SPECIAL PART 'ENCOUNTER'

3K 296 56
                                    

Hari ini nampak cerah walau salju turun menyelimuti bumi dengan dinginnya. Musim memang telah berganti dan waktu sudah berjalan tiga bulan lamanya, Chenle pun tak ingin dirinya terus menerus bersedih.

Kala dokter mengatakan jika Chenle harus lebih peduli dengan kesehatan tubuh dan mentalnya supaya tidak stess, saat itulah Chenle bertekad untuk perlahan berdamai dengan keadaan. Ia tak mau kesedihannya akan berakibat buruk pada bayi yang tengah dikandungnya.

Chenle tak akan menyakiti kenangan yang telah Jisung berikan padanya.

“Apa kamu benar-benar akan pergi Chenle? Bukankah lebih baik kamu disini? Atau eomma ikut denganmu saja?” seru Haechan dengan nada khawatir.

Ya, Chenle memilih untuk memaafkan kedua orangtuanya. Bagaimanapun mereka yang sudah merawat Chenle sampai sebesar ini. Bagaimana bisa Chenle terus menerus marah pada mereka walau nyatanya Chenle masih belum bisa memaafkan ayahnya sepenuhnya.

“Tak apa eomma. Aku akan baik-baik saja disana. Aku hanya ingin sedikit lebih tenang lagi. Lagipula, disana ada paman dan bibi. Aku juga diantar oleh Seungmin. Eomma tak perlu khawatir. Jika eomma ikut denganku, bagaimana dengan appa.” Jawab Chenle menenangkan ibunya.

“Appa mu disini memiliki banyak orang. Ia akan baik-baik saja. Aku malah lebih mengkhawatirkanmu.” Balasnya tak mau kalah.

“Percayalah eomma, aku akan makan dengan teratur disana. Aku akan meminum vitamin tepat waktu. Aku hanya ingin suasana baru. Disini membuatku selalu teringat dengan Jisung.” Jawab Chenle dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

Haechan yang masih merasa khawatir hanya bisa mengangguk pelan. Bagaimanapun ini keinginan Chenle, ia tak bisa mencegah anaknya untuk pergi. Benar kata Chenle, setidaknya jika Chenle pergi. Dia tak akan terlalu bersedih mengingat semua kenangannya dengan Jisung disini. Dan dengan begitu, bayinya akan tumuh seperti janin pada umumnya.

===

“Sudah tidak ada yang tertinggal lagi?”

Chenle mengangguk. Malam ini mereka sudah berkemas barang-barang Chenle yang akan ia bawa bersamanya ke Jepang. Ya, Chenle berencana tinggal di sana untuk beberapa waktu sambil menunggu kelahiran anaknya.

“Lalu sekarang, sebaiknya kita pergi tidur. Penerbanganmu dimulai pagi hari kan.” Ujar Haechan seraya memegang pundak sang anak.

Chenle melempar senyum. Setelahnya ia melangkah ke atas kasur untuk tidur. Kasur yang sama saat Jisung masih berada di sini. Chenle menjatuhkan air matanya sebelum menutup mata. Hal yang kini menjadi kebiasaannya setelah tak bisa merasakan pelukan hangat Jisung ketika ia akan pergi tidur.

“Selamat malam, Ji.”

===

Seungmin berada di kediaman rumah ayah Chenle. Tak ada kata yang keluar dari mulutnya. Ia senantiasa terdiam sembari menunduk di adapan orang yang selama ini telah mengurusnya itu.

“Menurutmu bagaimana Seungmin?” tanya Tuan Lee pada Seungmin.

Seungmin memejamkan matanya berat lalu terbuka lagi diiringi helaan nafas pelan. Ia juga tak tau apa yang harus ia lakukan. Pilihan Chenle sudah bulat. Dia ingin pergi ke luar negeri dan tinggal dengan paman bibinya.

“Saya juga tak tau harus bagaimana sajangnim. Tapi, mungkin akan jauh lebih baik sajangnim bertemu dengan Jisung sajang untuk meluruskan ini. Saya harap Jisung sajang bisa terbuka hatinya dan semuanya tidak akan terlambat.” Jawab Seungmin mengutarakan pendapatnya.

“Jadi menurutmu, aku harus meminta maaf pada Jisung untuk semua ini?” tanya Minhyung lagi pada pria di hadapannya itu.

“Saya tidak bermaksud begitu. Namun, melihat Chenle saya juga tidak bisa memikirkan hal lain selain Jisung sajang.” Serunya dengan nada lebih pelan.

Love And Revenge [jichen] - ENDWhere stories live. Discover now