Chapter'53

5.9K 614 307
                                    

Gadis bersurai legam itu menelungkupkan kepalanya menghadap jendela kamar yang tertutup rapat-rapat. Netra matanya tepat tertuju pada balkon. Tempat yang pernah ia habiskan bersama Raffa untuk saling bercerita. Akira tersenyum sakit ketika mengingat laki-laki yang selalu memenuhi pikirannya itu sedang berbaring dengan kakinya sebagai alas. Saling tertawa juga merajuk.

Akira bangun dari posisi awal. Menenggakan kepala agar air yang meminta untuk dilepaskan tidak jatuh saat itu juga. Namun nyatanya ia gagal, Akira segera menghapus dengan cepat. Yaampun, seharusnya Akira tidak menangis lagi, ia sudah berjanji pada dirinya untuk tidak lemah. Akira harus bisa tegas kepada siapapun, sudah cukup kebaikannya selalu dianggap hal kecil oleh orang lain.

Alunan musik mellow terus mengayun menemani harinya yang sunyi. Sudah dua hari Akira tidak berangkat sekolah tanpa keterangan apapun. Sudah dua hari pula ia tidak berbicara kepada Alika. Akira keluar kamar hanya untuk mengambil makanan sesekali. Alika yang selalu memohon maaf padanya sudah tidak terdengar lagi, Akira memaklumi, manusia punya rasa bosan juga lelah. Lagipula, bukankah itu bagus?

Pun kemarin teman-temannya datang memastikan kabarnya, namun Akira menolak untuk berjumpa, gadis itu benar-benar tidak menyambut kedatangan teman-temannya. Sementara Risa harus memohon maaf terus menerus atas nama Akira.

Akira menatap tidak minat pada ponsel yang terus berdering di atas nakas tepat di hadapannya. Akira juga sama sekali belum membuka ponsel semenjak malam itu. Dengan penuh ragu Akira meraihnya, membiarkan jarinya yang lentik menari bebas di layar ponsel.

Ia sempat terkejut melihat betapa banyaknya panggilan tak terjawab, juga beberapa pesan yang terlihat kadaluarsa jika dibalas. Gadis itu membuka riwayat panggilan. Dua hari yang lalu, Raffa meneleponnya sampai berpuluh-puluh kali, tidak lupa pria itu meninggalkan pesan dengan kata-kata penuh permohonan.

Seperti—

Raffa
Raa, tlg angkat

Gue bnr' minta maaf

Gw tau ini fatal

Kasih gue satu kesempatan lagi

Gue janji g akan nyktin lo

Lalu pesan lain yang dikirim dalam waktu yang berbeda.

Raffa
Gue emng bego selalu gunain emosi

Tapi,

Gue beneran cemburu

Gue takut lo diambil Arka.

Bibirnya menyunggingkan senyum sinis. Apa katanya? Kesempatan? Bahkan berkali-kali kesempatan yang Akira berikan untuknya selalu berakhir dengan air mata. Dan dengan tanpa rasa bersalah memintanya, lagi.

Akira muak, gadis itu segera keluar dari room chat yang dulu pernah menjadi favoritnya, room chat yang selalu ditunggu notifkasinya. Jarinya beralih menyentuh layar yang ia inginkan, grup yang ia buat bersama sahabat-sahabatnya. Akira membaca satu persatu pesan yang masuk. Tersenyum samar melihat begitu banyaknya kalimat penyemangat dari teman-temannya.

Kumpulan para cecans

Tasya: Ra, are you okay? Kita bisa jadi tempat lo cerita.

Nasya: Gue tau apa yang trjdi sama lo. Semangat, lo kuat! Lagian, apaansih nangisin cowok kayak Kak Raffa, cowok banyak woi! Alvaro contohnya.

Rasya: Semangat cantik! Jadi happy person in the world ya?

Dan terkahir—

Alika: Maaf, Akira.

RAFFA's: Destiny Of R And ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang