24

1.6K 223 40
                                    

Malam semakin larut. Direktur utama sekaligus menantu dari pemilik perusahaan terbesar di Korea tersebut masih berada di ruang kerjanya. Setelah mendengar percakapan Seungmin di parkiran tadi, niatnya untuk menemui Renjun dan menegaskan semuanya sirna.

Percakapan Seungmin dan ayah mertuanya sudah menjadi bukti kuat jika rekaman itu memang benar. Mertuanya lah dalang dibalik perpisahaan Jisung dan Renjun , mertuanya juga dalang dibalik manipulasi perjodohannya dengan Chenle.

Pikiran Jisung kalut. Sedari siang ia hanya menelungkupkan kepalanya di atas meja. Matanya sembab akibat menangis. Padahal, Jisung tak tahu ia menangisi apa. Yang Jisung pikirkan hanya Chenle.

Ya, Chenle.

Jisung harus pulang dan menyelesaikan semua permainan ini.

Dengan terburu-buru, Jisung melangkahkan kakinya keluar dari ruang kerjanya. Lalu memacu mobilnya cepat keluar dari parkiran kantor.

Di sisi lain, Chenle berdiri gelisah di depan pintu rumah. Jam sudah menunjukkan pukul setengah satu dini hari tapi Jisung belum juga pulang. Pikiran Chenle sudah berkelana kemana-mana.

Apakah Jisung bertemu dengan Renjun lagi?

Chenle tak bisa untuk tidak memikirkannya. Ia sangat resah menunggu kedatangan Jisung. Seharusnya Chenle mengatakan jika Renjun adalah sahabatnya. Tak ada gunanya Chenle menunggu Jisung berkata jujur walau dirinya menginginkan Jisung mengakui semuanya.

Chenle jadi serba salah. Ia resah tanpa alasan saat Jisung tak kunjung pulang. Padahal, di sini yang harusnya marah itu Chenle. Harusnya Chenle tidak mengkhawatikan Jisung.

Tak lama, sorot lampu mobil mendekat ke arah pagar. Chenle langsung berlari untuk membukakan pintu pagar rumahnya melihat mobil Jisung berada di depan.

Tepat saat itu, Jisung pun keluar dari mobilnya. Mereka sama-sama terdiam dalam pikirannya masing-masing. Jisung menatap Chenle dengan perasaan campur aduk. Sedangkan Chenle menatap Jisung dengan perasaan terluka.

“Apa benar kamu pergi dengan Renjun lagi, Ji?” gumamnya dalam hati

“Katakan ya dan kamu berjanji tidak akan menemui Renjun lagi maka aku akan memaafkanmu.”

“Aku akan berusaha tidak pernah mendengar jika kamu tidur dengannya.” Lanjut Chenle lagi sambil menatap Jisung penuh harap.

“Chenle.” Panggil Jisung dengan nada dalam.

Chenle memasang raut jika ia mendengarkannya panggilan Jisung.

“Apa kau tau apa yang sudah abonim lakukan padaku?” tanya Jisung dengan nada dingin.

Chenle menyerngit tak paham. Apa yang Jisung maksud? Bukankah Jisung seharusnya mengatakan yang sejujurnya pada Chenle. Kenapa ini malah membawa-bawa nama ayahnya?

“Apa maksudmu Ji? Aku tak mengerti.” Balas Chen;e jujur karena ia bingung dengan pertanyaan Jisung.

Jisung memejamkan matanya. Hembusan nafasnya terdengar berat karena emosinya yang tertahan. Saat dia membuka mata, sorot matanya menjaam menatap Chenle.

“Ayahmu telah memisahkanku dengan cinta pertamaku. Dia telah memisahkanku dengan Renjun hanya untuk menikahkanku denganmu.” Seru Jisung dengan nada dingin yang tertahan.

Chenle tentu saja terkejut. Apa yang baru ia dengar dari mulut Jisung langsung menghantam jantungnya. Chenle tak percaya, mana mungkin ayahnya melakukan hal kotor seperti itu.

Jisung pasti berbohong padanya.

“Apa yang kamu maksud Ji. Jangan menghina orang tuaku. Aku tak percaya dengan semua omonganmu.” Balas Chenle dengan raut wajah panik.

Love And Revenge [jichen] - ENDWhere stories live. Discover now