2

3.2K 415 9
                                    

Hari ini, setelah mereka menikah, mereka memutuskan untuk pergi berbulan madu.

Pantaskah Jisung mengatakan hal itu? Mengingat bagaimana hubungannya dengan Chenle membuat pikiran Jisung sudah menerka-nerka.

Ini bukan bulan madu, tapi lebih tepatnya ajang diam-diaman.

Apalagi ini memang bukan keinginan mereka berdua. Ini semata-mata hanya menghormati keinginan dari Tuan Lee dan istrinya.

Jisung rasa ini akan sia-sia. Akan jauh lebih baik jika ia berangkat kerja saja daripada semakin memperlihatkan jarak antara dirinya dengan Chenle.

Sebenarnya Jisung tidak secuek itu menghadapi Chenle yanga amat cuek padanya. Tapi, ia tak punya ruang untuk memperlihatkannya. Jadi yang bisa ia lakukan hanya menjaga Chenle dari jauh. Mencoba memahami jika hati pria manis yang sudah menjadi pasangannya itu sedang dalam kondisi yang tidak baik.

Tepat pada hari ini, sekitar pukul sebelas siang waktu Korea Selatan sesuai dengan apa yang sudah mereka rencanakan, akhirnya Jisung dan Chenle pergi berbulan madu.

Sekarang mereka tengah berada di Incheon Airport. Menunggu take off ke Paris. Kota romantis tujuan bulan madu pasangan baru.

Jisung yang memakai kaos polos warna hitam ditambah jaket kuli berwarna senada itu nampak gagah berjalan di samping Chenle. Jangan lupa dengan celana jeans warna biru pudar yang membalut kaki kokohnya.

Sedangkan Chenle yang tingginya lebih pendek itu berjalan dengan elegan. Kaki rampingnya dibalut dengan jeans berwarna hitam. Dia juga memakai hoodie berwarna baby blue yang membuatnya terlihat semakin manis sampai-sampai Jisung tidak bisa untuk tidak mencuri pandang ke arah Chenle.

Saat sudah berada di pesawat dan duduk menunggu untuk lepas landas, Jisung bisa melihat wajah Chenle yang sedikit menegang. Pria itu nampak gelisah duduk di sampingnya. Ia duduk tegak kala pengeras suara memberitahukan akan lepas landas.

"Baiklah semua penumpang penerbangan tujuan Paris, France, sebentar lagi kita akan take off dan melakukan perjalanan selama kurang lebih 12 jam. Dimohon untuk semua penumpang agar memakai sabuk pengaman. Terimakasih."

Lamunan Jisung terpecah setelah mendengar pemberitahuan tersebut. Ia pun bergerak untuk memasang sabuk pengamannya. Setelah selesai, ia kembali menoleh ke arah Chenle yang masih diam tak bergeming sedikitpun.

"Chenle-sshi?" panggil Jisung tapi yang ia dapatkan hanya pejaman mata dari Chenle.

"Chenle-sshi?" panggil Jisung sekali lagi dengan suara yang lebih keras.

Chenle tersadar. Dia menoleh cepat ke arah sumber suara. Di sana ia menemukan Jisung yang sedang menatapnya.

"Kau belum memakai sabuk pengaman." tutur Jisung lembut sedikit melirik ke arah pinggang pria manisnya.

Chenle pun ikut melirik ke arah bawah dan mendapati sabuk pengamannya belum terpasang sedangkan Jisung sudah memakainya.

"Sebentar lagi akan lepas landas. Kau harus memakai sabuknya." sambung Jisung yang tidak mendapat respon sedari tadi dari Chenle.

Chenle yang mengetahui itupun akhirnya memasangkan sabuknya dengan wajah tegang. Tak sesantai saat mereka di bandara.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Jisung memastikan dan hanya mendapat anggukan lesu dari Chenle.

Tapi Jisung tak yakin dengan jawaban Chenle. Sedari masuk kabin dia nampak khawatir atau lebih tepatnya ketakutan. Apa Jisung sudah salah mengira.

Dreep dreep.

Suara mesin pesawat terdengar hingga lama-kelamaan Jisung merasa badannya sedikit terangkat dan miring. Disaat itu, Jisung rasa apa yang dipikirkannya benar. Chenle ketakutan.

Love And Revenge [jichen] - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang