17

1.4K 221 20
                                    

Hari ini terlihat seperti akan menjadi hari yang cerah. Mentari pagi bersinar terang di atas awan. Memberikan silau orange yang menyilaukan mata di pagi hari ini.

Chenle yang masih bergumul dengan selimutnya pun terbangun akibat serangan mentari yang berusaha menembus gorden kamar tidurnya.

Chenle mengerjap, mencoba menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya ruangan. Ia melirik ke samping dan menemukan Jisung yang masih terlelap.

Chenle bergerak pelan mencoba menyingkirkan lengan kekar Jisung yang melingkar posesive di pinggangnya. Chenle harus menyiapkan sarapan untuk mereka berdua.

“Kamu mau kemana Chenle.”

Jisung terusik. Pria itu menggeser tubuhnya dan malah semakin mengeratkan pelukannya.

“Nanti saja. Lagipula ini hari libur. Kita bisa menunda sarapan pagi.” Balas Jisung sambil mengendus leher Chenle dan membuat Chenle meringis geli.

“Kamu tak ingin sarapan sekarang?”

Chenle berusaha menjauhkan tubuh Jisung dari tubuhnya.

“Tidak tidak. Ini masih pagi. Kau lupa semalam kita sudah-“

Ucapan Chenle menggantung karena pria manis itu langsung merona malu untuk melanjutkan ucapannya.

Apa yang sudah mereka lakukan semalam membuat pipi Chenle seketika memanas. Memori pergulatan tadi malam kembali berputar di pikirannya.

Chenle mencoba bersikap normal.

“Pokonya aku mau mandi.” Ujar Chenle final sembari mencoba lepas dari dekapan suaminya.

Tapi nihil, tenaga kuda Jisung sungguh mengalahkan tenaganya yang hanya sebatas tenaga kelinci hutan.

Chenle tak bisa meloloskan dirinya dari cengkraman Jisung. Alhasil Chenle harus rela jika pagi ini ia lewatkan dengan sarapan pagi di atas kasur bersama dengan Jisung.

Sudahlah, apa gunanya lagi menolak karena sesungguhnya Chenle tak bisa menolak dan ia pun ingin mengulang memori semalam.

===

Di sisi lain, di hari yang cerah ini terlihat seseorang yang tengah merapikan toko bunga miliknya yang ia bangun beberapa bulan ini. Toko kecil yang cukup untuk menghibur dirinya dan mencoba melupakan beban hidupnya sambil mencari keberadaan orang yang amat ia cintai.

Ya, orang itu adalah Renjun. Pria manis itu tengah menata dan mengecek satu per satu bunga-bunga yang berada di tokonya. Tak banyak, Renjun hanya mempunyai sedikit jenis bunga di tokonya karena memang toko ini masih terbilang baru.

Dia dengan telaten memotong, menanam, memberi pupuk hingga menyiram bunga-bunga itu.

Musim semi ini terasa lebih nyata ketika melihat para bunga bermekaran indah mengeluarkan warna-warni yang memanjakan mata.

Tring

Tring

Suara bel tanda ada orang yang mengunjungi toko bunganya berbunyi dan membuat atensi Renjun beralih ke arah pintu masuk.

Renjun menatap orang yang berada di depan pintu dengan seksama. Setelah mengenal siapa yang berada di depan pintu tokonya, Renjun mendesah dan mencebikkan bibirnya.

“Ada gerangan apakah seorang sekretaris pemilik perusahaan besar di Korea seperti dirimu mengunjungi toko bunga seperti ini Tuan Seungmin?’ tutur Renjun menatap orang itu sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

Seungmin terlihat menghela nafas pelan dan kembali memasang wajah andalannya.

“Aku kesini untuk mengunjungimu.” Jawab Seungmin sekenanya.

Love And Revenge [jichen] - ENDWhere stories live. Discover now