Chapter'9

21.6K 1.4K 33
                                    

Seorang wanita berjalan dengan sangat cepat tanpa arah, dengan perasaan was-was dia menengok ke belakang, berharap laki-laki yang sedang di hindarinya tidak lagi mengejarnya. Namun itu hanya harapan semata, laki-laki itu tetap berjalan ke arahnya.

"Dapet!" Ucap Raffa sambil memegang pergelangan Tangan Akira.

Akira memejamkan matanya, sepertinya sebentar lagi dia akan mendapatkan sial, dengan ragu dia membalikan wajahnya untuk menatap Raffa.

Pemadangan di depannya ini sungguh indah, saking takutnya Akira baru sadar jika Raffa memiliki  Wajah yang sangat tampan.

"Le-lepasin kak!" Teriak Akira sambil berusaha melepaskan cengkeraman Raffa.

Raffa menyeringai, Tampan tapi menyeramkan. Itu yang ada di fikiran Akira. "Coba menghindar dari gue?" Tanya Raffa sambil menundukan wajahnya agar sejajar dengan Akira.

"A-aku ada jam, aku mau masuk kelas!" Alibi Akira, berharap alasannya dapat membuat Raffa melepaskannya. Semoga saja.

"Bohongin gue? Tadi sebelum gue kesini gue liat jadwal kelas lo, dan sekarang pelajaran kimia, guru lagi rapat." Baiklah sepertinya Akira lupa siapa yang sedang ia hadapi sekarang. Ingatkan Akira bahwa Raffa bukan laki-laki bodoh yang gampang di tipu oleh alasan-alasan klasik. Lagi pula jika ada guru sekalipun Raffa tidak peduli, Ia bukan anak yang penurut.

"Yaudah lepasin kak, sakit tau gak!" Bentak Akira.

"Gue lepasin, asal..." Raffa menggantung ucapannya, sambil berfikir sesuatu.

Beberapa saat Dia tersenyum, perasaan Akira jadi tidak enak. "Asal lo pulang bareng gue."

Benar saja, Akira bingung harus bagaimana, Pulang dengan laki-laki sepopuler Raffa bukanlah ide yang bagus, tapi ah sudahlah yang penting sekarang ia bisa lepas dari situasi seperti ini.

Dengan ragu Akira mengangguk.

"Oke, gue tunggu." Raffa mengelus puncak kepala Akira. Raffa benar-benar tidak memikirkan efeknya yang bisa saja membuat jantung Akira berdetak semakin cepat.

_____

Ketika kalian sedang berkumpul dengan teman apa yang kalian rasakan? Bahagia tentu saja. Berbeda dengan Raffa yang sedari tadi mengelus dada melihat kelakuan bobrok temannya.

Kini mereka sedang berada di kantin Sekolah barunya, yap SMA Darma bangsa. Pada umumnya setiap murid baru akan cenderung pendiam menjaga image kesan pertama, tidak dengan sekumpulan laki-laki selengek-an yang satu ini.

"Gak nyesel gue pindah ke sekolah ini ckck banyak ciwi-ciwi." Vero berdecak kagum memandangi siswi yang berhamburan di kantin. Bukan memandangi wajahnya saja, tetapi lekukan tubuh si cewek yang membuatnya menjerit histeris sekaligus menggigit bibir.

Raffa menggelengkan kepalanya tidak habis fikir. si playboy kelas kakap ini tidak pernah tobat sedikit pun. Entahlah seketika Raffa malu mempunyai teman seperti Vero. "Cewek mulu, inget mantan lo udah berapa!" Ucap Raffa emosi.

"Baru juga 197 Raf, lebay banget najis, jauh-jauh lo dari gue!" Lihat? Kenapa jadi Vero yang mengusir Raffa. Yang pindah kesini duluan kan Raffa! Oke Vero minta di hujat.

Akbar yang sedari tadi diam menikmati makanan akhir bulan alias mie malai membuka suaranya. "Raf, kalo lo butuh jasa tonjok orang gue siap!"

"Ah lo mah Bar, bilang aja mau modusin gue, bilang mau nonjok ternyata malah di elus-elus." Ucap Vero sambil mencolek dagu akbar, membuat akbar merinding seketika.

"Eh bangke gak usah colak-colek ya gue gak bakal bergairah di colek sama om pedofil kayak lo!" Balas Akbar dengan sangat sengit, selain menduduki jabatan playboy, Vero juga mempunyai jiwa-jiwa pedofil yang membuat teman-temannya ingin menonjok seketika.

RAFFA's: Destiny Of R And ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang