Chapter'50

5.6K 547 394
                                    

Paling gak bisa kalo liat komentar yang rame.
Pengen cepet-cepet up mulu (♡˙︶˙♡)

Ayo dong tembus 200 komentar ( TДT)
***

Motor besar itu membelah jalan dengan kecepatan tinggi, wujudnya terlihat seperti bayangan hitam yang hanya mampu dilihat beberapa detik. Raffa semakin mempercepat kecepatan motornya. Tidak peduli resiko yang harus diterimanya. Entah itu kecelakaan, atau ditilang polisi, semoga saja tidak keduanya.

Air mata jatuh di balik helm full face yang menutupi seluruh wajahnya terkecuali mata. Kejadian beberapa menit yang lalu kembali berputar diingatannya. Raffa kecewa juga sakit hati, padahal Akira tahu seberapa posesif dirinya, namun Akira tidak pernah mengerti.

Motornya mendarat pada sebuah jembatan yang ada di pinggir jalan. Dengan yakin laki-laki itu berjalan ke arah pembatas jembatan. Tidak, Raffa bukan mau mengakhiri semuanya dengan cara bunuh diri, ia tidak selemah itu, Raffa hanya membutuhkan ruang untuknya sendiri.

Trauma, rasa trauma yang membuat Raffa menjadi pribadi yang begitu posesif juga protektif.  Yang menjadi miliknya pernah diambil, Raffa tidak akan membiarkannya lagi.

"Anjing! Lo gak pernah ngertiin gue!" Kakinya menendang tembok pembatas dengan penuh emosi. Bisa-bisanya hanya karena seorang gadis ia menangis.

Raffa menjambak rambutnya kuat-kuat. Meluapkan segala kekesalan dalam bentuk umpatan. Di malam yang sepi ini, ia benar-benar merasakan sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, sedikit hancur hanya karena cinta. Iya, masih sedikit.

"Bodoh! Lo gak seharusnya nangisin dia!" Lagi-lagi Raffa mengumpati dirinya. Berusaha sebisa mungkin tidak memikirkan Akira, namun berulang kali ia gagal. Wajah Akira selalu berputar meminta dipikirkan.

"Butuh tempat cerita?"

Suara tak asing berasal dari belakangnya, Raffa menoleh untuk memastikan. Laki-laki yang pernah menjadi sahabatnya tengah berdiri dengan tatapan yang begitu tulus.

Raffa kembali teringat dengan kejadian dimana Arjuna menghianatinya, perasaan yang akan ia curahkan ia paksa tekan dalam-dalam, kejadian tempo hari memberinya pelajaran untuk tidak mudah percaya kepada siapapun.

Arjuna mengerti, Raffa belum bisa kembali mempercayainya. Kesalahan yang ia lukis begitu fatal, dan itu semua hanya karena uang. "Gue paham. Gue gak maksa lo buat cerita. Kalau butuh temen, gue ada."

"Gue juga minta maaf. Buat semuanya." Setelah mengatakan kalimat yang membuat Raffa harus memikirkannya dua kali, Arjuna membalikan badannya. Melihat itu, terdapat sesuatu yang mengganjal di hati Raffa.

Raffa pun tidak boleh melupakan semua kebaikan yang pernah Arjuna lakukan hanya untuknya. Sejak pertama kali menjadi teman, Arjuna memang paling bisa diandalkan, selalu ada di setiap ceritanya. Dan lagi-lagi itu harus dipertimbangkan.

"Gue butuh lo." Kata Raffa. Berhasil membuat Arjuna kembali membalikan badannya. Menatap Raffa dengan sedikit berbeda.

"Apapun buat lo." Arjuna tersenyum, disambut hangat oleh Raffa, walau pikirannya sedang kacau, Raffa masih harus kuat hanya untuk tersenyum. Keduanya ber high five, kemudian mencari tempat yang nyaman untuk bercerita.

Sampailah mereka pada tempat yang biasa dijadikannya sebagai tongkrongan. Tempat yang selalu ramai di isi anak-anak tongkrongan hanya untuk sekedar balapan, atau berkumpul saja.

"Cerita." titah Arjuna menatap Raffa penuh tuntutan.

"Gue gak suka liat dia sama cowok lain."

"Cuma cemburu?"

RAFFA's: Destiny Of R And AWhere stories live. Discover now