23

15 3 0
                                    

Dira menggeliat menatap seseorang disebelahnya, “Arga,” lirih Dira, Arga terbangun lalu mencium bibir Dira “katanya mau pelan,” ujar Dira lirih, Arga mengusap pipi Dira “kamu demam,” ujar Arga,

“iya,” jawab Dira, “dingin,” lirih Dira, Arga memeluk Dira erat “maaf ya, ayah semalem brutal,” bisik Arga lembut, “ayah gak maksud sayang, kamu gak sakit kan?” tanya Arga,

“sakit ayah, bunda sakit,” ujar Dira lirih, “maafin ayah,” jawab Arga lemah, Dira mengusap pipi Arga “aku gak sakit kok, cuma laper,” Dira terkekeh,

Arga membawa Dira mandi lalu menuju meja makan dengan di gendong, “Keyna kok tumben gak nangis?” tanya Dira, “kan ada omahnya gak bakal nangis,” jawab Arga,

“kerumah sebelah yuk, aku kangen mereka,” ujar Dira, Arga mengangguk pelan “makan dulu,” Arga menyuapi Dira lembut.

Dirumah sebelah Dira masuk kamar Keyna dan Keynan, dia menatap dua putranya itu “maafin mamah ya, gak perhatian,” lirih Dira, dia menggendong dua putranya lalu memberi mereka ASI.

“lucunya anak ayah,” Arga mengecup pipi Keyna, “ayah?” panggil Keynan lucu, “apa?” tanya Arga gemas, “mamam,” ujarnya, “ayah udah mamam kok semalam,” jawab Arga membuat pipi Dira memerah,

“Nanan mamam, ayah mamam,” ucapnya tak jelas, Arga tersenyum “omah mana Nan?” tanya Arga, “mamah andi,” jawab Keyna, “owh omah mandi,” jawab Arga,

“Nanan sama Nana udah mandi belum?” goda Arga, “dadah, Anan udah andi,” jawab Keyna, “Nanan itu adek ya Na,” Arga memberi pengertian, “no! Nanan Ena,” tegasnya imut,

Dira tertawa lucu “Enan siapa?” tanya Dira, “Enan, Ena Nanan,” jawabnya, Dira gemas dengan Keyna lalu mencium bibir putranya, “gemes,” ujarnya, “itu jatah ayah Nan,” lirih Arga,

Dira terkekeh “ini juga kamu yang bikin,” Dira menjulurkan lidahnya mengejek “siapa lagi,” jawab Arga cuek, “lope you Arga,” jawab Dira, Arga membuang muka sombong pada Dira “bodo!” kesalnya, “iya bodo!” jawab Dira gemas,

Arga menoleh ingin tersenyum “jangan sok cool,” Dira mengecup pipi Arga lama, “bikin debay yuk,” bisik Dira, Arga menoleh dengan kaget “hahah giliran itu aja cepat,” sindir Dira,

“Nanan sama Enan makan yuk,” ajak Amay, “yuk,” jawab Dira semangat, Amay tersenyum “Nanan sama Enan mau punya adek,” ujar Amay gemas, “Anan amau,” jawab Keyna cemberut,

“Enan au,” jawab Keynan senang, Dira tersenyum “yaudah yuk makan,” ajak Amay, Keyna dan Keynan makan dengan lahap bubur bayi untuk anak usia 6bulan keatas itu,

“cepet endut Enan, Anan,” bisik Dira lalu mengecupi bibir kedua putranya itu “gantengnya mamah,” gemas Dira, “benih siapa dulu,” sombong Arga, “benih Arga,” balas Dira jengah, Arga tersenyum geli “bibit Arga,” ujarnya,

“hm,” jawab Dira cuek, “kenapa sih?” goda Arga, “pms,” jawab Dira ketus lalu berjalan membawa kedua anaknya untuk pindah tempat,

Arga mendengus “sensitif,” dengusnya, belum selesai Arga mendengus pintu terbuka paksa dengan kencang, lalu tersungkur seorang wanita,

“bilang sama mereka!! Apa yang lo lakuin sama Arga!” teriak Bella marah, Arga membulatkan matanya kaget, “Aira?” tanya Dira kaget,

Aira penuh luka, penuh lebam, bekas cakaran, pisau lipat, bekas pukulan, bekas lilitan, banyak bekas luka Aira bahkan Aira nyaris tanpa busana karena semua pakaiannya robek dan tercerai-berai,

“bilang!” bentak Bella mencengkeram rambut Aira, “ma-maaf Dir,” ucapnya lirih sambil menahan rasa sakit, “lepas dulu,” mohonnya, Bella menghentakkan kepala Aira kelantai,

“aku sama kamu kan kemaren habis main,” ujar Aira lembut, dia membersihkan dirinya dan merapikan rambutnya dan mendekati Arga manja, Arga merasa risih dengan Aira,

“kamu gausah bohong Ga,” bisik Aira sensual, “main?” tanya Arga bingung, “kita main di kamar 406,” jelas Aira, Arga tertawa sinis “hey bicth gue gak mau main sama yang gak perawan kecuali gue yang perawanin,” bisik Arga tajam,

“aku perawan Arga, kemarin pas sama kamu,” ujarnya kesal, “ya mana gue tau, bukan gue,” jawab Arga asal, Arga tersenyum miring “atau Ridho?” tanya Arga sambil menyeringai, “kemarin lo pulang sama dia,” bisik Arga,

Mata Aira membulat sempurna sekejap dia memukul Arga brutal “kenapa kamu biarin!! Aku jaga kehormatan aku buat kamu Ga!! Aku gamau orang lain ambil Ga, kenapa?” Aira menangis dan membabi buta memukul Arga,

Arga mencengkeram tangan Aira “Ra!! Gue punya Dira!! Gue tegasin ke elo, gue punya Dira!! Keyna, Keynan dan calon anak kita,” ucap Arga meninggi, tangis Aira pecah lalu langsung mundur, dia merasa kalah,

“gak, aku belum kalah,” ujarnya dengan senyum manis, Arga mencengkeram bahu Aira “look me,” Arga menatap tajam Aira “sadar!! Gak semua bisa lo dapatin!” tegas Arga, “Aira gue sayang lo!! Sebagai adik,” jelas Arga,

“jangan lebih,” lanjutnya, “kenapa?” tanya Aira, “gue punya Dira,” jawab Arga tegas, “lo gak bisa gantiin Dira, bahkan siapapun gak bisa,” jelas Arga, “Dira milik gue, dan gue milik Dira,” tegas Arga,

Air mata Aira mengalir semakin deras “gue gamau lo sakit hati, my young,” bisik Arga lalu memeluk Aira erat, “lo itu young gue Ra, sampai kapan pun,” jelas Arga, “elo adik gue Ra,” lanjut Arga,

Aira terdiam lalu membalas pelukan Arga “maafin Aira kak,” ucapnya lirih, “terima kenyataan bukan gue yang akan jadi pria impian lo Ra, gue hanya akan jadi kakak lo,” jawab Arga,

“brother,” bisik Aira sangat lembut dan memeluk Arga erat “makasih udah jadi kakak terbaik gue,” ujar Aira, “selamanya lo adik gue,” jawab Arga, “makasih,” jawab Aira senang,

“udah ya, bini gue ngamuk,” bisik Arga, Aira terkekeh lalu mengangguk “maaf ya kak Dira, Aira janji bakal anggap kak Arga kakak Aira,” ucap Aira tulus, Dira dengan agak sinis mengangguk lalu memeluk Aira.

Thanks for reading ❤❤❤❤

Like, share, komen jangan lupa!! Lope you!!!

❤❤❤❤❤❤

Segitiga yang RumitWo Geschichten leben. Entdecke jetzt