Chapter'28

10.6K 892 79
                                    

Astagfirullah ngakak banget di lapak 27 pada ngegas(

Ternyata pada galak-galak(

Dilapak ini jangan kalah rame ya...

_________________________________________

Teng nong!

Teng nong!

Suara bel membuat Reihan berdecak. Baru saja dia duduk setelah membantu Ghina membuat kue, sekarang ada lagi orang yang tidak bisa melihatnya senang. Dengan malas-malasan lelaki bertubuh jangkung itu berdiri.

"Pi, ada bel bukannya dibuka!" semprot Ghina yang baru saja datang dari dapur, wanita itu memasang wajah dingin dan tidak bersahabat.

"Ini mau dibuka," sahut Reihan asam.

Mereka berdua berjalan bersama menuju pintu utama dengan perasaan kesal.

"Astagfirullah Raffa!" kata Ghina kaget setelah melihat putra kesayangannya datang dengan keadaan yang tidak dapat dibilang baik-baik saja. Berbagai luka lebam di wajah Raffa, jangan lupakan ekspresi kacaunya yang sangat kentara.

"Kamu kenapa sayang?!"

"Kamu berantem lagi?"

"Raffa, Bunda udah bilang buat gak ikut-ikutan tauran!"

"Kamu denger Bunda gak sih?!"

Omel Ghina. Dia begitu tidak tega melihat kondisi Raffa seperti itu. Anaknya yang selalu tampan menjadi absurd dengan luka dimana-mana. Sebenarnya apa yang sudah terjadi?

"Bun, Raffa sakit." ucap Raffa lemas.

"Kamu kenapa? Siapa yang mukulin kamu?" tanya Ghina dengan beberapa pertanyaan sekaligus.

"Raffa, jawab Bunda!"

"Ajak masuk dulu nanti aja nangis-nangisannya," ajak Reihan sembari mendorong Raffa ke dalam dan meninggalkan Ghina seorang diri.

"Kamu ada dendam apa sih sama aku?!" teriak Ghina yang tidak digubris oleh lelaki berkaos merah itu.

Raffa duduk di kasur king size nya. Dia sedikit merasakan sakit dan pegal-pegal pada sekujur tubuhnya, Raffa rasa hari ini sangat panjang dan melelahkan.

Pikiran Raffa kembali kepada Vanya, gadis cantik yang menemaninya malam itu. Raffa sungguh pusing apakah dia harus memberi tahu Bunda dan Papinya atau tidak. Jujur, Raffa sangat jijik jika mengingat kejadian malam itu. Belum lagi perkataan Akira yang masih berputar jelas diingatan Raffa. Sungguh ini adalah keadaan Raffa yang paling terpuruk.

"Jelasin sama Bunda, kamu kenapa?" tanya Ghina yang sudah duduk di kasur Raffa. Wanita cantik itu mengusap lengan Raffa.

"Gapapa, Bun. Raffa cuma dijegat preman terus dipukulin." bohong Raffa. Tidak mungkin dia menceritakan detailnya. Bisa-bisa ghina berteriak histeris setelah itu memarahinya habis-habisan.

"Masa anak Papi gak bisa lawan preman?" ucap Reihan dengan sedikit nada curiga.

"Udah deh Pi, emang Raffa sehebat apa sih." kesal Raffa. Memang Papinya susah sekali untuk dibodohi.

"Yaudah lain kali kamu kalo pulang hati-hati. Apa mau bawa mobil aja?" tawar Ghina. Raffa tertawa kecil kala melihat raut wajah khawatir Bundanya.

"Gak usah Bun. Raffa mau tidur." ucap Raffa. Kedua orang tuanya terpaksa keluar walau mereka masih sangat khawatir pada Raffa.

Untuk saat ini Raffa tidak ingin diajak bicara dulu. Tidak ada mood untuk dirinya berbicara apalagi yang tidak penting.

↘↔⤵↙

RAFFA's: Destiny Of R And ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang