03.00

1.1M 114K 34.5K
                                    

Kara berjalan sendirian masuk di koridor kelas, sebuah masker duckbill terpasang menutupi sebagian wajahnya.

Pipi gadis itu masih sakit karena lemparan piring Nina kemarin, mengingatnya membuat Kara refleks meringis pelan.

Tangan Kara naik menurunkan masker yang ia pakai. Gadis itu berkaca di layar ponselnya, dapat di lihat memar yang membiru di bawah matanya.  Ia pada akhirnya hanya bisa mengesah kesal dan kembali menaikkan maskernya, sepertinya ia memang harus menggunakan masker hitam ini sepanjang hari.

Tak seperti hari-hari biasanya, hari ini Kara berangkat berdua dengan Aslan. Naka sama sekali tak menghubungi ataupun mengirimkannya pesan sejak kejadian kemarin.

Saat masuk ke dalam kelas langkah Kara tertahan di pintu melihat Naka dan Nilam yang sedang duduk berdua di bangku.

Mereka berdua tidak menyadari kehadiran Kara di depan kelas. Naka menghadap ke arah jendela lebih tepatnya ke arah Nilam, jadi dia sama sekali tidak melihat Kara yang berdiri di depan pintu.

Kara melengos, memutar bola matanya ke arah lain, lalu berjalan ke arah keduanya. Dengan sekuat tenaga ia langsung melempar tasnya ke punggung Naka.

"Argh!" Semua orang di dalam kelas itu sontak menoleh ke arah Naka.

"Sial!" umpat Naka merasakan sakit di punggungny. Ia langsung membalikkan badannya menghadap ke orang yang melempar.

Baru ingin kembali mengumpat namun dirinya sudah dibuat terdiam duluan dengan Kara yang berada di hadapannya.

"Kara?"

"Iya gue, kenapa?" tanya Kara sinis.

Kara menatap Nilam yang memberikan tatapan remeh ke arahnya.

"Ternyata selain nyokap lo, lo juga tukang rebut milik orang lain ya, Nil?"

Tangan Nilam terkepal kuat di sisi tubuhnya
"Apa maksud lo?!"

Kara mendengus geli. "Apa bahasa gue terlalu sulit?"

"Kar!" tegur Naka.

"APA?" balas Kara galak, Ia tak habis pikir dengan isi otak cowok di hadapannya ini.

"Masalah kita yang kemarin aja belum selesai, Ka!" Tangannya terulur mendorong bahu Naka.

"Dan lo sekarang udah buat masalah baru lagi!"

"Gak gitu, Kar." Naka mencoba membela.

"Kalian pura-pura bego apa bego beneran sih?" Kara menatap kedua orang itu bergantian.

Naka mengesah pelan sebelum akhirnya menarik Kara keluar dari kelas, karena semakin banyak orang di kelas yang menonton ketiganya.

"Ikut gue!"

"Lepasin tangan gue!" Kara menghempas tangan Naka yang menggenggam tangannya.

Di dusut koridor yang masih kosong itu keduanya berdebat.

"Apa kata-kata yang gue ucapin terlalu susah buat lo pahamin?"

"Kata-kata gue gak nyampe di otak lo, Ka?"

"Gue udah berkali kali bilang gue cemburu, tapi kenapa lo gak ngerti?" lanjut gadis itu.

"Gue ngerti, Kar." Naka berucap pelan.

"Terus kenapa lo masih deket ama Nilam! Posisi dia di sini mantan lo, dan gue yang pacar lo!"

"Iya, gue tau."

"Kalau tau kenapa lo malah ngeprioritasiin dia?!"

"Prioritasiin gimana?" Kara menatap tak percaya ke laki-laki di hadapannya. Ingin sekali melayangkan satu pukulan ke wajah tampan itu.

00.00Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang