06.00

931K 121K 16.9K
                                    

Btw seru kali ya kalau kita ada nama panggilan satu sama lain, ada saran? Aku manggil kalian apa trus kalian mau manggil aku apa?

Penting untuk baca tiap note yang aku kasih yaa🥺❤

Jangan lupa follow akun ini, karena tiap upload aku bakal umumin di wall aku, jadi kalian gak akan terlambat untuk tiap part barunya.

Untuk pertanyaan yang kalian ajukan di kolom komentar bakal aku jawab di instagram pribadi aku @aameyliafalensia

Untuk pertanyaan yang kalian ajukan di kolom komentar bakal aku jawab di instagram pribadi aku @aameyliafalensia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Brak!

Tubuh Lengkara terhempas kuat ke lantai.

Gadis itu meringis kesakitan. "Kak Aslan," panggil gadis itu lemah.

Ia dapat melihat kilatan amarah dari mata Erik, rahang pria tua itu mengeras. Kara yang baru saja masuk ke dalam rumah setelah balik dari sekolah langsung di seret ke ruang kerja Erik.

"KENAPA?!" bentak Erik.

Erik menggebrak meja kerjanya, membuat buku yang berada di sudut meja tersenggol dan jatuh ke lantai.

"Dari adik kamu saja kamu kalah!" Pria tua itu berjalan mendekat ke arah Kara setelah melempar tubuh gadis itu ke lantai.

"Apa yang bisa Papa banggain dari kamu?! Gak ada yang bisa Papa banggain!" Erik menoyor kepala anaknya perempuannya itu.

"NGGAK ADA LENGKARA!" Tangannya begitu ringan kembali melayangkan pukulan ke kepala Lengkara, namun kali ini gadis itu menepisnya kuat.

"Iya, Pa! Gak, ada!"

"Gak ada yang bisa Papa banggain dari Kara, karena sampai kapanpun Kara berusaha, sampai manapun Kara berjuang, itu semua gak pernah berharga di mata Papa!"

"Semua medali dan penghargaan yang Kara dapat gak pernah bisa bikin Papa puas!"

"Bahkan jika Kara menangin olimpiade ini, Papa juga gak bakal puas dan bakal nyuruh Kara untuk ngikutin lomba yang lainnya lagi!"

"KARA CAPEK PA!" bentak gadis itu masih dengan posisi jatuh duduk di lantai.

Plak!

Tangan Erik naik menampar wajah Kara membuat wajah gadis itu untuk kesekian kalinya tertoleh ke samping.

"Jangan kurang ajar sama Papa!"

Kara memegang pipinya yang panas akibat tamparan Erik, gadis itu terdiam sejenak sebelum akhirnya mendengus geli.

"Gak usah ngeluh, Papa yang ngajarin Kara kayak gini!"

"Anak kurang ajar!" Tendangan kuat mendarat di kepala Kara membuat kepala gadis itu langsung terhantam ke lantai. Udara di paru-paru gadis itu terasa hilang sesaat.

Tak butuh tanggapan dari Kara, tidak melihat bagaimana keadaan gadis itu, Erik langsung melengos keluar dari ruang kerjanya itu. Meninggalkan anak gadisnya begitu saja.

00.00Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang