Chapter'20

14.3K 1K 93
                                    

Vote komen dongs(
_________

"Raffa, cowok keras yang nangis cuma karena cewek?" sindir Revan. Dia mengangguk-nganggukan kepalanya. Laki-laki itu berjalan kesana kemari sambil mengoceh hal-hal yang semakin membuat Raffa emosi.

"Coba lo bayangin, ketua Tigerstil yang katanya kerad tapi nangis, gimana kalo musuh-musuh lo tau?" Revan menyimpan lengannya di dagu kemudian tertawa kencang setelah beberapa saat,  padahal jelas sekali tidak ada yang lucu.

Raffa mencoba meredam emosinya. Dia tahu tipe laki-laki yang ada di hadapannya semakin senang jika berhasil membuatnya emosi.

"Udah?" Tanya Raffa dengan nada santai yang terdengar meremehkan.

"Buru-buru banget, belum juga aksi baku hantam,"

Raffa spechless. "Lo nya banyak bacot."

"Jadi lo mau buru-buru? Udah siapin Rs mana lo?"

"Udah, Rs buat lo kan?"

Revan tertawa kecil, dia menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. "Yaampun Terharu sangat aku," ucap Revan dengan nada suara yang di dramatisir, tangannya menutup mulutnya yang berbentuk huruf O, setelah itu tawanya menggema kembali.

Revan melirik ketiga anak buahnya penuh arti, seperti sudah terlatih mereka paham akan kode yang diberikan oleh Revan. Ketiga laki-laki itu berjalan mendekati Raffa.

Tongkat baseball dilayangkan kearah Raffa namun dengan gerakan kilat Raffa menangkis berbagai pukulan yang datang tanpa permisi, mereka memukul begitu kencang dan cepat, sedikit membuatnya kewalahan. Namun karena masih emosi atas kejadian tadi, Raffa berhasil mengalahkan ketiga orang itu.

Anak buahnya sudah tepar, kini giliran ketua bodohnya yang harus mati atau minimal masuk rumah sakit. Karena bagi Raffa dia tidak akan memberi ampun musuhnya sampai orang itu benar-benar mati atau paling tidak koma.

Tatapannya beralih menatap Revan, tatapan yang begitu tajam. "Lo emang bener-bener brengsek. Mati lo sialan!"

Raffa menerjang Revan, namun Revan bukanlah lawan yang mudah, dengan gerakan kilatpun Revan menangkis berbagai bogeman dari Raffa. Dia cukup terkejut ketika ketiga pria berbadan besar suruhannya tepar hanya karena melawan Raffa, tidak ada gunanya dia menyewa orang suruhan kalau belum apa-apa sudah kalah.

Raffa berhasil mendaratkan berbagai tinjuan di wajah Revan, laki-laki itu bahkan seperti orang kesetanan. Darah mulai mengalir dari sudut bibir Revan. Namun, itu tidak membuatnya menyerah begitu saja.

Sekarang posisi menjadi terbalik, Raffa berada di bawah Revan. Tidak melwatkan kesempatan Revan meninju Raffa habis-habisan. Bahkan kepala Raffa dipukulkan kearah lantai.

Pening, itu yang Raffa rasakan. Rasanya dia sudah tidak memiliki tenaga, belum lagi aroma darah yang begitu menyengat.

Pandangannya berubah menjadi kabur, dia kesakitan, sungguh sakit.

Kak Raffa mau berantem?

Kak Raffa jangan berantem.

Aku gak mau Kak Raffa berantem.

Tapi janji harus menang?

Harus bisa pulang ya?

Biar kita bisa bareng-bareng lagi.

Semangat Kak Raffa!

Terdengar samar-samar suara Akira, kata-katanya begitu melekat di benak Raffa. Seolah-olah Akira sedang memberi semangat dengan seyuman khasnya, seolah-olah ucapan Akira adalah semangat bagi Raffa.

RAFFA's: Destiny Of R And ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang