20

1.5K 196 81
                                    

Jisung berjalan lunglai setelah turun dari mobil. Matanya menatap nanar ke arah rumah yang sudah lama ia tinggali bersama Chenle. Hari sudah larut. Bahkan Jisung pun tak tahu ini sudah pukul berapa.

Mata dengan sinar teduh itu berkaca-kaca. Wajahnya kusut dengan kemeja dan jas yang sudah tak serapi pagi tadi. Penampilannya sangat kacau.

Bahkan hatinya lebih kacau.

Jisung melangkah gusar. Saat tiba di depan pintu rumahnya. Jisung terdiam. Tangannya bergetar di samping tubuhnya seperti orang yang ketakutan setelah berbuat kesalahan. Wajahnya menagang tanpa sebab. Dan setelah pergulatan batin, air mata itu menetes membasahi pipinya.

Jisung menarik nafas dalam lalu membuangnya pelan. Ia mengusap air mata yang jatuh di atas pipinya. Dan dengan penuh tekad, Jisung membuka pintu rumahnya dengan kunci cadangan yang ia bawa. Menarik knop pintu itu dan masuk ke dalam rumahnya yang sudah gelap dan sepi.

Chenle sudah tertidur.

Di lain tempat

Renjun sedang berdiri di depan cermin dengan pakaian yang sudah tidak pada tempatnya. Kemejanya terlempar entah kemana.

Dia menatap tajam pantulan dirinya di cermin. Tangannya bergerak mendekat ke arah leher yang sudah tercetak bercak merah.

Renjun mengusapnya pelan. Bibirnya menyeringai melihat bercak merah itu. Semua yang baru saja terjadi berputar di otaknya.

Jisung melumat bibir Renjun dengan rakus membuat nafas Renjun memburu karena ciuman buru-buru yang Jisung lakukan. Tak jauh berbeda, nafas Jisung bahkan jauh lebih berat. Matanya tertutup rapat dengan bibir yang tak berhenti melumat, membelit, mengecup, dan menggigit kecil bibir Renjun yang sudah bengkak.

Renjun pun tak tinggal diam. Tangannya yang bebas itu bergerak dengan tergesa membuka jas dan kancing kemeja Jisung,

Jisung mendorong tubuh kurus Renjun ke atas ranjang sebelum pria manis itu berhasil meloloskan pakaian atasnya.

Jisung menatap Renjun yang terbaring di atas kasur dengan wajah yang menggoda. Wajahnya memerah dengan bibir bengkak yang membuka dan dadanya yang narik turun seirama dengan tarikan nafas pria manis itu.

Dan tanpa ada rasa bersalah, Jisung segera menerjang pria manis itu. Tak memberi jeda barang sedikitpun untuk Renjun bisa lari dari cumbuannya.

Renjun bahkan tak akan menolak. Pria itu langsung mengalungkan lengannya ke leher Jisung. Meremat rambut hitam milik pria yang sedang mencumbunya intens di atas sana.

“Euhh.”

Renjun mengerang kala Jisung menggigit lehernya.

Renjun tersenyum samar di dalam sebuah ruangan yang gelap itu. Sorot matanya tajam saat menatap pantulan dirinya di dalam cermin namun terselip kesedihan di dalamnya.

Di belakangnya ada satu ranjang berkuran king size yang sudah tidak berbentuk. Disinilah, saksi bisu apa yang telah dilakukan oleh Renjun dan Jisung.

===

Jisung membuka pintu kamarnya dengan Chenle secara perlahan. Tak lama, siluet seseoang yang tengah tertidur di bawah penerangan yang minim itu tertangkap netranya. Bahu Jisung merosot, wajahnya sirat akan rasa penyesalan yang amat teramat dalam.

Jisung melangkahkan kakinya mendekat. Tak mengalihkan pandangannya barang sedikitpun dari pria manis yang tengah tertidur damai itu.

Ditatapnya dengan dalam seseorang yang sudah menemaninya mengobati luka hatinya itu. Seseorang yang berada di depannya yang sudah menyatakan perasaannya terhadap Jisung.

Love And Revenge [jichen] - ENDWhere stories live. Discover now