Chapter'47

5.4K 516 72
                                    


"Jadi, kenapa kalian di Pantai jam tiga pagi?" Pak Bambang menatap penuh intimidasi kepada dua anak muda yang semalam ia ciduk sedang berduaan di pantai tanpa mengikuti kegiatan.

"Cari angin aja, Pak." jawab Raffa jujur dan kelewat santai. Karena memang faktanya niat Raffa kesana adalah untuk mencari suasana yang menyegarkan, dan kebetulan Akira datang, jadilah seperti itu.

Namun, namanya manusia, lebih percaya dengan apa yang mereka lihat, tanpa mau tahu penjelasan yang sebenarnya. "Bohong. Kalian janjian kan?" sanggah Pak Bambang.

Akira jadi panik, untuk pertama kalinya ia harus berhadapan dengan Pak Bambang dalam masalah, biasanya Akira bicara dengan Pak Bambang hanya untuk membahas nilai dan pelajaran-pelajaran yang tidak dimengerti, tapi sekarang? Ngomong-ngomong, Pak Bambang ini bukan guru BK.

Disisi Raffa memijat hidungnya pelan, sudah tidak tidur semalaman, sepagi ini juga ia harus diintrogasi dan dituduh yang tidak-tidak. "Pak, beneran aku sama Kak Raffa gak janjian." kata Akira mencoba meyakinkan.

Pak Bambang beralih menatap Akira, Akira segera menunduk. "Kamu juga, kamu itu cantik, pintar, kenapa mau sama Raffa?"

Raffa yang merasa dirinya dijelek-jelekan dengan kontan menatap Pak Bambang kesal, wajahnya datar sementara matanya menusuk tajam. Sudah biasa bagi Raffa mendapatkan kalimat yang secara tidak langsung mengatakan kalau Raffa dan Akira tidak serasi. Raffa nakal, Akira baik. Raffa berandal, Akira berprestasi. Dan masih banyak lagi. Kecuali wajah, belum ada yang berani mencela fisiknya, yang ada Raffa akan memberikan mereka cermin untuk berkaca.

"Apa kamu lihat-lihat? Fakta kan?" hardik Pak Bambang sedikit gelagapan mendapat tatapan itu.

Akira sadar Raffa akan meledak sebentar lagi, gadis itu mengelus lengan Raffa berusaha menenangkan. Raffa segera menghembuskan nafasnya. "Yaudah, langsung aja hukumannya apa?"

"Bersihkan area bekas kemping."

"Oke." katanya. Hanya itu? Tidak terlalu sulit, pikirnya. Ia beranjak berdiri diikuti Akira. Sementara Pak Bambang menghela pelan. Jujur, tadi ia sempat ciut ketika ditatap Raffa seperti itu,  namun ia berusaha menetralkan jantungnya karena dia pun tahu, senakal-nakalnya Raffa, tidak akan berani melawan guru apalagi sampai menghajarnya.

Akira berjalan cepat mensejajari dirinya dengan Raffa. Laki-laki itu tampak kesal sepertinya. "Kak Raffa kesel, ya?"

Raffa menggeleng, mengambil sapu lidi yang kebetulan bertengger pada pohon.

"Itu kok cemberut?"

"Cuma kesel aja." Akhirnya ia membuka suara.

Akira berhenti tepat di hadapan Raffa, memotong langkah laki-laki itu, membuat Raffa berhenti dengan tiba-tiba. "Jangan pernah dengerin omongan orang. Mereka cuma nilai sesuatu dari luarnya, tanpa mau tau apa yang ada di dalamnya."

Raffa tercengang. Ternyata, gadis ini tidak sepolos yang Raffa kira. kerap kali Akira mengeluarkan kalimat-kalimat yang membuatnya semakin yakin kalau ia tidak salah memilih kekasih.

"Kak Raffa baik kok. Buktinya aku suka, malahan suka bangetttt!" Akira memasang wajah geram. Membuat mood Raffa kian membaik. Laki-laki itu menatap Akira dengan sedikit senyum malu-malu. "Dari satu sampai sepuluh, seberapa banyak lo suka gue?"

Akira berpikir sebentar, raut wajahnya semakin membuat Raffa penasaran. "Sembilan setengah kayaknya."

"Kok kayaknya?" Raffa sedikit berdecak mendengar jawaban tidak yakin Akira. Ekspetasinya mengatakan Akira akan menjawab sepuluh, tapi kenyataanya sembilan setengah.

"Soalnya gak tentu Kak, bisa jadi lebih dari sepuluh."

Raffa mencomot wajah Akira sembari tertawa masam. "Gombal lo."

RAFFA's: Destiny Of R And ADonde viven las historias. Descúbrelo ahora