Cukup Indra

28 6 0
                                    

          Ini adalah Minggu ke dua Ariani bekerja. Ia berjalan lunglai menuju ke rumahnya. Bukan letih karena pekerjaan, bukan. Justru ia menyukai waktu - waktu yang ia lewatkan sebagai SPG ini. Disana ia bertemu dengan teman - teman baru. Ada saja cerita yang ia dengar tiap hari. Kadang menertawakan hal bodoh dan membicarakan hal yang tak penting. Tapi Ariani menikmati itu semua. Kebersamaan dengan mereka membuatnya bisa sejenak melupakan rasa sakit karena kehancuran hubungannya dengan Indra.

          Jika sudah di rumah dan beristirahat di kamarnya, sendiri, ia akan teringat kembali dengan hari - hari yang pernah ia lewati bersama Indra. Ia juga ingat tentang pudarnya cinta Indra kepadanya, ia ingat semua. Hatinya terasa remuk redam, tak lagi tertata.
Jadi ia lebih suka melewati hari - hari bersama teman - temannya.
Tiada yang tahu, dibalik senyum cerianya, dibalik canda tawanya, dibalik cerita - cerita yang ia bagi bersama mereka, ada hati yang begitu sunyi dan penuh luka. Ia memendam pedih itu sendiri.

          Sudah jam sembilan malam ketika ia sampai di rumah. Ayah ibunya sedang santai di teras, mencari angin katanya. Memang cuaca Jakarta akhir - akhir ini sangat panas. Dari sembilan bersaudara, hanya Ariani dan kakaknya Alin yang belum menikah jadi mereka masih tinggal bersama ayah dan ibunya. Alin bekerja sebagai Beautiful Advisor di perusahaan Kosmetik ternama. Nampaknya Alin belum pulang, kamarnya terlihat sepi - sepi saja. Mungkin ia sedang pergi bersama Irwan, kekasihnya.

          Ariani melenggang masuk ke kamarnya, tapi baru saja ia berniat merebahkan tubuhnya sebentar, sekilas ia melihat ada sepucuk surat di meja. Hampir melompat di gapainya surat itu. Di amplopnya tertulis nama Ariani dan alamatnya. Tulisan itu.....tulisan yang sebelumnya begitu akrab dengan hari - harinya. Belum sepenuhnya percaya, ia membalik amplop itu, disana ada nama Indra si pengirim . Ya Tuhan....Ariani terpekik pelan. Ia hampir merobek amplop surat itu, namun tiba - tiba saja gerakan tangannya terhenti.
"Bagaimana jika Indra mengatakan bawa sudah ada gadis lain yang mengisi hatinya ?"
Sejenak Ariani terdiam, rasa khawatir menghentak begitu kencang hingga rasanya jantung Ariani akan pecah berserakan.

          Kemudian, perlahan, ditariknya nafas yang terasa hampir meninggalkan tenggorokannya. Lalu dibukanya amplop itu. Dipandangnya tulisan itu. Dibacanya satu demi satu, kata per kata, dan Ariani merasa seperti ada udara baru yang jernih, pelan - pelan memasuki kerongkongannya, dan bersemayam di jantungnya
Surat yang singkat, namun mampu membuat nadinya kembali berdenyut.

Aku masih milikmu. Selamanya tetap menjadi milikmu. I Love You Ariani.

          Tak terbilang betapa bahagianya Ariani. Indra masih seperti Indra-nya yang dulu, yang selalu memaklumi setiap kesalahannya, dan memaafkan semua kekhilafannya. Indra yang dewasa dan selalu setia membimbing dan mendampinginya.

          Darah seperti kembali mengalir ke setiap rongga tubuhnya yang hampir mati. Oase hidupnya telah kembali. Denyut jantungnya kembali berdetak indah, sebagaimana dulu saat bersama Indra. Indra adalah segalanya, tak ada lagi yang ia minta. Cukup Indra.

          Dan hari-hari Ariani kembali normal, senyumnya kembali tanpa beban, tawanya lepas, dan cerita-ceritanya selalu tentang Indra, membuat teman-temannya penasaran dibuatnya. Ariani tak sungkan mengutarakan betapa besar cintanya kepada Indra. Malah ia ingin semua orang tahu bahwa Indra, cowok tertampan sejagad raya versi Ariani , adalah miliknya seorang. Begitu bangganya Ariani bisa memilikinya.

          Sejak itu, surat - surat mereka mengalir setiap bulan. Mereka kembali seperti dulu, seperti orang yang baru menemukan cinta. Kata mesra dan puisi cinta kembali menghujani hari - hari Ariani. Betapa indahnya hidup dengan Indra bersamanya. Jika memang benar ada kelahiran kembali, ia ingin kelak terlahir tetap sebagai Ariani yang mencintai dan dicintai oleh Indra. Tak mau lagi ia rasakan suramnya hidup tanpa Indra.

          Mereka merangkai hari manis berdua, mengkhayal tentang saat - saat dimana mereka saling memiliki seutuhnya. Harapan untuk bisa menjadi pendamping hidup Ariani selalu dilontarkan Indra. Ia ingin segera menyunting Ariani. Disana, Indra pun tengah berusaha mencari kerja. Ia ingin mengumpulkan uang sedikit demi sedikit agar bisa segera melamar Ariani. Impian yang sederhana namun mampu melambungkan angan-angan Ariani.

********

Menggenggam Ranting PatahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang