15

27 3 0
                                    

Sudah beberapa bulan Vindra menikahi Rere, hari ini SB bertemu, SB tak sengaja bertemu di sebuah restoran, mereka berakhir duduk bersama meski dengan saling sinis,

“gue pamit, kalo kalian gak suka gue disini,” Vindra tersenyum lalu berjalan menjauh dari SB bersama Rere, “tunggu!” panggil Lily,

Lily memeluk Rere erat, “Lily kangen Rere,” ujarnya, “gua juga kangen lo,” jawab Rere lirih, “SB balik ya?” ajak Rere, “biarin kayak gini, kadang rasa kecewa lebih mendominasi,” ujar Dira, Rere diam.

Hari ini mereka belanja bareng, mengenang masa SMA lebih tepatnya sekarang membeli peralatan untuk kedua bayi Dira,

“aaa kalo gue punya anak cewek gue nikahin sama anaklo Dir, ganteng banget!” pekik Rere, “yang mana?” tanya Dira, “Keyna dong,” jawab Rere,

“ganteng Keynan ya!!” ucap Lily tak terima, “kalo aku punya anak cewek pengen aku nikahin sama anaknya Rere aja nanti, namanya kembar,” kekeh Lily, “setuju,” jawab Rere,

“gue pengen punya anak cewek deh,” ujar Rere, “cowok aja deh,” revisi Rere, “udah ada calonnya?” ejek Lily, “lo gak tau ya?” tanya Rere, “Rere sama Vindra nikah,” jawab Dira,

“wah semoga cepet dapat momongan,” ujar Lily, “halah lo kapan?” tanya balik Rere, “nanti lah,” jawab Lily, “udahlah bahas bayi mulu, jadi pengen bawa pulang Keyna,” seru Rere,

“jangan bikinnya susah nih,” celetuk Dira, “emang berapa ronde?” tanya Rere berbisik “16 ronde permalam,” kekeh Dira, Rere menatap Dira kaget “pake apaan kok kuat?” tanya Rere,

“cinta,” jawab Dira, Rere diam saja tak menjawab, Lily bahkan kelu untuk berkata, “balik yuk,” ajak Dira, mereka mengangguk.

Di cafe para pria sedang ngopi, Vindra duduk santai sambil minum americano, dia sesekali mengecek hpnya, “halo?” Vindra mengangkat telfon segera “Leo!!” pekik seberang,

“iya sayang kenapa?” tanya Vindra, “kak Leo dimana?” tanya seberang, “aku lagi jalan sama istri,” jawab Vindra, “kok gak ijin?” tanyanya kesal, “lah buat apa?” tanya balik Vindra, “kakak kapan pulang?” tanyanya,

“gaakan, gue gila nanggepin kepengenan mereka,” jawab Vindra, “gue udah nikah Re, jangan buat gue balik kerumah itu lagi, biarin gue sama Rere bahagia,” ujar Vindra,

“kakak tau gak katanya kak Neo mau nikah,” ujar seberang, “tau Nio Hafindra kan?” tanya Vindra, “kak Langit balik,” ujar Rena,

“Langit?” tanya Vindra, “mantannya kak Rere,” ujar Rena, “buat apa?” tanya Vindra, “kak Langit sayang kak Rere,” jawab Rena, “gue gak akan biarin itu,” jawab Vindra,

“aku suka kak Langit,” ujar Rena, “udah dulu Rere balik,” Vindra menutup telfon, “siapa?” tanya Rere, “Rena,” jawab Vindra, bibir Rere mencebik kesal,

“dia siapa kamu sih!” kesal Rere, “adik angkat,” jawab Vindra, “kamu gak suka kan?” tanya Rere menuduh, “yasuka lah, kan adek Rere,” jawab Vindra, “auah!!” kesal Rere,

“cintanya buat Rere doang kok,” ujar Vindra pelan, senyum Rere mengambang, “boleh gendong?” tanya Vindra, Rere menggeleng seketika Keyna menangis histeris entah kenapa,

Rere terus menenangkan tapi gagal, bahkan Lily ataupun Dira gagal membuat Keyna diam, Vindra menggendong Keyna, “Cup... Cup... Cup... Keyna gak boleh nangis, nanti Keyna jadi anak om deh kalo diem,” bujuk Vindra,

Tangis Keyna seketika mereda, Vindra menggendong nyaman Keyna “kamu lucu banget yah, om pengen punya anak deh,” ujar Vindra, “kalo om punya anak om bakal titip anak om buat di jaga Keyna ya,” Vindra menggendong Keyna yang tersenyum,

“a-a-ya-h?” panggil Keyna tiba-tiba, “Keyna bisa ngomong?” Dira terharu mendengar ucapan anaknya, “apa sayang?” tanya Vindra, “lo gak selingkuh sama Vindra kan Dir?” Arga memicing,

“anak laki-laki itu akan berkembang kalo dipelukan ayahnya,” jawab Vindra, karena kesal Arga menggendong Keynan lalu melirik sinis Vindra, “pa-pa?” eja Keynan,

Arga mengaga “apa sayang?” panggil Arga senang, “anak papah,” Arga menciumi putranya itu, “Keyna ikut om Vindra sama tante Rere yuk,” ajak Vindra, Keyna tersenyum manis,

Seketika perut Rere mual, “bau apaan sih ini?” tanya Rere, “parfum Ganta baunya gaenak,” pekik Rere langsung ketoilet, “dari dulu Rere suka parfum lo Gan,” ujar Lily,

Rere kembali dengan wajah pucat “lo kapan terakhir datang bulan?” tanya Dira, “kapan ya, Oktober,” seingat Rere, “ini Desember loh Re,” ujar Dira, “gue emang gak pernah datang bulan tiga bulan ini,” ujar Rere,

“kok bisa?” tanya Dira, “gue juga gak tau,” jawab Rere polos, “jangan-jangan gue kanker Dir?” panik Rere, “apa mungkin lo hamil?” tanya Lily, “mana gue tau,” jawab Rere,

“pesenin gue jus alpukat tanpa gula sama cake strawberry dong,” ujar Rere, Vindra menatap Rere aneh “gak coklat?” tanya Vindra, “aku pengen strawberry,” lirih Rere,

Vindra memesan apa yang Rere mau, dan Rere melahap dengan cepat, “ada toko eskrim baru katanya,” ujar Dira, “gue mau dong?” ujar Rere, “rasa apa?” tanya Vindra, “mint?” ucap mereka bersama,

“gue pengen pencake buatan bunda kamu Vin,” ujar Rere, “kamu pernah makan?” tanya Vindra, “gak tau?” tanya balik Rere, “gue lagi gak enak badan tuh pengen apa aja,” jawab Rere,

“beli eskrim yuk,” ajak Vindra, Rere mengangguk mantab, mereka berenam membeli eskrim, “Ganta tolong jaga jarak!! Lo gak pernah mandi ya?” kesal Rere,

“enak aja lo ngomong!” jawab Ganta, “pokoknya lo jauh deh, gue risih!” usir Rere, Ganta mendengus, Rere menyandar di bahu Vindra,

“itu apaan ya?” tanya Rere, dia mengambil sesuatu dibawah meja, dia melihat itu “alat tes kehamilan,” jawab Dira, “cobain yuk Ly?” ajak Rere, Lily terkekeh lalu mengangguk.

Sepuluh menit mereka keluar setelah mencoba sebungkus alat tes yang mereka temukan,

Rere duduk disebelah Vindra dengan wajah aneh, dia menatap Vindra dengan intens sebelum menghembus nafas kasar,

“Ganta?” panggil Lily sendu, “apa?” tanya Ganta lembut, Lily memberikan alat itu pada Ganta, “positif?” tanya Ganta kaget, “kok bisa positif?” tanya Ganta, Lily menunduk dalam,

“anak?” tanya Ganta, “anak seorang Argantara,” lirih Lily, “tapi kapan?” tanya Ganta, “malam itu, anggur itu,” jawab Lily, “jadi waktu itu? Itu nyata?” tanya Ganta.

Thanks for reading my readers tersayang ❤❤❤ pokoknya setia sama Seyaru ya!! Like!! Komen!! Dan Follow!! My ig abulavender_

Segitiga yang RumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang