Sang Penggoda

84 10 6
                                    

          Disini, di suatu daerah di Pulau Kalimantan, di sebuah kota kecil, Ariani mengenalnya. Seorang laki - laki tampan, yg sekilas terlihat cuek dibanding teman-temannya yang lain.
Ia yang baru datang dari Jakarta, tentu saja mendapat perhatian lebih dari mereka, cowok - cowok tongkrongan itu. Wajah Ariani, biasa dipanggil Riri, cukup manis, dengan kulit putih mulus, rambut lurus sebahu, dan tubuh mungil, tak heran jika banyak laki - laki seusianya yang tertarik padanya, termasuk di kota ini, kota kecil dimana abangnya tinggal bersama istri dan anak tunggalnya yang baru berusia 2 tahun.

          Kawan pertamanya di sini adalah Ana, ia masih kelas dua SMA, dan Eli adik ipar Abangnya yang juga masih di SMA, sedang giat - giatnya belajar untuk ujian akhir tahun ini. Sedangkan Ariani baru saja tamat SMA di usia 16 tahun ini. Dari Ana lah ia tau nama - nama cowok yang berusaha menarik perhatiannya. Ada yang dengan gentle datang menemuinya di rumah, dan berbicara topik yang ringan - ringan sesuai usia mereka, seperti boyband favorit, kadang sekedar bercakap tentang hobi masing - masing, dan Iwang, cowok itu memiliki kegemaran yang sama dengannya. Iwang lumayan ganteng, dengan kulit putih, tubuh kurus tinggi dan rambut lurus menjuntai. Ada juga si Jo, cowok berkulit sawo matang sebelah rumah abang Ariani, ia mengirimkan surat untuknya lewat adiknya. Jo agak kalem, kalau berpapasan hanya senyum, tak pernah menegur atau bicara sepatahpun. Ada lagi Fendi, cowok tinggi putih bertubuh agak gempal, yang sering pura - pura meminjam novel milik Ariani, hanya sekedar untuk mencari cara agar bisa berdekatan dengannya. Menurutnya, cowok - cowok itu lumayan, tak jauh beda dengan kawan - kawannya di Jakarta sana. Tapi Ariani hanya menganggap mereka biasa saja, tidak ada perasaan lebih.

          Sampai pada suatu hari, salah satu cowok, bisa dibilang ketua gank mereka, namanya Indra, mengirimkan pesan yang menurut Ariani agak unik. Tidak seperti Jo yang menulis surat di kertas yang bagus, dulu itu Harvest merupakan salah satu merk kertas surat ternama, tapi Indra menulis di kertas rokok, dengan tulisan seadanya, besar - besar dan berantakan. Dia hanya bilang

" Riri, kamu koq cantik, imut dan pemalu"

Sudah, hanya itu.

          Oh iya Eli pernah menceritakan ketertarikannya kepada Indra, itu sebabnya Eli sering main kesini, ke rumah abang Ariani. Sebenarnya pertama kali melihat Indra, tidak ada perasaan lebih dihati Ariani. Tapi entah kenapa Ariani merasa tertarik dengan cara unik Indra, padahal kalau pas Ariani melewati rumahnya, yang menjadi markas cowok - cowok tongkrongan itu, tak sekalipun Indra menegur atau sekedar tersenyum padanya. Hanya kawan - kawannya yang ribut bukan main, masing - masing berusaha menarik perhatian Ariani.

          Namun semenjak surat pertama itu, Indra mulai terlihat agak 'nakal' dan gak jelas menurut Ariani. Kadang saat Ariani lewat bersama Ana, Indra akan meneriakkan nama Ariani
"Riri.......!!!"
Membuat Ariani jadi senyum - senyum sendiri. Dasar aneh, pikirnya.
Di lain saat jika mereka berpapasan, Indra akan tersenyum kepada Ariani dengan tatapan jenaka. Kemana perginya si cuek itu ?

          Sejak saat itu Ariani mulai memperhatikan Indra secara diam - diam, cowok cuek, terkesan galak, dengan mata teduh seperti hujan, yang tatapannya bisa meluluh lantakkan hatinya. Cowok berkulit hitam, hidung mancung dan rambut ikal agak gondrong itu mulai mencuri perhatiannya. Namun Ariani tidak menanggapi surat unik dan terkesan serampangan itu. Dia tetap diam dan tak terlihat memberi respon ataupun lampu hijau. Ariani memang type cewek seperti itu, tak pandai menunjukkan rasa suka kepada lawan jenisnya. Selama ini jika ia tertarik kepada seseorang, ia akan bersikap biasa saja, tak pernah menunjukkan rasa suka atau memberi perhatian lebih kepada cowok itu, tak seperti kawannya Ade ataupun Preti yang tak segan menunjukkan ketertarikannya pada pria yang dimaksud.

          Tibalah hari itu, dimana tiba - tiba saja Indra mengirimi Ariani surat tentang ketertarikannya pada Ariani, dan memintanya untuk menjadi kekasih. Ariani yang diam - diam mulai menyukai Indra, merasa senang mendapatkan surat, yang "betul - betul surat" dari Indra.
Lupa akan ketertarikan Eli pada Indra, Ariani menunjukkan surat itu kepada Eli, tentu saja dengan wajah datar seperti biasa, tak menunjukkan bahwa sesungguhnya ia tengah bahagia karena surat itu. Dan bisa di duga reaksi Eli, dengan wajah dingin yang menunjukkan kekecewaannya, Eli berkata:
" Jangan diterima, cowok gak bener itu, pengangguran pula !"
Ariani terperangah dan menyadari kebodohannya. Mengapa harus ia tunjukkan surat itu kepada Eli yang jelas - jelas sejak awal mengatakan menyukai Indra. " Ya Tuhan, bodohnya aku " lirih Ariani dalam hati

          Jika saja saat itu reaksi Eli tak menunjukkan tanda keiri-annya pada Ariani, tentu saja Ariani akan pikir - pikir lagi keputusannya. Ia tahu dari Ana bahwa Indra drop out dari sekolah saat menginjak kelas tiga SMA, ia tahu sehari - hari kerjaan Indra hanya nongkrong bersama gank-nya itu, playboy kampung, dan suka mabuk - mabukan. Tapi yang terakhir ini Ariani belum pernah melihat sendiri, hanya katanya.

          Kembali tentang surat Indra itu, entah mengapa sikap Eli malah membuat Ariani ingin memberi kesempatan kepada Indra untuk lebih dekat lagi kepadanya. Ia tau bahwa cowok tampan itu memiliki perilaku yang tak sebagus rupanya. Tapi kembali Ariani tak mengerti mengapa ia juga ingin menjalin kasih bersama Indra. Apa ini yang di bilang cinta buta ? Entah lah.
Tapi....cinta ? Rasanya belum pantas disebut cinta.

          Indra, baginya adalah sang penggoda. Walau tak seperti kawan se-ganknya yang menampakkan perhatian lebih kepada Ariani, cara Indra mendekati menggelitik hatinya. Sejak itu hal - hal unik lainnya sering dilakukan Indra jika mereka tak sengaja bertemu, seperti mendehem saat berpapasan, tanpa menyapa, atau kadang sekedar mengerling jenaka. Ini laki - laki yang Ana bilang sombong ? Yah Ana dan juga Titi, tetangga disini juga, memang bilang Indra sombong, tak pernah ia terlihat menggoda, atau sekedar menyapa gadis - gadis di komplek ini. Wajahnya selalu terlihat galak. Tapi walau begitu, tetap saja banyak gadis yang menyukainya, termasuk Titi itu. Ana bilang pacar - pacar Indra dulu tak pernah ada yang satu komplek dengan mereka.

          Ariani suka cowok sombong, yang tidak kegenitan terhadap setiap perempuan. Walau kabarnya Indra sering gonta ganti pacar, toh Ariani belum pernah dengan mata kepalanya sendiri melihat Indra menggandeng seorang gadis. Akhirnya hari itu, tanggal 21 Oktober menjadi hari bersejarah buat mereka berdua, hari dimana Ariani menyatakan bersedia menjadi kekasih Indra.

********

Menggenggam Ranting PatahWhere stories live. Discover now