EMPAT BELAS

398 91 1
                                    


"Saya ke toilet sebentar, Kak," ujar Lita pada Fiksa yang berjalan di sampingnya mengangguk.

Sore itu mereka berenam ada di salah satu restoran, hendak merayakan kemenangan Daffa dan tim futsal. Di babak kedua tadi mereka berhasil menyusul skor lawan menjadi 5-3, bahkan di menit terakhir Daffa mencetak satu angka lagi yang membuat tim futsal Garuda Bangsa menang 6-3. Karena kemenangan itu, Daffa mengajak orang-orang terdekatnya untuk merayakan kemenangannya. Lita awalnya menolak, karena takut dimarahi kalau sampai pulang malam. Tapi, entah dari mana atau sejak kapan Seran mempunyai nomor Mama Lita dan meminta ijin. Lita memandang Seran curiga saat ia berbicara pada mamanya dengan suara lemah lembut, manis dan penuh senyum meskipun hanya dari telepon. Padahal kalau ngomong sama Lita datar dan nyelekit mulu. Senyum juga sekali pas mereka 'rapat dadakan' di ruang musik tempo hari.

Lita buru-buru ke toilet dan masuk ke salah satu bilik yang kosong. Lita menggulung lengan seragamnya hingga siku dan menekuknya.

"Aww..." Lita meringis pelan. Sikunya memar sedikit, tapi ngilunya begitu terasa.

Lita menutup kloset dan duduk diatasnya, mengusap-usap sikunya yang memar dan ingatan mengenai penyebab memar itu terlintas di kepalanya. Saat jadwal belajar bersama Advin selesai, mereka siap-siap berangkat ke SMA Angkasa menonton pertandingan futsal Daffa yang akan dimulai sekitar setengah jam lagi. Sebelum berangkat, Lita ke ruang loker dulu untuk menyimpan buku dan masuk ke toilet. Namun, ketika Lita hendak keluar dari toilet, pintu itu susah dibuka, terkunci. Lita berusaha mendorong dengan tangannya, pintu tetap tidak terbuka. 

Ponselnya terus-terusan berdering, telepon dari Advin yang menunggunya di tempat parkir. Lita masih terus berusaha membuka pintu yang terkunci sendiri itu, bahkan memanggil-manggil siapapun yang ada di sekitar toilet ruang loker perempuan, tapi tidak ada siapa-siapa. Ketika menerima SMS dari Advin yang berisi akan menyusul ke ruang loker, Lita akhirnya nekat mendobrak pintu toilet dengan badannya. Untung pintu toilet berhasil dibuka dan buru-buru keluar dari ruang loker sebelum Advin curiga.

Getar ponsel membuat Lita tersadar kalau dirinya masih duduk didalam bilik toilet, ternyata pesan dari Kay yang menanyakannya sedang dimana. Lita bergegas menurunkan lengan seragamnya lagi dan keluar dari toilet, lalu mencari tempat kelima seniornya itu duduk.

"Lita, disini!" seru Fiksa dari salah satu sudut restoran.

Lita berjalan menghampirinya dan disekitar meja mereka terlihat beberapa perempuan berseragam Garuda Bangsa sedang memerhatikan Daffa dan Kay berbicara dengan mata berbinar.

"Oke, thanks ya, nanti dibicarain lagi di sekolah." Daffa menyudahi pembicaraan saat Lita sampai didekatnya.

"Mereka dari ekskul basket sama PMR nanyain soal Latihan," jelas Daffa, padahal Lita tidak bertanya apapun.

"Kok PMR?" Lita bingung. Kalau basket, itu memang urusan Kay, tapi PMR kan urusannya Seran bukan Daffa.

"Seran males bahas soal ekskul di luar jam sekolah." Kay menyodorkan daftar menu ke depan Lita.

"Saya apa aja deh. Terserah kakak." Lita menyerahkan lagi buku menu ke Kay.

"Pesenin aja dia nasi putih sama teh tawar."

Tanpa harus melihat siapa yang bicara Lita tahu banget siapa yang barusan ngomong. Ternyata Seran duduk di depannya tengah memerhatikan dengan muka seriusnya.

"Iya, boleh nasi putih aja. Nanti saya nyomot lauk dari punya Kak Seran," ujar Lita enteng sambil menatap balik Seran.

"Hahaha, udah bisa ngelawan dia." Fiksa yang di samping Seran tertawa geli.

Almost Paradise [COMPLETED]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin