19

1.4K 196 81
                                    

Sore harinya, Jisung yang masih berada di kantor berniat untuk pulang lebih awal. Ia khawatir karena pagi tadi Chenle sepertinya tidak enak badan. Sudah Jisung sarankan agar mereka pergi ke dokter tapi Chenle menolak.

Jisung juga menawarkan diri untuk merawat Chenle tapi suaminya itu mengatakan jika dia baik-baik saja. Apa boleh buat, Jisung akhirnya memutuskan untuk berangkat kerja.

Dan sekarang, Jisung tengah mengotak-atik ponselnya. Berniat menghubungi Chenle yang berada di rumah.

Tuuut tuuut..

“Hallo Ji.”

Jisung mengulas senyum saat mendengar suara Chenle di seberang sana.

“Hallo Le, apakah kamu sudah tidak pusing lagi?” tanya Jisung

Chenle mengangguk walau dia tau Jisung tidak akan bisa melihatnya.

“Ya, aku sudah baikkan. Ada apa kamu menelfon?”

“Apa kamu ingin aku memasakkan sesuatu untukmu?” tanya Chenle

Terkadang Jisung memang menelepon Chenle saat sore hari hanya untuk berpesan jika dirinya tengah ingin memakan sesuatu untuk makan malam.

Jisung terkekeh mendengar ucapan Chenle.

“Tidak. Aku hanya mengkhawatirkanmu.” Jawab Jisung dengan lembut.

Chenle tersenyum manis di sana hingga tak ada suara lagi selama beberapa detik.

“Apakah kamu ingin pergi ke dokter bersamaku? Hari ini aku akan pulang lebih awal.” Tawar Jisung

“Tak perlu. Aku sudah meminum sari jahe tadi pagi. Aku bak-baik saja.” Ucap Chenle dengan yakin

“Lagipula, tumben sekali kamu pulang awal?” tanya Chenle penasaran

Aslinya, Jisung sudah tidak pulang larut seperti biasanya sih. Pria itu akhirakhir ini sering pulang hanya sampai jam enam sore. Tidak sampai jam sembilan malam atau jam sebelas.

Tapi, mendengar Jisung akan pulang cepat, berarti pria itu akan pulang sore hari. Tumben sekali.

“Aku ingin cepat bertemu denganmu. Walau kamu bilang sudah baikkan, tetap saja aku harus memeriksanya langsung.” Tutur Jisung

Chenle pun tak bisa untuk tidak terkekeh geli.

“Baiklah. Aku akan menunggumu sore ini Tuan Park.” Ujar Chenle dengan nada sengaja dibuat-buat pada dua kata terakhir.

“Ok. Tunggu suamimu ini, Park Chenle yang manis.”

Dan sambungan pun terputus. Jisung senyum-senyum sendiri di dalam ruangannya begitu juga dengan Chenle yang tengah menampakkan senyum manisnya di dalam rumah.

===

Di dalam ruangan yang berbeda. Terlihat ada tiga orang yang tengah berhadapan dengan tegang. Satu orang yang duduk di atas kursi kebesarannya dan dua orang lainnya yang berdiri sambil menunduk.

Suasana begitu mencekam. Tak ada suara. Yang ada hanya tatapan tajam dari orang duduk pada dua orang yang tengah berdiri di hadapan nya.

“Kau tau putramu kembali ke negeri ini?!”

Ya, bukan sulit mengetahui keberadaan Renjun. Bahkan, hanya dengan mengandalkan Seungmin pun pria itu sudah bisa melacaknya.

Yang ditanya masih takut untuk mengeluarkan suaranya.

“Bukankah sudah ku katakan jauhkan putramu dari kehidupan Jisung.” Uangkapnya tajam hingga ruangan yang sudah hening nampak semakin hening karena nada otoriternya.

Love And Revenge [jichen] - ENDWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu