ENAM BELAS

434 102 13
                                    

Kelas 10-B baru saja selesai olahraga, Lita, Mary dan Lerina menuju ruang loker yang menyambung dengan ruang bilas dan ganti.

"Gue mau mandi ah. Kan nggak oke banget kalo nanti Rend liat gue kumel," kata Lerina menyebut nama ketua golf, gebetannya itu.

"Lo udah cantik tau. Nggak perlu dandan heboh ini itu lagi."

"Beneran?" Lerina menatap Lita berbinar.

"Bohong, lah." Lita tertawa melihat Lerina langsung judes. "Hahahaha bercanda kali. Beneran kok lo cantik."

Lerina melengos bodo amat menuju lokernya, mengambil handuk. "Bau apaan sih nih?" Lerina menutup hidung dan mulutnya.

Lita dan Mary mencium bau tidak enak juga. Hidung Lita mengendus kalau bau itu berasal dari dalam lokernya. Begitu juga Mary yang tatapannya berhenti tepat di depan loker Lita.

Perlahan Lita memutar kunci dan membuka lokernya. Benar saja, bau bangkai langsung menyengat. Ada plastik putih bening tak bertuan dalam lokernya, diambilnya plastik itu dan terlihat jelas isinya saat terkena sinar lampu. Lerina langsung berlari ke wastafel dan benar-benar muntah. Ada bangkai tikus di plastik itu. Lita membuangnya ke tempat sampah dan cuci tangan, Lerina di sebelahnya masih sibuk muntah.

"Lita..." Suara Mary membuat Lita menuju lokernya lagi.

Mary menyerahkan sesuatu yang tadi diambilnya dari loker Lita. Lita menahan napas sejenak melihat foto yang baru saja diserahkan Mary. Itu adalah foto dirinya dan Daffa kemarin di depan rumah. Daffa yang tengah memegang kedua pipinya dan menatap matanya lembut. Sayangnya, adegan ala-ala drama di foto itu harus diinterupsi sama coretan berbentuk X besar berwarna merah dan di belakang fotonya ada tulisan besar, HOW DARE YOU!

"Lita, lo harus bilang ini sama Daffa." Lerina yang baru selesai muntah-muntah langsung melotot melihat foto dan kata-kata yang bernada ancaman di belakangnya.

"Nggak." Lita berusaha menenangkan dirinya sendiri. "Lo berdua jangan bilang apapun pada siapapun. Mar, gue titip foto ini sama lo aja."

Mary menerima foto itu dan melihat Lita yang sedang pura-pura santai ke ruang bilas, lalu mengganti seragamnya.

"Jangan bilang kalo luka di tangan sama kaki lo ini, karena ulah seseorang." Lerina masih mencecar Lita.

"Iya lah, karena seseorang. Gara-gara gue sembrono aja. Kepleset." Lita cuek duduk di kursinya dan membuka buku ekonominya.

Lerina merebut buku pelajaran yang biasanya Lita jadiin alas tidurnya dikelas. "Eh, lo boleh bilang gue judes kek, belagu, sombong atau rese, tapi gue temen lo. Bener kan gue temen lo?"

Lita tersenyum pada Lerina dan Mary. "Bestfriend."

"Really? Bullshit! If we're your bestfriend why you don't tell us the truth, huh?" Lerina mulai marah-marah dengan aksen britishnya yang oke banget untuk ABG umur 16 tahun.

Alih-alih tersinggung dibilang bullshit sama Lerina, Lita ingin menangis terharu. Ia tidak menyangka sama sekali kalau Lerina begitu peduli pada dirinya. Padahal yang selama ini meminjamkan Lita tugas tiap ia kelupaan itu Mary, Lerina lebih sering nyinyirin Lita yang males lah, pikun kayak nenek-nenek. Persis Seran pokoknya.

"Kan gue bilang, gue kepleset di kamar mandi." Lita masih ngeles dan kembali mengambil buku ekonominya dari tangan Lerina dan di buka lagi buku itu.

"What are you doing with this fucking book?!" Lita langsung bengong, Lerina melempar buku ekonominya, terlebih lagi sama kata-katanya barusan.

Lita sering lihat Lerina nyolot, sok sombong dan ngeselin, tapi ia baru lihat Lerina semarah ini. Dan mereka baru tahu kalau Lerina marah itu aksen britishnya bakal keluar diiringi kata-kata kasar barusan.

Almost Paradise [COMPLETED]Where stories live. Discover now