Dikhianati Oleh Waktu

31 6 0
                                    

Tak terasa sudah setahun Ariani dan Indra menjalin hubungan jarak jauh. Berarti sudah dua setengah tahun mereka bersama. Tak pernah ada masalah sedikitpun selama setahun ini. Mereka saling percaya dan yakin akan keteguhan cinta masing - masing.

Hari ini Ariani ditunjuk menjadi supervisor, bukan lagi SPG. Tak terkira betapa senangnya Ariani. Namun seiring dengan promosi tersebut, kesibukan Ariani pun bertambah. Tanggung jawabnya pun semakin besar.

Indra masih rajin mengiriminya surat, demikian pula Ariani Kadang saat surat Indra datang, meski letih sepulang kerja, ia tetap menyempatkan diri membacanya sambil berbaring, dan seringkali tiba - tiba saja Ariani sudah terlelap saking lelahnya dengan surat Indra di dalam pelukannya.
Walau letih dan hanya memiliki sedikit waktu luang, Ariani selalu membalas surat kekasihnya itu, meski kadang telat sehari dua hari.

Bulan demi bulan berlalu, sudah enam bulan sejak Ariani menjadi seorang supervisor. Sibuk memang, namun di sela waktunya selalu wajah Indra membayanginya. Cintanya pada Indra masih sebesar dulu, tak berkurang sedikitpun. Jika ia baru mendapat surat dari Indra, pasti akan dibawanya ke tempat kerja dan dengan bangganya menunjukkan kepada teman karibnya, Nuri dan Tina. Ya, Ariani sangat bangga, terlebih teman - temannya memuji keunikan dan keromantisan Indra.

Bayangkan, pernah Indra mengiriminya surat yang panjangnya hanya lima belas sentimeter namun lebarnya nyaris sampai semeter. Terbayang gimana repotnya Indra merekatkan kertas satu demi satu agar bisa sepanjang itu, lalu menulis di atasnya. Ariani senyum - senyum sendiri membacanya. Ada saja kelakuan unik kekasihnya ini. Rasanya lucu dan bikin gemas membaca surat selebar itu. Ariani harus membaca dari ujung ke ujung, pindah ke bawah, lalu membaca lagi dari ujung ke ujung, begitu seterusnya. Saat Ariani menunjukkan surat itu kepada Nuri dan Tina, mereka geleng - geleng kepala sambil tertawa.

Namun karena kesibukannya, Ariani belum sempat membalas surat itu. Nuri menyarankan untuk cepat membalasnya, sudah dua Minggu surat itu sampai ke tangannya. Kata Nuri "Nanti dia berpaling loh"
Ariani dengan yakin menjawab "Mana mungkin lah. Dia itu pengertian. Dan kami sudah saling percaya"
Sampai datang surat ke dua di Minggu ke empat.

Ri, apa yang terjadi ? Kenapa kamu tak membalas suratku ? Apakah aku sudah tidak penting lagi ? Tolong beri kepastian, Ri. Hubungan kita sekarang ini sedang di ambang kehancuran. Jangan biarkan cinta kita terberai. Aku masih mencintaimu

Ariani sempat tertegun membaca surat Indra tersebut. Ia tahu telah lalai dan tak segera membalas surat Indra dikarenakan kesibukannya. Tapi ia selalu percaya bahwa Indra akan mengerti, karena begitulah Indra.
Sebenarnya Ariani ingin segera membalas surat Indra tersebut, tapi rasa kantuk menyerangnya. Ia harus tidur awal agar tak kesiangan. Besok adalah hari pertama Ariani ditugaskan di kantor pusat, tak lagi di showroom.
Kembali, ia menunda untuk membalas surat Indra.

Di kantor pusat ini ternyata lebih sibuk dari dugaannya. Apalagi ia masih baru disini, masih harus banyak belajar. Jika pulang ke rumah, rasa letih karena otaknya di forsir seharian di kantor membuatnya sering tidur awal. Dan surat Indra kembali terabaikan.
Ariana merasa dikhianati oleh waktu.

Hari ini Ariani mendapat surat dari Ana. Dan kabar yang Ana bawa membuat jiwanya remuk berkeping - keping.

Kak Riri, Ana mau tanya, emangnya kakak sudah putus kah dengan Indra ? Ana lihat sepertinya ada seorang perempuan yang sering datang ke rumah Indra. Kelihatannya mereka sudah dekat sekali. Kakak pasti kenal, namanya Rita. Menurut adik Indra, itu pacar baru abangnya. Mohon maaf ya Ana memberitahu hal ini, tak bermaksud jelek. Cuma jika memang belum putus, kakak harus tahu tentang hal ini. Tak adil rasanya membiarkan kak Riri dibohongi seperti ini.

Ariani menangis diam - diam dalam hatinya. Raganya yang letih sepulang kerja, ditambah lagi berita yang menyakitkan ini, membuat tubuhnya limbung. Ia mengunci pintu kamarnya, berbaring dan memejamkan mata. Bukan ingin tidur. Ia hanya berharap saat ia membuka mata kembali, surat Ana tidak seperti itu, tulisan disurat Ana berubah menjadi berita baik. Namun semua itu hanya harapan kosong belaka.
Surat Ana dari awal sampai akhir masih tetap seperti itu.

Begitu yakinnya ia Indra takkan berpaling. Ia sangat percaya cinta mereka takkan terpisahkan. Dan begitu lalainya ia hingga mengabaikan surat terakhir Indra yang bernada putus asa. Mengapa ia sebodoh ini ? Dan sekarang Indra telah memiliki kekasih baru, Rita, dia adalah tetangga Eli. Ariani pernah mengenalkan Indra padanya saat mereka sedang duduk santai di warung dekat rumah Eli.

Astaga, Rita ? Setahu Ariani dia bukanlah gadis baik - baik. Pergaulannya terlalu bebas. Keluarga Eli pernah melarang Ariani bergaul dengannya, tapi jika secara tak sengaja mereka bertemu di warung itu, tentu saja Ariani takkan menghindar. Dan sekarang, gadis itu menggantikan tempatnya di hati Indra ? Rasanya masih tak percaya hal ini bisa terjadi. Tapi Ariani yakin Ana tidak akan bohong kepadanya. Ana selalu mengatakan sesuatu apa adanya, tak pernah ada yang ditutup - tutupi.

Ariani ingin menangis untuk melepaskan kesedihannya, tapi ia takut esok pagi matanya sembab, dan ayah ibunya bisa curiga. Jadi ia hanya merintih pedih dalam hati.
Perlahan Ariani menulis surat untuk Indra meski ia tahu sudah terlambat.

Jika memang tak ada lagi aku di hatimu, tolong penuhi permintaan terakhirku. Kirimkanlah kembali surat - surat pemberianku, biar aku yang membakarnya, atau setidaknya kusimpan sebagai pengingat bahwa di satu waktu dulu aku pernah mencintai seseorang dengan sepenuh hati, dan walaupun sekarang ia telah berpaling, aku akan tetap menyimpan namanya di relung hatiku yang terdalam.

Itu surat terbodoh menurut Ariani. Tapi memang saat ini ia sedang merasa begitu bodoh. Ia menyesali keputusan Indra yang dengan mudahnya berpaling, ia juga menyesali sikapnya yang mengabaikan surat Indra begitu lama dan yakin Indra akan memakluminya seperti biasa. Ariani sengaja menulis seperti itu kepada Indra, bukan saja karena keputusasaan, tapi ia juga berharap saat Indra membaca surat itu, ia akan tersentuh dan merasa bersalah. Ia ingin Indra kembali padanya dan memaafkan kelalaiannya.
Bodohnya, berapa banyak lagi permakluman yang Ariani harapkan dari Indra ? Laki - laki itu sudah begitu sabarnya menghadapi tingkah kekanakan Ariani.

Hanya, tak bolehkah Ariani merasa kecewa ? Tiga tahun sudah mereka menyemai cinta ini. Tak sekalipun terlintas dihatinya untuk menduakan Indra. Meski disini banyak laki - laki yang berusaha mendekatinya, ia tetap setia, dan selalu menjaga kemurnian hatinya hanya untuk pria yang diyakininya memiliki kesetiaan yang sama. Walau banyak godaan yang datang, Ariani tak sekalipun ingin menukar cintanya terhadap Indra dengan laki - laki manapun. Ia tetap menunggu janji Indra untuk datang menjemputnya ke Jakarta.

Tapi Indra, hanya dua bulan tak mendapat kabar darinya langsung berpaling ? Bukan setahun, hanya dua bulan. Betapa mudahnya hati Indra tergoyahkan. Manakah janji yang dulu kerap ia ucapkan dihadapan Ariani ? Hilangkah sudah rasa cinta dihatinya ?

Ariani menunggu selama berhari - hari, berminggu - minggu, bahkan berbulan - bulan namun surat balasan dari Indra tak kunjung datang.
Dan harapan Ariani mulai memudar, seiring dengan hilangnya cahaya di matanya.

Aku tak pernah bisa berpaling darinya
Bukan karena dia sempurna.......
Tapi karena saat bersamanya aku merasa sempurna.

Demikian pula sebaliknya
Saat dia berpaling dariku.......
Dia mempersembahkan suatu kehancuran yang juga begitu sempurna

********

Menggenggam Ranting PatahWhere stories live. Discover now