SEMBILAN BELAS

406 106 15
                                    

Kejadian canggung di dalam van bersama Kim, ternyata tidak membuat Lita susah tertawa saat Kim cerita kalau Kay itu paling manja sama ibu mereka. Bahkan dulu hari pertama Kay jadi murid SMP, sang ibu harus menemaninya ke sekolah. Lita tertawa puas, membayangkan saat itu. Padahal Kay yang sekarang suka sok galak di sekolah dan jaga image.

“Nggak kerasa sebentar lagi kita harus ngelepas jabatan di ekskul.” Daffa menerawang, matanya menengadah ke langit.

“Oh iya, mulai minggu depan Lita harus ekskul lagi. Kan nilai dia udah bagus-bagus. Tapi, tenang aja Lit, kita bakal tetep ngajarin pelajaran yang lo anggap susah,” ujar Fiksa pada Lita yang duduk di depannya dengan wajah menunduk.

“Arcalita?” Daffa ikut menundukkan kepalanya agar bisa melihat wajah Lita.

“Dia tidur,” kata Kim pelan.

“Lit, bangun. Pindah sana ke van.” Kay mengguncang Lita pelan.

Lita agak kaget, mengucek-ucek matanya. “Duh, saya ketiduran, ya?”

“Pindah gih. Mau gue anterin?”

“Van cuma lima langkah dari sini. Jangan lebay,” gumam Advin dari balik bukunya pada Daffa.

“Iya, saya bisa sendiri.”

Lita lalu bangkit dan berjalan mirip zombie saking ngantuknya. Karena jalan sambil setengah merem, ia sampai harus nabrak pintu dan hampir kepleset pas naik van. Membuat enam cowok yang berada diantara api unggun itu geleng-geleng kepala.

Lima menit setelah Lita masuk ke van, mereka berenam masih berada di luar tenda yang sudah didirikan dekat van.

Tiba-tiba Seran bangun. “Gue mau ke toilet,” gumamnya pelan dan berjalan ke toilet yang ada di dalam van.

Seran masuk kedalam van dan sebelum masuk ke toilet ia sempat melirik ke tempat tidur.

“Kok lo malah bengong? Gue kira tidur.”

Lita nyengir. “Saya paling nggak bisa tidur sendiri, Kak.”

Alis Seran terangkat satu.

“Dirumah aja saya harus minta temenin Erin tidurnya. Kalo sendirian pasti saya baru bisa tidur pas subuh.”

Seran ber-ohh tanpa suara, lalu masuk ke toilet tanpa bicara lagi. Sedangkan Lita kembali bengong, karena dia memang paling tidak bisa tidur sendiri.

Lita sedang berpikir apa sebaiknya dia ikut begadang aja sama cowok-cowok di luar?

Tapi, nanti malah ketiduran sambil duduk lagi seperti tadi.

“Tidur.” Seran sudah keluar dari toilet.

“Gue temenin sampe lo pules.” Seran pun duduk di sofa depan tempat tidur.
“Malah bengong lagi. Buruan tidur. Perlu dikelonin juga?”

“Nggak, Kak.” Lita langsung menarik selimutnya hingga menyisakan kepalanya saja yang terlihat.

Beberapa detik kemudian Lita menurunkan lagi selimutnya. “Saya tidurnya ngebelakangin Kakak nggak apa-apa, ‘kan?”

“Terserah. Mau tidur sambil berdiri juga boleh,” jawab Seran datar.

Lita pun membalikkan badannya membelakangi Seran dan menutup seluruh badannya dengan selimut, menyisakan sedikit celah untuk ia bernapas. Dari balik selimut Lita bersyukur Seran mau menemaninya tanpa diminta. Dan bersyukur pula besok mereka akan pulang, karena Lita merinding juga tidur dilihatin Seran dengan ekspresi judesnya.

Hanya butuh waktu lima menit untuk Lita bisa tidur pulas. Seran pun bangkit dari duduknya, namun sebelum dia keluar dari van, selimut yang menutupi seluruh badan Lita diturunkan hingga kepalanya terlihat.

Almost Paradise [COMPLETED]Where stories live. Discover now