuma khawatir. Seiring berjalannya waktu, pelakunya pasti terungkap, kalau ada bukti, dia bisa masuk penjara."

Doyoung menyesap milkshake cokelatnya dengan perasaan dendam. Siapapun yang membunuh Junkyu, siap-siap saja.

Ting!

Ponsel Yoshi berdenting. Nomor tak dikenal mengirim pesan berupa foto. Hmm, mencurigakan.

"Menurut lo, gue buka atau enggak?" Tanya Yoshi meminta saran.

"Coba aja."

Yoshi mengetik password ponselnya, kemudian membuka pesan foto tersebut.

"Doyoung, liat ini..."

Doyoung mencibir, padahal lagi enak minum milkshake. "Apaan sih? Ganggu─ siapa yang kirim?!"

Kalian mau tahu foto apa yang dikirim nomor asing tersebut? Foto yang dikirim adalah, foto saat Junkyu membawa Yoshi keluar dari mobil Yoonbin.

Ting!

+62123456789
| gak salah kan kalau dia mati?
| makanya, yang tau diem aja
| gak usah jadi detektif dadakan.








































































"Kematian Kak Asahi paling susah dicari tau pelakunya, menurut gue," kata Jeongwoo. "Gak ada siapapun di rumahnya malam itu, kan? Kalau ada, pasti pelakunya udah ketangkep."

Jaehyuk mangut-mangut setuju. "Yang penting dia tinggi, itu jadi salah satu petunjuk."

"Kak Jihoon bilang pelakunya mirip Kak Junkyu, tapi Kak Junkyu aja mati dibunuh. Kak Doyoung gitu? Dia kan adiknya, tapi dia bilang dia belajar biologi di rumahnya."

"Doyoung gak di rumah malam itu, dia ke rumah gue," kata Jaehyuk.

"Ngapain?"

Jaehyuk tidak menjawab. Tidak mungkin dia memberi tahu Jeongwoo kalau Doyoung mengawasinya lalu memfoto dirinya yang sedang membunuh anak anjing. Itu sama saja bunuh diri.

Tapi yang mengherankan, kenapa Junkyu membela Doyoung dan mengatakan kalau Doyoung ada di rumah? Wah, ada teori konspirasi.

"Woo, menurut lo siapa yang bunuh Kak Junkyu?" Tanya Jaehyuk.

Jeongwoo tersenyum. "Menurut lo siapa?"

Wah, ada apakah gerangan?

"Kalau gue curiga sama lo gimana, Woo? Gue curiga Yedam juga sih, keliatannya dia tau sesuatu," jelas Jaehyuk. "Kalaupun lo pelakunya, jangan coba-coba incar gue, ya."

"Kenapa?"

"Nanti gue bunuh loh... gak kok, bercanda."

Jeongwoo merinding, perkataan Jaehyuk tidak terdengar seperti candaan semata. Perkataannya terdengar mengancam. Duh, semoga saja Jeongwoo tidak salah bersikap.

"Oh ya, Woo. Gue tau Haruto berdarah bukan karena jatuh," lanjut Jaehyuk, menunjukkan senyum misteriusnya.

"S-serius?"

"Iya. Gue tau loh kalau lo yang tusuk perut Haruto pakai pisau. Lo gak sadar ya lokasinya deket rumah gue? Dari balkon rumah gue semuanya keliatan, Jeongwoo. Lo kabur, gak lama Junghwan dateng. Gue tanya, lo ngelakuin itu karena lo punya tujuan atau lo disuruh orang?"























































Yedam mengayuh sepedanya menuju rumah. Kemanapun dia pergi, pasti dia mengendarai sepeda. Dia lebih suka naik sepeda daripada motornya, katanya polusi udara. Naik sepeda sekalian berolahraga, menikmati sejuknya angin saat berkendara.

Kematian tiga temannya pasti menimbulkan kecurigaan bagi para polisi dan warga. Jelas, siapa sih yang tidak akan curiga jika terjadi pembunuhan di lingkup pertemanan yang sama?

Yoonbin di tol, Asahi di rumah, Junkyu di kebun, tempat yang pas untuk membunuh orang. Tidak ada yang melihat bagaimana ketiganya dibunuh. Belum tahu saja kamu Dam kalau Junkyu mengetahui seluk beluk kematian Yoonbin.

"Gue yakin setelah kematian Kak Junkyu, kita bakal saling tuduh menuduh. Karena Kak Junkyu calon detektif, dan dia dibunuh. Otomatis yang lain bakal berpikir kalau pelakunya memang di antara kita yang tersisa."

Yedam berhenti di depan rumah salah satu temannya, rumah tersebut sepi sekali. Sepertinya si pemilik rumah sedang pergi.

"Cara lo bunuh Kak Junkyu sadis juga, setelah itu lo bersikap seolah-olah bukan lo pembunuhnya," ujarnya menatap rumah tersebut, lalu lanjut mengayuh sepedanya, pulang ke rumah.

That Day | Treasure ✓ [TELAH TERBIT)Where stories live. Discover now