29. Menyadari

295 25 3
                                    

- BMC-

Mungkin belum terlambat untuk ku mencintaimu.
Sadar jika gengsi hanya membuatku mati secara perlahan karena rasa ini.

_____________________________________________
29. BAGIAN 29 // MENYADARI



Disinilah Allisya sekarang, berbaring di rumah sakit dengan mata yang masihkah terpejam. Sedari tadi pula Atlanta selalu menemani nya.

Cklek.

Pintu terbuka, menampakkan sosok Nathan yang bisa dibilang ber-penampilan sangat acak-acakan. Mulai dari kemeja sekolah yang entah kemana hingga menyisakan kaos hitam pendek. Celana yang robek dibagian lututnya. Mirip gembel lah.

"Mau apa lo?" tanya Atlanta dengan tampang datarnya.

"Bukan urusan lo! Yang jelas gue mau liat keadaan Allisya."

"Masih peduli?"

Nathan diam tak menjawab pertanyaan tersebut. Ia hanya memperhatikan wajah Allisya yang kini terdapat perban di kepalanya.

"Gue mau ngomong penting sama lo!" ujar Atlanta langsung bangkit dari duduknya dan keluar dari ruangan.

Mengerti dengan maksud Atlanta, Nathan berjalan mengikuti langkah kaki pria itu. Hingga mereka tiba di roftop rumah sakit.

"Mau apa?"

Atlanta diam tanpa menjawab, menikmati semilirnya angin yang berhembus menerpa wajah tampan nya. Ia hanya perlu menunggu Nathan mengerti. Biarlah Nathan yang menyadari.

"Kalo lo diem mending gue pergi. Kasian Allisya sendiri!"

"Buat apa lo jaga Allisya sedangkan ada gue?!" Atlanta bertanya dengan menaikkan satu alisnya.

"Gue merasa bersalah sama apa yang terjadi ke Allisya. Lagi pula dia temen gue!"

Bugh.

Atlanta meninju wajah Nathan tepat di pipinya. Lalu pria itu menarik kerah baju Nathan dan menyudutkan nya pada dinding.

"Bodoh! Lo tau? Lo gak tau. Lo ngerti? Lo gak ngerti. Karena lo terlalu bodoh!" maki Atlanta dengan tekanan intonasi pada setiap katanya, "Coba gunain hati lo, tanya sama hati lo! Jangan cuma otak gak guna lo itu yang lo pake mikir!"

Nathan menatap nyalang Atlanta,"maksud lo?"

"Masih belom sadar juga?" tanya nya,"gue tau lo suka Allisya bahkan lo cinta dia lebih dari apapun itu. Lo cuma terobsesi sama Zoya. Gunakan mata hati lo buat liat semuanya. Lo juga harus tau, Allisya sayang sama lo!"

"Gue gak tau, gue gak tau harus berbuat apa!" lirih Nathan.

"Berjuang sebelum terlambat, kalo lo gak mau berjuang buat Allisya. Gue siap jadi sandaran Allisya dimana pun dan kapan pun itu. Dan jangan salahkan gue kalo nanti Allisya harus benci sama lo! Gengsi jangan digedein, dia jadi milik orang lain baru tau lo arti kehilangan."

Nathan terdiam dengan pikirannya sendiri. Mencoba mencerna apa yang diucapkan Atlanta.

"Lo harus tau kalo Zoya gak cinta sama lo. Dia cuma manfaatin duit lo!" Atlanta melepas cengkraman nya,"selamat berpikir bro! Gue balik, jaga Allisya sampe pulang. Jangan sampe lecet."

"Thanks."

Atlanta terkekeh,"sans aja. Semoga berhasil." pria itu menepuk pelan pundak Nathan.

Jika kalian mengira Atlanta pergi ke ruangan Allisya, itu salah. Atlanta pergi ke suatu tempat untuk menyelesaikan urusan tawurannya.

Benci Menjadi Cinta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang