21

1.4K 211 54
                                    

Sesuai dengan obrolan tadi pagi, Chenle pun bersiap untuk menemui Renjun di tempat yang sudah Renjun kirim padanya. Entahlah, hatinya berkata jika Chenle harus datang.

Padahal sebenarnya, hari ini Chenle merasa badannya tidak enak lagi. Mual itu kembali menyerangnya dan keoalannya sedikit pening. Di tambah lagi sikap Jisung yang diam sedari malam dan tak mau membagi masalahnya dengan Chenle membuatnya semakin khawatir.

Jisung hanya mengatakan jika Chenle harus menepati janji. Lalu pria itu bersiap pergi kerja seperti biasa.

Walau dalam kondisi yang tidak fit. Chenle tetap berniat menemui Renjun. Mungkin saja, ada yang ingin Renjun ceritakan padanya.

Di sisi lain, Renjun pun sudah siap untuk bertemu dengan Chenle. Tatapan matanya masih sama seperti semalam. Tajam dan dingin. Mungkin, Renjun bisa membunuh orang hanya dengan tatapan tajamnya itu.

===

Jisung berjalan ke arah kursi kerjanya dengan lesu. Sejak tadi pagi ia benar-benar seperti boneka manekin. Wajahnya suram, tatapannya kosong dan sikapnya yang tidak seperti biasanya.

Bahkan, saat karyawannya membawa beberapa berkas dokumen yang harus Jisung tandatangani saat itu juga, Jisung hanya terdiam dalam lamunannya. Tak mendengarkan barang sedikitpun penjelasan dari karyawannya.

Seungmin menatap Jisung dengan bingung.

“Sajangnim.” Panggil Seungmin.

“Sajangnim.”

Tak ada respon. Jisung masih tenggelam dalam duniannya sendiri.

“Jisung sajangnim.”

Jisung tersadar. Ia mengerjap cepat dan melirik ke arah sumber suara. Saat melihat Seungmin, Jisung membenarkan posisi duduknya dan berdehem kaku.

“Ya, ada apa Kim biseo?” tanya Jisung pelan.

Seungmin mengamati raut wajah Jisung. Dan tetap saja Seungmin tidak menemukan kefokusan dalam tatapan atasannya itu.

“Apa ada yang bisa saya bantu? Sepertinya hari ini anda tidak dalam kondisi biasanya sajangnim.” Tutur Seungmin menawarkan diri.

Jisung mengetuk-ngetuk meja pelan lalu menghembuskan nafasnya kasar.

“Tidak ada apa-apa Kim biseo. Saya hanya kurang tidur tadi malam.” Jawab Jisung tenang.

Seungmin mengangguk paham walau dalam hatinya itu bukan hanya masalah kurang tidur. Sepertinya ada hal lain yang membuat atasannya seperti ini.

Tak mau mengganggu terlalu lama, akhirnya Seungmin pamit undur diri dari hadapan Jisung.

Pria itu melangkah mendekati pintu ruang direktur. Saat sudah berada di luar, baru saja Seungmin akan melangkah menjauh dari pintu itu, ponsel yang ada di dalam saku celananya berdering.

Seungmin merogoh saku celana kerjanya. Ia menatap layar ponsel.

Renjun.

Seungmin mengerutkan dahinya saat nomor Renjun yang tertera di layar ponselnya. Ada apa dengan Renjun? Kenapa tiba-tiba menelepon.

Dan pada saat sedang memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi, Seungmin pun membelalakkan matanya panik saat sebuah hal terlintas dalam pikirannya.

Seungmin tak bisa untuk tidak panik. Dengan gugup, diangkatnya telepon dari Renjun.

“Cukup diam dan berbicara saat aku bertanya.”

Kalimat pembuka itu terdengar dingin dan tajam. Membuat pikiran Seungmin semakin mengarah pada hal yang tidak baik.

“Jawab pertanyaanku dengan jujur Seungmin. Apa suami Chenle yang selama ini dia maksud itu adalah Jisung?”

Love And Revenge [jichen] - ENDWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu